Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Jumat, 08 April 2011

Minggu Prapaskah V - Yeh 37:12-14; Rm 8:8-11; Yoh 11:1-45

"Ya, Tuhan, aku percaya, bahwa Engkaulah Mesias, Anak Allah, Dia yang akan datang ke dalam dunia."

Mg Prapaskah V: Yeh 37:12-14; Rm 8:8-11; Yoh 11:1-45


Dalam membina atau mendampingi para peserta didik, SMP Kanisius-Jakarta antara lain menyelengga-rakan live in, tinggal, hidup dan bekerja  bersama mereka yang miskin dan berkekurangan di pedesaan wilayah Jawa Tengah. Untuk melatih partisipasi dalam suka dan duka orang miskin dan berkekurangan para Pembina memutuskan agar dalam perjalanan dari Jakarta ke Jawa Tengah menggunakan bus tak ber AC. Namun hal itu mendapat tanggapan negatif dari beberapa orangtua peserta didik dan di antara mereka, yang kebetulan pengelola bus antar provinsi, kurang setuju serta menawarkan sumbangan bus ber AC. Tawaran itupun akhirnya diterima dan yang bersangkutan mempersiapkan empat bus ber AC beserta sopirnya yang terbaik, dengan harapan para peserta didik dengan enak sampai di tujuan dengan selamat. Selesai kegiatan biasanya saya menanyakan pengalaman mereka selama live in, tentu saja tidak hanya kepada para peserta didik, tetapi juga kepada para sopir. Kepada para sopir saya tanyakan pengalaman mereka selama di perjalanan. Cukup mengesan salah satu sharing mereka, yaitu : "Wah, pater, selama di perjalanan saya sempat stress/tertekan, karena boss saya hampir setiap jam menilpon via HP saya bertanya perihal perjalanan serta berpesan agar hati-hati". Mengapa sharing mereka begitu mengesan pada saya, karena mereka adalah sopir terbaik dan bus yang mereka kemudikan juga yang terbaik. Yang menjadi pertanyaan saya adalah 'Bukankah sang boss kurang percaya kepada para sopir yang terbaik tersebut'. Percaya memang tidak mudah, jika orang kurang percaya kepada saudaranya atau sesama manusia, kiranya mereka juga sulit untuk percaya kepada Tuhan.

 

"Ya, Tuhan, aku percaya, bahwa Engkaulah Mesias, Anak Allah, Dia yang akan datang ke dalam dunia."(Yoh 11:27)   

 

Warta Gembira hari ini menceriterakan kisah kematian Lazarus, saudara Marta dan Maria, sahabat Yesus. Ketika Yesus datang disambut oleh Marta dan ia berkata kepadaNya :"Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati.Tetapi sekarang pun aku tahu, bahwa Allah akan memberikan kepada-Mu segala sesuatu yang Engkau minta kepada-Nya."(Yoh 11: 21-22). Dan Yesus pun berkata kepadanya: : "Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya. Percayakah engkau akan hal ini?"(Yoh 11:25-26), dan Marta pun menjawab : "Ya, Tuhan, aku percaya, bahwa Engkaulah Mesias, Anak Allah, Dia yang akan datang ke dalam dunia."(Yoh 11:27). Baiklah jawaban Marta ini kita jadikan bahan permenungan atau refleksi kita.

 

Selama menjalani masa Prapaskah ini kiranya kebanyakan dari kita berpartisipasi dalam aneka kegiatan Prapaskah dalam rangka untuk semakin mengenali dan mengimani Yesus, Mesias, Penyelamat Dunia. Apakah kita semakin mengenal dan mengimani bahwa Yesus adalah Mesias, Penyelamat Dunia, Anak Allah, yang berarti cara hidup dan cara bertindak kita semakin menyerupai cara hidup dan cara bertindakNya? Apakah kita percaya kepadaNya bahwa kehadiran dan kedatanganNya di dunia untuk membangkitkan yang lemah dan lesu, menggairahkan yang frustrasi dan putus asa? Jika kita semakin percaya kepadaNya berarti kita semakin bergairah dalam menghayati iman atau ajaran agama kita masing-masing. Marilah kita imani doa Yesus ini : "Bapa, Aku mengucap syukur kepada-Mu, karena Engkau telah mendengarkan Aku.Aku tahu, bahwa Engkau selalu mendengarkan Aku, tetapi oleh karena orang banyak yang berdiri di sini mengelilingi Aku, Aku mengatakannya, supaya mereka percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku."(Yoh 11:41-42).

 

Kita didoakan agar percaya babwa Yesus adalah Almasih, Utusan Allah untuk menyelamatkan dunia dan bumi seisinya. Percaya pada masa kini cukup banyak digerogoti oleh atau mengalami erosi karena HP (Hand Phone). Ketika belum ada HP kiranya anda jarang sekali menghubungi pasangan hidup anda, suami atau isteri anda, pacar atau tunangan anda, anak-anak anda dst, yang sedang bepergian atau bertugas, namun ketika memiliki HP mungkin hampir setiap jam menghubunginya. Jika anda jujur mawas diri kiranya menghubungi dengan HP tersebut lebih merupakan kecugiaan alias kurang percaya daripada bentuk cintakasih. Jika kita kurang atau tidak mudah percaya kepada saudara-saudari kita yang dekat dengan kita, kiranya sulit atau tak mungkin kita dapat percaya kepada Tuhan, percaya bahwa Yesus adalah Almasih, Penyelamat Dunia, percaya kepada Penyelenggaraan Ilahi.

