Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Rabu, 20 Maret 2013

21 Maret

"UmurMu belum sampai lima puluh tahun dan Engkau telah melihat Abraham?"

(Kej 17:3-9; Yoh 8:51-59)

"Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa menuruti firman-Ku, ia tidak akan mengalami maut sampai selama-lamanya." Kata orang-orang Yahudi kepada-Nya: "Sekarang kami tahu, bahwa Engkau kerasukan setan. Sebab Abraham telah mati dan demikian juga nabi-nabi, namun Engkau berkata: Barangsiapa menuruti firman-Ku, ia tidak akan mengalami maut sampai selama-lamanya. Adakah Engkau lebih besar dari pada bapa kita Abraham, yang telah mati! Nabi-nabi pun telah mati; dengan siapakah Engkau samakan diri-Mu?" Jawab Yesus: "Jikalau Aku memuliakan diri-Ku sendiri, maka kemuliaan-Ku itu sedikit pun tidak ada artinya. Bapa-Kulah yang memuliakan Aku, tentang siapa kamu berkata: Dia adalah Allah kami, padahal kamu tidak mengenal Dia, tetapi Aku mengenal Dia. Dan jika Aku berkata: Aku tidak mengenal Dia, maka Aku adalah pendusta, sama seperti kamu, tetapi Aku mengenal Dia dan Aku menuruti firman-Nya. Abraham bapamu bersukacita bahwa ia akan melihat hari-Ku dan ia telah melihatnya dan ia bersukacita." Maka kata orang-orang Yahudi itu kepada-Nya: "Umur-Mu belum sampai lima puluh tahun dan Engkau telah melihat Abraham?" Kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sebelum Abraham jadi, Aku telah ada." Lalu mereka mengambil batu untuk melempari Dia; tetapi Yesus menghilang dan meninggalkan Bait Allah" (Yoh 8:51-19), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Masalah umur memang pada umumnya menjadi salah satu pedoman atau acuan hidup bersama, lebih-lebih terkait dengan hidup baru, entah itu berarti jalan hidup baru atau jabatan baru. Umur sering menjadi acuan kedewasaan pribadi seseorang, dan ada pandangan umum semakin tua berarti semakin dewasa, memang dewasa fisiknya, tetapi belum tentu dewasa kepribadian dan imannya. Orang-orang Yahudi yang tidak percaya kepada Yesus semakin terpojok dan semakin tidak mengimani bahwa Yesus adalah Penyelamat Dunia, Allah yang menjadi manusia. Maka ketika Yesus berkata kepada mereka bahwa Ia telah ada sebelum Abraham, mereka berkata "Umur-Mu belum sampai lima puluh tahun dan Engkau telah melihat Abraham". Di dalam hidup beriman atau beragama yang penting bukan umur, melainkan kedalaman iman, entah dalam hal pengetahuan maupun penghayatan. Maka meskipun masih muda, jika yang bersangkutan menunjukkan kedewasaan dan kematangan iman, hemat saya yang bersangkutan lebih daripada orang yang umurnya lebih tua, dan selayaknya meskipun masih muda menjadi pemimpin dan panutan banyak orang, termasuk mereka yang sudah tua atau lansia. Kami berharap kepada anda sekalian agar dalam hidup dan kerja bersama lebih  mengutamakan pentingnya kedewasaan kepribadian, iman maupun moral, dan siapapun yang paling dewasa selayaknya dihormati dan menjadi panutan bagi semuanya, meskipun yang bersangkutan masih muda. Kepada anda yang masih muda hendaknya tidak menolak ketika dipilih dan ditunjuk untuk menjadi pemimpin atau berpartisipasi dalam kepemimpinan (maaf: saya pribadi dalam tahun kedua imamat saya diminta oleh atasan atau provinsial saya untuk menjadi Ekonom Keuskupan Agung Semarang, demikian juga baru saja ditahbiskan diangkat menjadi Direktur Perkumpulan Strada).