 

"Kamu tidak hidup dalam daging, melainkan dalam Roh, jika memang Roh Allah diam di dalam kamu. Tetapi jika orang tidak memiliki Roh Kristus, ia bukan milik Kristus.Tetapi jika Kristus ada di dalam kamu, maka tubuh memang mati karena dosa, tetapi roh adalah kehidupan oleh karena kebenaran. Dan jika Roh Dia, yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati, diam di dalam kamu, maka Ia, yang telah membangkitkan Kristus Yesus dari antara orang mati, akan menghidupkan juga tubuhmu yang fana itu oleh Roh-Nya, yang diam di dalam kamu" (Rm 8:9-11)

        

Percaya kepada Penyelenggaraan Ilahi berarti percaya kepada karya Roh Kudus, yang kemudian hidup dan bertindak sesuai dengan kehendakNya dan tidak mengikuti kehendak sendiri atau kemauan daging. Jika selama di dunia ini kita hidup dari dan oleh Roh Kudus, maka setelah dipanggil Tuhan atau meninggal dunia nanti kita akan hidup mulia selamanya di sorga oleh 'Roh yang telah membangkitkan tubuh kita yang fana'. Maka baiklah saya mengajak dan mengingatkan kita semua untuk tetap setia hidup dari dan oleh Roh sehingga cara hidup dan cara bertindak kita menghasilkan buah-buah Roh seperti "kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri" (Gal 5:22-23)

 

"Aku akan memberikan Roh-Ku ke dalammu, sehingga kamu hidup kembali dan Aku akan membiarkan kamu tinggal di tanahmu. Dan kamu akan mengetahui bahwa Aku, TUHAN, yang mengatakannya dan membuatnya, demikianlah firman TUHAN." (Yeh 37:14), demikian firman Allah kepada bangsa terpilih melalui nabi Yeheskiel. Bangsa terpilih dalam keadaan bagaikan 'tulang-tulang', yang tak berarti apa-apa alias mati, frustrasi dan lesu. Karena anugerah Roh mereka hidup bergairah kembali serta dengan penuh harapan menantikan hari kemenangan atau penebusan, artinya hidup dan bertindak sesuai dengan jati diri, panggilan atau tugas pengutusannya. Hari-hari mendatang atau mungkin sudah mulai dilakukan, kiranya di gereja atau wilayah anda ada kesempatan untuk mengaku dosa, menyadari dan mengakui dosa-dosa secara pribadi serta mohon kasih pengampunan Ilahi/Tuhan. Baiklah jangan menyia-nyiakan kesempatan untuk mengaku dosa ini, untuk membangkitkan semangat atau gairah hidup kita dengan menerima anugerah kasih pengampunan Allah.

 

"Dari jurang yang dalam aku berseru kepada-Mu, ya TUHAN! Tuhan, dengarkanlah suaraku! Biarlah telinga-Mu menaruh perhatian kepada suara permohonanku. Jika Engkau, ya TUHAN, mengingat-ingat kesalahan-kesalahan, Tuhan, siapakah yang dapat tahan? Tetapi pada-Mu ada pengampunan, supaya Engkau ditakuti orang.Aku menanti-nantikan TUHAN, jiwaku menanti-nanti, dan aku mengharapkan firman-Nya. Jiwaku mengharapkan Tuhan lebih dari pada pengawal mengharapkan pagi, lebih dari pada pengawal mengharapkan pagi" (Mzm 130:1-6)

 

Jakarta, 10 April 2011


Kamis, 07 April 2011

9 April - Yer 11:19-20; Yoh 7:40-53

"Mereka pulang, masing-masing ke rumahnya,"

(Yer 11:19-20; Yoh 7:40-53)


'Beberapa orang di antara orang banyak, yang mendengarkan perkataan-perkataan itu, berkata: "Dia ini benar-benar nabi yang akan datang." Yang lain berkata: "Ia ini Mesias." Tetapi yang lain lagi berkata: "Bukan, Mesias tidak datang dari Galilea! Karena Kitab Suci mengatakan, bahwa Mesias berasal dari keturunan Daud dan dari kampung Betlehem, tempat Daud dahulu tinggal." Maka timbullah pertentangan di antara orang banyak karena Dia.Beberapa orang di antara mereka mau menangkap Dia, tetapi tidak ada seorang pun yang berani menyentuh-Nya.Maka penjaga-penjaga itu pergi kepada imam-imam kepala dan orang-orang Farisi, yang berkata kepada mereka: "Mengapa kamu tidak membawa-Nya?" Jawab penjaga-penjaga itu: "Belum pernah seorang manusia berkata seperti orang itu!" Jawab orang-orang Farisi itu kepada mereka: "Adakah kamu juga disesatkan? Adakah seorang di antara pemimpin-pemimpin yang percaya kepada-Nya, atau seorang di antara orang-orang Farisi?Tetapi orang banyak ini yang tidak mengenal hukum Taurat, terkutuklah mereka!"Nikodemus, seorang dari mereka, yang dahulu telah datang kepada-Nya, berkata kepada mereka:"Apakah hukum Taurat kita menghukum seseorang, sebelum ia didengar dan sebelum orang mengetahui apa yang telah dibuat-Nya?" Jawab mereka: "Apakah engkau juga orang Galilea? Selidikilah Kitab Suci dan engkau akan tahu bahwa tidak ada nabi yang datang dari Galilea." Lalu mereka pulang, masing-masing ke rumahnya," (Yoh 7:40-53), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Terjadi ketegangan antar orang-orang yang percaya kepada Yesus dan yang tak percaya, itulah isi Warta Gembira hari ini. Berbagai ketegangan macam ini juga sedang terjadi di negeri kita tercinta Indonesia ini maapun dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dimanapun juga. Di Indonesia misalnya akhir-akhir ini terjadi ketegangan sekitar PSSI, yang mengurus persepak-bolaan di Indonesia, pertandingan dan ketegangan tidak hanya terjadi antar klub sepak bola yang sedang bermain di lapangan, tetapi juga terjadi antara pengurus PSSI dan para calon penggantinya beserta para pendukungnya. Ketegangan politik juga terjadi dan dibelokkan menjadi ketegangan hidup bergama. Akhirnya "mereka pulang, masing-masing ke rumahnya", artinya hidup dan bertindak menurut kemauan dan keinginan sendiri, bahkan hal ini juga telah mempengaruhi masyarakat sehingga anggota masyarakat juga hidup dan bertindak seenaknya sendiri. Kami berharap kepada rekan-rekan beriman dan beragama untuk tetap setia pada iman dan ajaran agamanya, serta bekerja sama membangun dan memperdalam persaudaraan atau persahabatan sejati di tengah-tengah ketegangan yang sedang terjadi masa kini. Hendaknya kita tidak terjebak pada pancingan atau rayuan dari mereka yang bersikap mental materilistis atau tidak beriman.

·   "TUHAN semesta alam, yang menghakimi dengan adil, yang menguji batin dan hati, biarlah aku melihat pembalasan-Mu terhadap mereka, sebab kepada-Mulah kuserahkan perkaraku" (Yer 11:20), demikian keyakinan iman nabi Yeremia, yang sedang menghadapi aneka ancaman untuk disingkirkan. Hidup terpanggil menjadi nabi memang tak akan terlepas dari aneka tantangan, hambatan atau masalah. Sebagai orang beriman atau beragama kita memiliki dimensi kenabian dalam cara hidup dan cara bertindak kita, maka marilah kita hayati dimensi kenabian tersebut dalam hidup kita bersama dimanapun, dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, baik dalam keluarga, tempat kerja maupun masyarakat. Nabi adalah pembawa dan pewarta kebenaran, penyambung 'lidah Allah', maka menghayati dimensi kenabian berarti senantiasa membawa dan mewartakan kebenaran dimana saja dan kapan saja. Memang di tengah-tengah masih maraknya kebohongan dan keserakahan masa kini, menjadi pembawa dan pewarta kebenaran pasti akan menghadapi ujian berat: diancam dan ada kemungkinan ditangkap serta kemudian dibawa ke pengadilan untuk diadili. Ada kemungkinan juga harus mengahadapi pengadilan informal dari mereka yang kurang senang terhadap kebenaran. Baiklah dalam menghadapi pengadilan kita tidak perlu takut dan gentar, persembahkan atau percayakan semuanya kepada Penyelenggaraan Ilahi seraya berdoa "kepada-Mulah kuserahkan perkaraku". Percayalah bahwa kebenaran pasti akan menang terhadap kebohongan dan kebencian. Allah mahatahu dan maha adil, biarkanlah Allah sendiri yang akan mengadili dan menentukan keputusan. Sekiranya pengadilan manusia memutuskan kita harus dipenjara, terimalah dengan rela dan besar hati, serta manfaatkan waktu di penjara untuk mawas diri.

 

"TUHAN mengadili bangsa-bangsa. Hakimilah aku, TUHAN, apakah aku benar, dan apakah aku tulus ikhlas. Biarlah berakhir kejahatan orang fasik, tetapi teguhkanlah orang yang benar, Engkau, yang menguji hati dan batin orang, ya Allah yang adil. Perisai bagiku adalah Allah, yang menyelamatkan orang-orang yang tulus hati; Allah adalah Hakim yang adil dan Allah yang murka setiap saat" (Mzm 7:9-12)     

 

Jakarta, 9 April 2011 .


8 April - Keb 2:1a.12-22; Yoh 7:1-2.10.25-30

"Aku diutus oleh Dia yang benar yang tidak kamu kenal."
(Keb 2:1a.12-22; Yoh 7:1-2.10.25-30)

"Sesudah itu Yesus berjalan keliling Galilea, sebab Ia tidak mau tetap tinggal di Yudea, karena di sana orang-orang Yahudi berusaha untuk membunuh-Nya. Ketika itu sudah dekat hari raya orang Yahudi, yaitu hari raya Pondok Daun.  Tetapi sesudah saudara-saudara Yesus berangkat ke pesta itu, Ia pun pergi juga ke situ, tidak terang-terangan tetapi diam-diam. Beberapa orang Yerusalem berkata: "Bukankah Dia ini yang mereka mau bunuh? Dan lihatlah, Ia berbicara dengan leluasa dan mereka tidak mengatakan apa-apa kepada-Nya. Mungkinkah pemimpin kita benar-benar sudah tahu, bahwa Ia adalah Kristus? Tetapi tentang orang ini kita tahu dari mana asal-Nya, tetapi bilamana Kristus datang, tidak ada seorang pun yang tahu dari mana asal-Nya." Waktu Yesus mengajar di Bait Allah, Ia berseru: "Memang Aku kamu kenal dan kamu tahu dari mana asal-Ku; namun Aku datang bukan atas kehendak-Ku sendiri, tetapi Aku diutus oleh Dia yang benar yang tidak kamu kenal. Aku kenal Dia, sebab Aku datang dari Dia dan Dialah yang mengutus Aku." Mereka berusaha menangkap Dia, tetapi tidak ada seorang pun yang menyentuh Dia, sebab saat-Nya belum tiba" (Yoh 7:1-2.10.25-30), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
•    Ketegangan antara Yesus dengan mereka yang tidak percaya kepadaNya mulai terjadi. Yesus tahu bahwa mereka yang tidak percaya kepadaNya akan menyingkirkanNya alias membunuhNya, maka ketika Ia datang ke Yerusalem untuk `hari raya Pondok Daun', Ia datang dengan sembunyi-sembunyi, `sebab saat-Nya belum tiba'. Kisah ini kiranya baik menjadi permenungan atau refleksi kita. Ada kemungkinan karena kesetiaan kita terhadap panggilan atau tugas pengutusan, kita harus menghadapi ancaman untuk disingkirkan, sebagaimana pernah dialami oleh Munir, pejuang hak azasi dan kebenaran. Kami berharap anda tetap setia pada panggilan atau tugas pengutusan, meskipun harus menghadapi ancaman untuk disingkirkan, percayalah bahwa `saatnya belum tiba'. Dengan kata lain selama masih dapat berjuang demi kebenaran dan keadilan hendaknya terus berjuang, dan mungkin tidak harus terang-terangan, artinya kita tidak harus maju atau melangkah sendiri, melainkan dengan minta bantuan orang lain, misalnya seorang tokoh yang cukup berpengaruh dan mendukung perjuangan kita. Kita tidak perlu menyombongkan diri dengan pasang bendera atau kebesaran kita, melainkan dengan rendah hati minta bantuan orang lain. Yang penting atau utama adalah tujuan tercapai, dan siapapun yang membantu pencapaian tujuan tersebut kita dukung atau doakan. Ketika secara phisik atau social tak mungkin berjuang, baiklah kita berjuang secara spiritual dengan mendoakan, berdoa demi keberhasilan cita-cita atau tujuan perjuangan kita. Sekali lagi saya angkat di sini marilah kita berdoa 3x Salam Maria dan setiap kali diselingi dengan refren "Ya Allah, bebaskanlah bangsa kami dari perbudakan keserakahan". Hendaknya doa ini setiap hari kita doakan demi pertobatan Indonesia tercinta.