·   "Dari pihak-Ku, inilah perjanjian-Ku dengan engkau: Engkau akan menjadi bapa sejumlah besar bangsa. Karena itu namamu bukan lagi Abram, melainkan Abraham, karena engkau telah Kutetapkan menjadi bapa sejumlah besar bangsa. Aku akan membuat engkau beranak cucu sangat banyak; engkau akan Kubuat menjadi bangsa-bangsa, dan dari padamu akan berasal raja-raja." (Kej 17: 3-6). Kutipan ini adalah firman atau sabda Allah kepada Abraham untuk "menjadi bapa sejumlah besar bangsa". Ketika menerima firman ini Abraham belum memiliki anak, dan boleh dikatakan masih muda juga, namun dalam iman Abraham percaya akan firman tersebut, yang memang berarti Abraham senantiasa harus melaksanakan firman Allah dalam situasi dan kondisi apapun, kapan pun dan dimana pun. Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan segenap umat beriman untuk sungguh-sungguh menyadari dan menghayati imannya dalam cara hidup dan cara bertindak setiap hari. Kutipan ini kiranya juga mengingatkan dan mengajak kita semua bahwa hendaknya yang menjadi pemimpin hidup dan kerja bersama adalah mereka yang dalam usia tengah, misalnya antara 35 s/d 50 tahun, sedangkan yang berusia kurang atau lebih dari usia itu hendaknya berfungsi sebagai konsultan, dengan rendah hati memberi masukan kepada yang bertugas sebagai pemimpin, apa-apa yang perlu untuk hidup dan kerja bersama. Sebaliknya yang menjadi pemimpin kami harapkan dengan rendah hati menerima aneka masukan, kritik, saran maupun tegoran dari para pembantunya atau anggotanya.

"Carilah TUHAN dan kekuatan-Nya, carilah wajah-Nya selalu! Ingatlah perbuatan-perbuatan ajaib yang dilakukan-Nya, mujizat-mujizat-Nya dan penghukuman-penghukuman yang diucapkan-Nya, hai anak cucu Abraham, hamba-Nya, hai anak-anak Yakub, orang-orang pilihan-Nya! Dialah TUHAN, Allah kita, di seluruh bumi berlaku penghukuman-Nya" (Mzm 105:4-7)

Ign 21 Maret 2013


19 Maret

HR ST YUSUF, suami SP Maria: 2Sam 74-5a.12-14a.16; Rm 4:13.16-18.22; Mat 1:16.18-21.24a

"Seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama isterinya di muka umum"

Pada masa kini orang yang sungguh tulus hati kiranya jarang sekali, apalagi kebanyakan orang pada umumnya suka ngrumpi atau ngrasani, yang berarti senantiasa melihat dan menceriterakan kekurangan dan kelemahan orang lain. Dalam dunia atau pelayanan pendidikan pun, entah itu dalam pendidikan formal di sekolah-sekolah maupun informal dalam keluarga dan masyarakat ada kecenderungan juga para pendidik atau pendamping lebih melihat kekurangan dan kelemahan peserta didik daripada kelebihan dan kebaikannya. Tak ketinggalan juga ada pamong atau pendamping seminaris di Seminari-Seminari yang juga lebih cenderung melihat kelemahan dan kekurangan para seminaris daripada kelebihan atau kebaikannya. Ada kecenderungan banyak orang untuk lebih berpikir nagatif daripada positif terhadap orang lain. Santo Yusuf, suami SP Maria yang kita kenangkan hari ini adalah 'seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama isterinya di muka umum', dan kiranya dapat menjadi teladan bagi kita semua yang rangka hidup beragama atau beriman.

"Yusuf suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama isterinya di muka umum, ia bermaksud menceraikannya dengan diam-diam." (Mat 1:19)

Tulus hati berarti hatinya bersih alias suci, tidak pernah melakukan perbuatan dosa sekecil apapun, dan senantiasa melaksanakan kehendak dan perintah Allah, semakin tambah usia dan pengalaman berarti juga semakin dikasihi oleh Allah dan sesama manusia. Mereka yang sungguh masih tulus hati pada umumnya ialah anak-anak balita, anak-anak berusia lima tahun kebawah. Maka jika kita berusaha untuk tetap tulus hati marilah kita hidup dan bertindak meneladan anak-anak balita.