•    "Marilah kita menghadang orang yang baik, sebab bagi kita ia menjadi gangguan serta menentang pekerjaan kita. Pelanggaran-pelanggaran hukum dituduhkannya kepada kita, dan kepada kita dipersalahkannya dosa-dosa terhadap pendidikan kita. Ia membanggakan mempunyai pengetahuan tentang Allah, dan menyebut dirinya anak Tuhan" (Keb 2:12-13). Orang baik, bermoral dan berbudi pekerti luhur memang akan menghadapi aneka masalah, tantangan atau hambatan., dihadang oleh oknum-oknum tertentu, yang dibayar oleh orang berduit atau yang gila akan kekuasaan, harta benda dan kehormatan duniawi. Bukankah hal macam ini akhir-akhir ini juga terjadi di negeri kita yang tercinta ini, dimana para tokoh yang berduit dan serakah akan kekuasaan, harta benda serta kehormatan dunia dengan uangnya membayari preman-preman untuk menimbulkan kekacauan dan kerusuhan, guna menakut-nakuti orang-orang baik, bermoral dan berbudi pekerti luhur? Orang yang bersikap mental materialistis memang tidak memiliki cintakasih dan tidak manusiawi. Mereka juga sering memutar-balikkan perkara dan kebenaran. Kami berharap kepada semua umat beriman untuk tetap setia pada imannya serta menghayati imannya dalam cara hidup dan cara bertindak setiap hari; demikian juga kami berharap kepada para poltikus atau tokoh-tokoh hidup bermsayarakat, berbangsa dan bernegara untuk menjiwai sepak terjang dan pelayanan dengan iman, dan secara konkret senantiasa berlaku adil, benar dan baik. Marilah kita tidak malu menghayati diri sebagai `anak Tuhan', artinya orang yang senantiasa melaksanakan kehendak dan perintah Tuhan di dalam cara hidup dan cara bertindak setiap hari.

"Wajah TUHAN menentang orang-orang yang berbuat jahat untuk melenyapkan ingatan kepada mereka dari muka bumi. Apabila orang-orang benar itu berseru-seru, maka TUHAN mendengar, dan melepaskan mereka dari segala kesesakannya. TUHAN itu dekat kepada orang-orang yang patah hati, dan Ia menyelamatkan orang-orang yang remuk jiwanya. Kemalangan orang benar banyak, tetapi TUHAN melepaskan dia dari semuanya itu" (Mzm 34:17-20)

Jakarta, 8 April 2011



Rabu, 06 April 2011

7 April - Kel 32:7-14; Yoh 5:31-47

"Aku tidak memerlukan kesaksian dari manusia"

(Kel 32:7-14; Yoh 5:31-47)

 

"Kalau Aku bersaksi tentang diri-Ku sendiri, maka kesaksian-Ku itu tidak benar; ada yang lain yang bersaksi tentang Aku dan Aku tahu, bahwa kesaksian yang diberikan-Nya tentang Aku adalah benar. Kamu telah mengirim utusan kepada Yohanes dan ia telah bersaksi tentang kebenaran; tetapi Aku tidak memerlukan kesaksian dari manusia, namun Aku mengatakan hal ini, supaya kamu diselamatkan. Ia adalah pelita yang menyala dan yang bercahaya dan kamu hanya mau menikmati seketika saja cahayanya itu. Tetapi Aku mempunyai suatu kesaksian yang lebih penting dari pada kesaksian Yohanes, yaitu segala pekerjaan yang diserahkan Bapa kepada-Ku, supaya Aku melaksanakannya. Pekerjaan itu juga yang Kukerjakan sekarang, dan itulah yang memberi kesaksian tentang Aku, bahwa Bapa yang mengutus Aku. Bapa yang mengutus Aku, Dialah yang bersaksi tentang Aku. Kamu tidak pernah mendengar suara-Nya, rupa-Nya pun tidak pernah kamu lihat, dan firman-Nya tidak menetap di dalam dirimu, sebab kamu tidak percaya kepada Dia yang diutus-Nya."(Yoh 5:31-38), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Seorang saksi yang baik senantiasa mengatakan atau mengungkapkan kebenaran-kebenaran; ia mengatakan apa yang dilihat atau dialaminya sendiri apa adanya tanpa ditambahi atau dikurangi. Apa yang diungkapkan atau dikatakan oleh seorang saksi bertujuan untuk menyingkapkan kebenaran yang diselubungi oleh kebohongan-kebohongan. Yesus berbicara perihal kesaksian, tetapi bukan kesaksian manusia, melainkan perbuatan-perbuatan sebagai pelaksanaan kehendak Allah Bapa yang mengutusNya. Sebagai orang beriman, terutama yang beriman kepada Yesus Kristus, kita semua dipanggil untuk menjadi saksi, lebih-lebih melalui perbuatan atau perilaku bukan perkataan atau omongan. Kesaksian merupakan cara utama dan pertama dalam melaksanakan tugas pengutusan, yang tak tergantikan dengan atau oleh cara lain apapun. Sebagai suami-isteri menjadi saksi iman berarti dalam keadaan dan situasi apapun senantiasa saling mengasihi tanpa syarat; sebagai anggota lembaga hidup bakti, biarawan atau biarawati berarti tetap dan setia berbakti kepada Tuhan dalam situasi dan kondisi apapun, dan sebagai yang telah dibaptis berarti setia mengabdi Tuhan dan menolak semua godaan setan kapanpun dan dimanapun,dst… Maka baiklah kita tidak hidup dan bertindak hanya mengikuti selera atau keinginan pribadi, tetapi lebih-lebih dan terutama hidup dan bertindak sesuai dengan janji yang pernah kita ikrarkan.

·    "Pergilah, turunlah, sebab bangsamu yang kaupimpin keluar dari tanah Mesir telah rusak lakunya" (Kel 32:7), demikian perintah atau sabda Tuhan kepada Musa, yang diutus untuk menuntun atau mendampingi bangsanya menuju tanah terjanji. Kutipan ini kiranya baik menjadi permenungan atau refleksi bagi siapapun yang menjadi pemimpin atau atasan dalam hidup dan kerja atau perjalanan bersama. Hidup dan pelaksanaan aneka tugas dan kewajiban bagaikan perjalanan, yaitu perjalanan menuju hidup mulia selamanya di sorga setelah dipanggil Tuhan atau meninggal dunia nanti. Di dalam perjalanan dapat terjadi aneka macam godaan atau gangguan yang menggeroti jati diri kita masing-masing, sehingga kita tidak setia pada panggilan dan tugas pengutusan, karena 'telah rusak laku kita'. Pemimpin atau atasan perjalanan hendaknya tidak segan untuk 'turun', mendatangi yang dipimpin atau anggotanya guna memberi perhatian kepada mereka atau dimana perlu menegor dan memperbaiki mereka yang 'telah rusak lakunya', demikian pula orangtua terhadap anak-anaknya. Sebagai pemimpin atau atasan kiranya dapat menghayati motto Ki Hajar Dewantoro "ing arso asung tulodho, ing madyo ambangun karso, tut wuri handayani" (keteladanan, pemberdayaan dan motivasi). Sabda hari ini lebih-lebih mengajak kita untuk 'ing madyo ambangun karso'  atau hadir di tengah-tengah mereka yang kita pimpin untuk memberdayakan mereka. Dengan kata lain kehadiran dan sepak terjang seorang pemimpin dimanapun dan kapanpun hendaknya memberdayakan mereka yang dipimpin, artinya yang dipimpin menjadi semakin bergairah, bersemangat dan dinamis dalam melaksanakan tugas pengutusan atau kewajibannya. Mereka yang telah rusak perilakunya hendaknya dengan rendah hati diajak untuk memperbaiki atau bertobat, dan jangan dibiarkan saja. Membiarkan atau terlambat memperbaiki mereka yang telah rusak perilakunya dapat menjadi racun dalam perjalanan bersama, artinya merusak perjalanan bersama.

 

"Mereka membuat anak lembu di Horeb, dan sujud menyembah kepada patung tuangan; mereka menukar Kemuliaan mereka dengan bangunan sapi jantan yang makan rumput. Mereka melupakan Allah yang telah menyelamatkan mereka, yang telah melakukan hal-hal yang besar di Mesir: perbuatan-perbuatan ajaib di tanah Ham, perbuatan-perbuatan dahsyat di tepi Laut Teberau. Maka Ia mengatakan hendak memusnahkan mereka, kalau Musa, orang pilihan-Nya, tidak mengetengahi di hadapan-Nya, untuk menyurutkan amarah-Nya, sehingga Ia tidak memusnahkan mereka" (Mzm 106:19-23)    

 

Jakarta, 7 April 2011.


Selasa, 05 April 2011

6 April - Yes 49:8-15; Yoh 5:17-30

"Barangsiapa mendengar perkataanKu dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku ia mempunyai hidup yang kekal"
(Yes 49:8-15; Yoh 5:17-30)