Pertama-tama dan terutama kami mengajak dan mengingatkan para suami-isteri untuk tidak saling mencemarkan nama baik pasangan hidupnya di muka umum sedikitpun, apalagi menceriterakan kekurangan dan kelemahan pasangan hidupnya kepada rekan kerja di kantor yang lain jenis, seperti sering terjadi seorang boss laki-laki ceritera kepada sekretaris pribadinya yang cantik perihal kelemahan dan kekurangan isterinya yang pada umumnya berlanjut dengan perselingkuhan. Hal senada juga dapat terjadi seorang isteri mengeluh perihal pasangannya kepada boss-nya di kantor, yang lain jenis. Jika antar suami-isteri dapat menjaga nama baik masing-masing di muka umum, maka anak-anaknya akan melakukan yang demikian juga.

Para pendidik atau guru kami harapkan berpartisipasi dalam karya Penciptaan Allah dalam melaksanakan tugas pengutusannya, yang berarti senantiasa berpikir positif terhadap para peserta didik atau murid-muridnya, memperkembangkan bakat, keterampilan alias apa-apa yang baik yang telah dimiliki oleh para peserta didik atau murid. Ketika apa yang baik atau kekuatan yang ada dalam diri para peserta didik/murid diperkembangkan dan diperdalam, maka segala kelemahan dan kekurangan yang ada pada diri peserta didik/murid akan terhapus pelan-pelan dan akhirnya hilang sama sekali. Guru berarti 'digugu lan ditiru' (=ditaati dan diikuti), maka dengan ini kami berharap kepada para guru untuk memiliki hati yang  tulus, bersih dan suci, sehingga para murid atau peserta dididik tergerak untuk mengikutinya. Para guru atau pendidik kami harapkan menghayati motto bapak pendidikan kita, Ki Hajar Dewantoro "ing arso asung tulodho, ing madyo ambangun karso, tut wuri handayani" ( = keteladanan, pemberdayaan dan motivasi). 

Kepada rekan muda-mudi atau remaja kami harapkan juga menjaga diri untuk tetap memiliki ketulusan hati, hidup suci, lebih-lebih tidak tergoda dengan rayuan kenikmatan seksual yang merebak pada masa kini. Gara-gara HP atau Facebook di internet cukup banyak orang, entah dewasa, muda-mudi atau remaja jatuh ke pergaulan seks bebas, bahkan ada juga seorang pastor yang terjebak juga, sehingga harus mengundurkan diri dari imamatnya. Rekan-rekan putri atau perempuan kami harapkan juga menghadirkan diri sedemikian rupa sehingga tidak merangsang laki-laki hidung belang berpikiran jahat terhadap anda, dan ada kemungkinan anda terancam untuk diperkosanya. Dan tentu saja rekan-rekan laki-laki atau putra kami harapkan meneladan St.Yusuf, yang sungguh tulus hatinya, dengan kata lain tidak salah anda terpesona kepada gadis cantik, tetapi hendaknya tidak ada hasrat untuk memiliki atau menguasai, melainkan anda sendiri memang sungguh diteguhkan sebagai laki-laki wajar, dan dalam kewajaran juga memperlakukan lain jenis, yaitu memberi kebebasan kepada mereka.

"Karena itulah kebenaran berdasarkan iman supaya merupakan kasih karunia, sehingga janji itu berlaku bagi semua keturunan Abraham, bukan hanya bagi mereka yang hidup dari hukum Taurat, tetapi juga bagi mereka yang hidup dari iman Abraham. Sebab Abraham adalah bapa kita semua, -- seperti ada tertulis: "Engkau telah Kutetapkan menjadi bapa banyak bangsa" -- di hadapan Allah yang kepada-Nya ia percaya, yaitu Allah yang menghidupkan orang mati dan yang menjadikan dengan firman-Nya apa yang tidak ada menjadi ada. Sebab sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, namun Abraham berharap juga dan percaya, bahwa ia akan menjadi bapa banyak bangsa, menurut yang telah difirmankan: "Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu." (Rm 4:16-18)

Dalam ketulusan hati dan sesuai dengan kata malaikat, utusan Allah, akhirnya Yusuf menjadikan Maria sebagai isterinya, meskipun Maria telah mengandung (karena Roh Kudus). Ikatan keluarga, suami-isteri, Yusuf dan Maria karena dan oleh Roh Kudus. Hidup terpanggil, entah menjadi imam, bruder, suster maupun suami-isteri hemat saya juga karena Roh Kudus, maka orang akan setia pada panggilannya sampai mati jika yang bersangkutan setia pada dorongan dan kehendak Roh Kudus, bukan menurut keinginan atau selera pribadi.