"Ia berkata kepada mereka: "Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Aku pun bekerja juga." Sebab itu orang-orang Yahudi lebih berusaha lagi untuk membunuh-Nya, bukan saja karena Ia meniadakan hari Sabat, tetapi juga karena Ia mengatakan bahwa Allah adalah Bapa-Nya sendiri dan dengan demikian menyamakan diri-Nya dengan Allah. Maka Yesus menjawab mereka, kata-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya Anak tidak dapat mengerjakan sesuatu dari diri-Nya sendiri, jikalau tidak Ia melihat Bapa mengerjakannya; sebab apa yang dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerjakan Anak. Sebab Bapa mengasihi Anak dan Ia menunjukkan kepada-Nya segala sesuatu yang dikerjakan-Nya sendiri, bahkan Ia akan menunjukkan kepada-Nya pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar lagi dari pada pekerjaan-pekerjaan itu, sehingga kamu menjadi heran. Sebab sama seperti Bapa membangkitkan orang-orang mati dan menghidupkannya, demikian juga Anak menghidupkan barangsiapa yang dikehendaki-Nya. Bapa tidak menghakimi siapa pun, melainkan telah menyerahkan penghakiman itu seluruhnya kepada Anak, supaya semua orang menghormati Anak sama seperti mereka menghormati Bapa. Barangsiapa tidak menghormati Anak, ia juga tidak menghormati Bapa, yang mengutus Dia. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup."(Yoh 5:17-24), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
•    Menjadi utusan maupun percaya kepada seorang utusan rasanya tidak mudah, orang sering kurang percaya diri sabagai yang diutus atau kurang percaya kepada seorang utusan. Sabda Yesus hari ini mengajak dan mengingatkan kita semua untuk mawas diri sejauh mana kita percaya kepada sabda-sabdaNya dan kemudian melaksanakannya dalam hidup sehari-hari. "Barangsiapa mendengar perkataanKu dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku ia mempunyai hidup yang kekal", demikian sabda Yesus. Selama berpartisipasi di dalam Perayaan Ekaristi, setelah dibacakan sabda Tuhan kita menjawab "Tanamkanlah sabda-Mu,  ya Tuhan, dalam hati kami". Jika sabda Tuhan sungguh tertanam di dalam hati kita masing-masing, kami percaya kita akan hidup berbahagia, damai sejahtera dan ketika dipanggil Tuhan langsung menikmati hidup kekal, berbahagia selama-lamanya di sorga. Percaya memang tidak mudah, maka baiklah saya mengingatkan sekali lagi: sedikit banyak HP (Hand Phone) telah menggerogoti kepercayaan kita kepada saudara-saudari kita, dan ketika kita kurang percaya kepada saudara-saudari kita maka akan sulit percaya kepada Tuhan. Bukankah ketika belum ada HP kita jarang mengkontak/menghubungi suami, isteri, anak-anak, pacar/tunangan, rekan, atau sahabat kita, namun ketika memiliki HP hampir setiap jam atau ada kesempatan kita menghubunginya. Pertanyaan: ketika saya menghubungi mereka melalui HP -> hal itu merupakan tanda cinta atau tanda curiga? Hemat saya merupakan tanda curiga alias kurang percaya. Percaya kepada Tuhan identik dengan percaya kepada saudara-saudari kita, yang hidup dan bekerja setiap hari bersama kita.

•    "Dapatkah seorang perempuan melupakan bayinya, sehingga ia tidak menyayangi anak dari kandungannya? Sekalipun dia melupakannya, Aku tidak akan melupakan engkau." (Yes 49:15), demikian sabda Tuhan melalui nabi Yesaya. Tuhan tidak pernah melupakan kita, meskipun kita sering melupakan atau mengabaikanNya. Para ibu kiranya dapat menjadi teladan dalam mengingat dan mengenangkan kebaikan atau kasih karunia Tuhan, mengingat dan mempertimbangkan pernah mengandung dan mendampingi dengan penuh kasih dan perhatian `kasih karunia Tuhan', bayi, anak manusia, yang dianugerahkan kepadanya. Maka dengan ini kami berharap kepada para ibu untuk menjadi kekuatan dalam hal mengenangkan kasih karunia atau sabda-sabda Tuhan dalam keluarganya, sehingga seluruh anggota keluarga ingat dan senantiasa mengenangkan kasih karunia atau sabda-sabda Tuhan. Dalam kenyataan dapat kita lihat bahwa yang rajin hadir dalam doa bersama di lingkungan pada umumnya adalah para ibu. Kita ingat juga sebuah lagu "Kasih ibu kepada beta, tak terhingga sepanjang masa. Hanya memberi tak harap kembali, bagai sang surya menyinari dunia". Semoga para ibu atau rekan perempuan sungguh dapat menjadi sinar yang menerangi hidup bersama dimanapun dan kapanpun. Semoga kehadiran dan sepak terjang rekan-rekan perempuan atau para ibu sungguh menggairahkan dan menggembirakan kehidupan bersama dimanapun dan kapanpun.

"TUHAN itu pengasih dan penyayang, panjang sabar dan besar kasih setia-Nya. TUHAN itu baik kepada semua orang, dan penuh rahmat terhadap segala yang dijadikan-Nya. TUHAN setia dalam segala perkataan-Nya dan penuh kasih setia dalam segala perbuatan-Nya. TUHAN itu penopang bagi semua orang yang jatuh dan penegak bagi semua orang yang tertunduk." (Mzm 145:8-9.13b-14)

Jakarta, 6 April 2011



Senin, 04 April 2011

5 April - Yeh 47:1-9.12; Yoh 5:1-16

"Jangan berbuat dosa lagi supaya padamu jangan terjadi yang lebih buruk."

(Yeh 47:1-9.12; Yoh 5:1-16)