Kehendak Roh Kudus antara lain menggejala dalam kehendak dan perbuatan baik, dan ada kemungkinan menjadi nyata dalam tata tertib atau aturan, visi dan misi lembaga, misalnya berupa Konstitusi, Pedoman Hidup, Anggaran Dasar dst.. Marilah kita hadapi dan sikapi aneka tata tertib dan aturan yang terkait dengan panggilan dan tugas pengutusan kita dalam dan oleh iman. Kami percaya bahwa aneka tata tertib dan aturan bertujuan baik, dan siapapun yang melaksanakan dengan jujur, disiplin, setia dan tekun pasti akan memiliki ketulusan hati. Maka kami harap kita semua sungguh membaktikan diri sepenuhnya pada tata tertib atau aturan yang terkait dengan hidup, panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing.

Sebagai orang beriman kita diharapkan untuk meneladan bapa Abraham, bapa umat beriman, yang dikatakan oleh dalam kutipan surat di atas bahwa "sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, namun Abraham berharap dan percaya". Berharap dan beriman memang mengandalkan diri pada sesuatu yang belum atau tidak jelas alias tak mungkin difahami oleh akal sehat sepenuhnya, namun sesuatu tersebut sungguh menggairahkan hidup, penghayatan panggilan dan pelaksanaan tugas pengutusan. Semoga kita semua memiliki harapan dan iman kuat, handal dan tangguh sehingga tabah dalam menghadapi aneka tantangan, godaan dan rayuan untuk berbuat jahat. Kepada para orangtua kami harapkan membina  dan mendidik anak-anaknya agar memiliki harapan dan iman yang kuat, handal dan mendalam.

"Aku hendak menyanyikan kasih setia TUHAN selama-lamanya, hendak memperkenalkan kesetiaan-Mu dengan mulutku turun-temurun.Sebab kasih setia-Mu dibangun untuk selama-lamanya; kesetiaan-Mu tegak seperti langit. Engkau telah berkata: "Telah Kuikat perjanjian dengan orang pilihan-Ku, Aku telah bersumpah kepada Daud, hamba-Ku:Untuk selama-lamanya Aku hendak menegakkan anak cucumu, dan membangun takhtamu turun-temurun." (Mzm 89:2-5)

Ign 19 Maret 2013

    


18Maret

Pergilah dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang."

(Dan  13:41c-62; Yoh 8:1-11)