"Di situ ada seorang yang sudah tiga puluh delapan tahun lamanya sakit. Ketika Yesus melihat orang itu berbaring di situ dan karena Ia tahu, bahwa ia telah lama dalam keadaan itu, berkatalah Ia kepadanya: "Maukah engkau sembuh?" Jawab orang sakit itu kepada-Nya: "Tuhan, tidak ada orang yang menurunkan aku ke dalam kolam itu apabila airnya mulai goncang, dan sementara aku menuju ke kolam itu, orang lain sudah turun mendahului aku." Kata Yesus kepadanya: "Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalanlah." Dan pada saat itu juga sembuhlah orang itu lalu ia mengangkat tilamnya dan berjalan. Tetapi hari itu hari Sabat. Karena itu orang-orang Yahudi berkata kepada orang yang baru sembuh itu: "Hari ini hari Sabat dan tidak boleh engkau memikul tilammu." Akan tetapi ia menjawab mereka: "Orang yang telah menyembuhkan aku, dia yang mengatakan kepadaku: Angkatlah tilammu dan berjalanlah." Mereka bertanya kepadanya: "Siapakah orang itu yang berkata kepadamu: Angkatlah tilammu dan berjalanlah?" Tetapi orang yang baru sembuh itu tidak tahu siapa orang itu, sebab Yesus telah menghilang ke tengah-tengah orang banyak di tempat itu. Kemudian Yesus bertemu dengan dia dalam Bait Allah lalu berkata kepadanya: "Engkau telah sembuh; jangan berbuat dosa lagi, supaya padamu jangan terjadi yang lebih buruk." Orang itu keluar, lalu menceriterakan kepada orang-orang Yahudi, bahwa Yesuslah yang telah menyembuhkan dia.Dan karena itu orang-orang Yahudi berusaha menganiaya Yesus, karena Ia melakukan hal-hal itu pada hari Sabat."(Yoh 5:5-16), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Aneka pelayanan medis dan obat buatan manusia sering mengalami ketebatasan dalam penyembuhan pasien, dan ketika usaha manusia tersebut terbatas atau tak mampu menyembuhkan, maka ada kemungkinan orang kemudian mencari penyembuhan alternatif, sebagaimana terjadi di 'kolam' dekat Pintu Gerbang Anak Domba di Yerusalem, dimana orang mendambakan mujizat. Ada seseorang yang berpenyakit lumpuh mendambakan mujizat penyembuhan di kolam tersebut, namun karena keterbatasan phisiknya ia senantiasa kalah berjuang dengan orang lain, sehingga bertahun-tahun menunggu apa yang didambakan tak menjadi kenyataan. Akhirnya Yesus datang menyembuhkannya dan setelah sembuh dari kelumpuhannya kepadanya dipesan : "Engkau telah sembuh; jangan berbuat dosa lagi, supaya padamu jangan terjadi yang lebih buruk.". Mungkin kita tidak lumpuh secara phisik, tetapi ada kemungkinan lumpuh secara psikologis atau spiritual, maka baiklah kita mohon rahmat penyembuhan kepada Tuhan melalui saudara-saudari kita. Jika kita telah sembuh hendaknya hidup dengan penuh syukur dan terima kasih, dan secara konkret berusaha tidak melakukan aneka perbuatan yang membuat kita sakit atau lumpuh. Sehat dan sakit erat kaitannya dengan beriman dan tidak beriman, maka jika kita menderita sakit berarti kurang beriman. Kita juga diingatkan bahwa tidak perlu takut dan gentar ketika harus melanggar tata tertib buatan manusia, asal apa yang kita lakukan lebih dari tata tertib tersebut, yaitu demi keselamatan jiwa manusia.

·   "Ke mana saja sungai itu mengalir, segala makhluk hidup yang berkeriapan di sana akan hidup. Ikan-ikan akan menjadi sangat banyak, sebab ke mana saja air itu sampai, air laut di situ menjadi tawar dan ke mana saja sungai itu mengalir, semuanya di sana hidup"(Yeh 47:9). Kutipan ini mengingatkan kita semua akan pentingnya dan makna air dalam hidup manusia. Air memang menjadi lambang kehidupan dan kesucian atau berkat. Ingat dan hayati bahwa sebagian besar tubuh kita terdiri dari air, binatang maupun tumbuhan kurang air akan mati. Air juga berfungsi penyalur tenaga listrik yang handal, entah di luar diri kita ataupun di dalam tubuh kita sendiri. Maka dengan ini kami mengingatkan kita semua untuk menjaga kelestarian sumber air tanah yang bersih dan sehat. Untuk itu antara lain menjaga lingkungan hidup tetap hijau dan rindang karena tanaman atau tumbuhan besar penahan dan penampung air hujan; jaga dan lingkungan hutan maupun pohon-pohon besar di kota-kota besar yang menjadi 'paru-paru' dunia atau kota.  Jauhkan dan berantas aneka pemalakan atau pembabatan hutan demi tujuan komersial dari sekelompok orang yang serakah akan harta benda atau uang. Tidak menjadi sumber air dengan baik berarti tidak memperhatikan generasi mendatang alias egois. Hendaknya diusahakan adanya resapan-resapan air di lingkungan bangunan rumah atau kantor anda, maupun di halaman dan kebon anda. Salah satu usaha bersama yang baik kita lakukan antara lain 'jangan menggunakan alat pembungkus aneka makanan atau minuman dengan plastik atau yang sejenis, sehingga sampah-sampah bersih dari plastik'. Pembiaran pemanfaatan plastik dengan serakah berarti berusaha menghancurkan lingkungan hidup berserta dengan manusia, binatang maupun tumbuh-tumbuhan yang ada di dalamnya.

 

"Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti. Sebab itu kita tidak akan takut, sekalipun bumi berubah, sekalipun gunung-gunung goncang di dalam laut;Kota Allah, kediaman Yang Mahatinggi, disukakan oleh aliran-aliran sebuah sungai. Allah ada di dalamnya, kota itu tidak akan goncang; Allah akan menolongnya menjelang pagi "(Mzm 46:2-3.5-6)

 

Jakarta, 5 April 2011


Minggu, 03 April 2011

4 April - Yes 65:17-21; Yoh 4:43-54

"Tuhan datanglah sebelum anakku mati."