"Yesus pergi ke bukit Zaitun. Pagi-pagi benar Ia berada lagi di Bait Allah, dan seluruh rakyat datang kepada-Nya. Ia duduk dan mengajar mereka.Maka ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi membawa kepada-Nya seorang perempuan yang kedapatan berbuat zinah.Mereka menempatkan perempuan itu di tengah-tengah lalu berkata kepada Yesus: "Rabi, perempuan ini tertangkap basah ketika ia sedang berbuat zinah. Musa dalam hukum Taurat memerintahkan kita untuk melempari perempuan-perempuan yang demikian. Apakah pendapat-Mu tentang hal itu?" Mereka mengatakan hal itu untuk mencobai Dia, supaya mereka memperoleh sesuatu untuk menyalahkan-Nya. Tetapi Yesus membungkuk lalu menulis dengan jari-Nya di tanah. Dan ketika mereka terus-menerus bertanya kepada-Nya, Ia pun bangkit berdiri lalu berkata kepada mereka: "Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu." Lalu Ia membungkuk pula dan menulis di tanah.Tetapi setelah mereka mendengar perkataan itu, pergilah mereka seorang demi seorang, mulai dari yang tertua. Akhirnya tinggallah Yesus seorang diri dengan perempuan itu yang tetap di tempatnya. Lalu Yesus bangkit berdiri dan berkata kepadanya: "Hai perempuan, di manakah mereka? Tidak adakah seorang yang menghukum engkau?" Jawabnya: "Tidak ada, Tuhan." Lalu kata Yesus: "Aku pun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang."(Yoh 8:1-11), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Kasih pengampunan merupakan anugerah yang telah kita terima secara melimpah ruah dari Allah melalui sekian banyak orang yang telah mengasihi dan memperhatikan kita, sejak kita dilahirkan. Dalam Warta Gembira ini dikisahkan bahwa pagi-pagi benar di depan Bait Allah alias didepan tempat ibadat (kapel, gereja, masjid, kuil dst..) tokoh-tokoh atau pemuka bangsa Yahudi membawa seorang perempuan yang kedapatan berbuat zinah untuk mohon kebijakan dari Yesus apa yang harus dilakukan terhadap perempuan tersebut. Menurut tradisi Yahudi pendosa yang demikian harus dilempari batu sampai mati sebagai hukumannya. Yesus sungguh cerdas dalam menanggapi jebakan para pemuka Yahudi: jika Ia menjawab silahkan perempuan tersebut dilempari batu sampai mati berarti Yesus sama dengan mereka, tetapi jika Ia mengatakan ampunilah dia maka Yesus dituduh tidak setia pada tata tertib atau aturan Yahudi, dan dengan demikian ada alasan bagi pemuka Yahudi untuk mengadili dan menghukumNya. Orang suci memang memiliki kecerdasan khusus, sehingga senantiasa siap sedia menanggapi aneka jebakan maupun tantangan. Karena kecerdasan dan kebijakan Yesus akhirnya tak seorangpun berani menghukum perempuan pezinah tersebut, bahwa mereka pergi meninggalkan Yesus dan perempuan tersebut. Yesus setelah mengampuni si perempuan pun akhirnya meminta ia pergi dan jangan melakukan dosa lagi. Marilah kita meneladanYesus yang mengampuni atau menghayati pesanNya agar mulai dari sekarang kita tidak melakukan dosa apapun. Biarlah kita sungguh siap sedia mengikuti Yesus dan mungkin juga harus menderita dan disalibkan artinya membaktikan diri sepenuhnya kepada Penyelenggaraan Ilahi dengan melayani saudara-saudari kita, terutama mereka yang berdosa, miskin dan berkekurangan.

·    "Baguslah engkau mendustai kepalamu sendiri. Sebab malaikat Allah sudah menunggu-nunggu dengan pedang terhunus untuk membahan engkau, supaya membinasakan kamu!" (Dan 13:59). Demikian kata Daniel, orang muda dan suci, yang mengusahakan kebenaran serta mendobrak kebohongan. Pembohong memang untuk sementara selamat, namun pada suatu saat akan ketahuan juga. Pada umumnya pembohong jika tidak segera bertobat dengan hidup jujur akan melakukan kebohongan yang lebih besar lagi untuk menutupi kebohongan yang ada. Hari-hari ini kasus Bank Century maupun pembangunan komplek olahraga Hambalang semakin hangat menjadi pembicaraan, mengingat dan memperhatikan ada dugaan kebohongan luar biasa dalam kasus ini dengan melakukan korupsi. Semoga mereka yang dipanggil KPK berani mendobrak kebohongan yang ada, demikian juga jajaran KPK semoga cerdas seperti Daniel atau Yesus. Jangan takut mendobrak dan memberantas kebohongan yang ada, karena aneka bentuk kebohongan telah merusak hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kebohongan yang dilakukan oleh para petinggi negara sangat mempengaruhi sikap mental rakyat kita maupun generasi muda khususnya, yaitu berbohong merasa tak bersalah. Memang "kesadaran diri sebagai pendosa, yang lemah dan rapuh" tidak ada lagi di lingkungan masyarakat, sehingga orang berbuat salah enak saja, menyakiti orang lain merasa puas dan nikmat.

"Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya. Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku. Engkau menyediakan hidangan bagiku, di hadapan lawanku; Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak; pialaku penuh melimpah. Kebajikan dan kemurahan belaka akan mengikuti aku, seumur hidupku; dan aku akan diam dalam rumah TUHAN sepanjang masa."

 (Mzm 23:3b-6)

Ign 18 Maret 2013