(Yes 65:17-21; Yoh 4:43-54)

 

"Dan setelah dua hari itu Yesus berangkat dari sana ke Galilea, sebab Yesus sendiri telah bersaksi, bahwa seorang nabi tidak dihormati di negerinya sendiri. Maka setelah Ia tiba di Galilea, orang-orang Galilea pun menyambut Dia, karena mereka telah melihat segala sesuatu yang dikerjakan-Nya di Yerusalem pada pesta itu, sebab mereka sendiri pun turut ke pesta itu. Maka Yesus kembali lagi ke Kana di Galilea, di mana Ia membuat air menjadi anggur. Dan di Kapernaum ada seorang pegawai istana, anaknya sedang sakit. Ketika ia mendengar, bahwa Yesus telah datang dari Yudea ke Galilea, pergilah ia kepada-Nya lalu meminta, supaya Ia datang dan menyembuhkan anaknya, sebab anaknya itu hampir mati. Maka kata Yesus kepadanya: "Jika kamu tidak melihat tanda dan mujizat, kamu tidak percaya." Pegawai istana itu berkata kepada-Nya: "Tuhan, datanglah sebelum anakku mati." Kata Yesus kepadanya: "Pergilah, anakmu hidup!" Orang itu percaya akan perkataan yang dikatakan Yesus kepadanya, lalu pergi. Ketika ia masih di tengah jalan hamba-hambanya telah datang kepadanya dengan kabar, bahwa anaknya hidup. Ia bertanya kepada mereka pukul berapa anak itu mulai sembuh. Jawab mereka: "Kemarin siang pukul satu demamnya hilang." Maka teringatlah ayah itu, bahwa pada saat itulah Yesus berkata kepadanya: "Anakmu hidup." Lalu ia pun percaya, ia dan seluruh keluarganya. Dan itulah tanda kedua yang dibuat Yesus ketika Ia pulang dari Yudea ke Galilea." (Yoh 4:43-54), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Kepada kita diingatkan kembali bahwa orang asing atau lain lebih percaya kepada Yesus daripada saudara-saudariNya sendiri di Nazareth. Warta Gembira hari ini menceriterakan penyembuhan orang sakit di Kana; iman itulah yang menyembuhkan. Maka baiklah kita umat beriman mawas diri sejauh mana kita sungguh menghayati iman kita; jika kita sungguh menghayati iman kita percayalah kita pasti senantiasa akan dalam keadaan segar bugar, sehat wal'afiat dan tidak mudah jatuh sakit. Menghayati iman antara lain dengan sungguh-sungguh melaksanakan tugas pekerjaan kita masing-masing, hidup dan bertindak sesuai dengan panggilan kita serta melaksanakan sepenuhnya aneka aneka tata tertib yang terkait dengan panggilan tersebut. Marilah kita hidup teratur, tertib dan disiplin diri, entah dalam hal makan dan minum, bekerja/belajar dan istirahat, olahraga dst.. Saling mengasihi itulah keutamaan yang hendaknya juga dihayati dalam pergaulan bersama dimanapun dan kapanpun. Sementara itu jika kita dalam keadaan sakit atau kurang sehat, hendaknya dengan rendah hati menghadap Tuhan untuk mohon penyembuhan melalui dukungan dan dalam kebersamaan dengan saudara-saudari kita, meneladan pegawai istana yang mohon kepada Yesus "Tuhan, datanglah sebelum anakku mati". Dengan kata lain kita hendaknya juga murah hati untuk membantu penyembuhan orang lain yang sungguh membutuhkan.


·   "Sebab sesungguhnya, Aku menciptakan langit yang baru dan bumi yang baru; hal-hal yang dahulu tidak akan diingat lagi, dan tidak akan timbul lagi dalam hati. Tetapi bergiranglah dan bersorak-sorak untuk selama-lamanya atas apa yang Kuciptakan," (Yes  65:17-18a). "Bergiranglah dan bersorak-sorailah untuk selama-lamanya atas apa yang Kuciptakan" inilah yang hendaknya kita renungkan dan hayati dalam hidup kita sehari-hari. Ciptaan Allah di bumi antara lain manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan beserta lingkungan hidupnya, maka marilah kita bergirang dan bersorak-sorai atas semuanya itu. Tentu saja pertama-tama dan terutama relasi kita dengan sesama manusia dimanapun dan kapanpun: hendaknya kita sambut dengan gembira dan gairah siapapun yang mendatangi atau menyapa kita, sebagaimana dilakukan pegawai istana menyambut kedatangan Yesus di Kana, sehingga kebersamaan hidup menjadi gembira dan dengan demikian lingkungan hidup dimana kita hidup atau berada sungguh menarik, mempesona dan memikat bagi siapapun. Hidup dalam persahabatan atau persaudaraan sejati pada dirinya bersifat missioner, berdimensi pengutusan. Maka dengan ini kami berharap pada komunitas basis, entah dalam keluarga atau komunitas, sungguh terjadi persaudaraan atau persahabatan sejati, tiada kebencian, pertentangan, permusuhan atau saling mendiamkan. Hendaknya kita senantiasa hidup baru setiap hari atau saat/jam, artinya menghadapi dan menyikapi segala sesuatu dengan semangat baru, misalnya setiap pagi berdoa seperti ini "Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!"(Rat 3:22-23). Kasih setia Tuhan antara lain menjadi nyata dalam kegairahan dan kegembiraan ciptaan-ciptaan Allah, entah dalam manusia, binatang maupun tumbuh-tumbuhan.

 

"TUHAN, Engkau mengangkat aku dari dunia orang mati, Engkau menghidupkan aku di antara mereka yang turun ke liang kubur. Nyanyikanlah mazmur bagi TUHAN, hai orang-orang yang dikasihi-Nya, dan persembahkanlah syukur kepada nama-Nya yang kudus! Sebab sesaat saja Ia murka, tetapi seumur hidup Ia murah hati; sepanjang malam ada tangisan, menjelang pagi terdengar sorak-sorai"

 (Mzm 30:4-6)

Jakarta, 4 April 2011