Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Kamis, 24 Maret 2011

25 Maret - Hari Raya KABAR SUKACITA: Yes 7:10-14; 8:10; Ibr 10_4-10; Luk 1:26-38

"Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu."

HR  KABAR  SUKACITA:  Yes 7:10-14; 8:10; Ibr 10_4-10; Luk 1:26-38

 

"Atas pengumuman bahwa ia, oleh kuasa Roh Kudus akan melahirkan 'Putera yang mahatinggi', tanpa mempunyai suami, Maria menjawab dalam 'ketaatan iman'(Rm 1:5) dalam kepastian bahwa 'untuk Allah tidak ada sesuatu pun yang mustahil': 'Aku ini hamba Tuhan, jadilah padaku menurut perkataanmu' (Luk 1:37-38). Dengan memberikan persetujuannya kepada Sabda Allah, Maria menjadi Bunda Yesus. Dengan segenap hati, ia menerima kehendak Allah yang menyelamatkan, tanpa dihalangi satu dosa pun, dan menyerahkan diri seutuhnya sebagai abdi Tuhan kepada pribadi dan karya Puteranya. Di bawah Dia dan bersama  Dia dengan rahmat Allah yang mahakuasa, ia melayani misteri penebusan" (Katekismus Gereja Katolik, no 494). Bunda Maria adalah teladan umat beriman, maka marilah sebagai umat beriman pada pesta "Kabar Sukacita" ini kita mawas diri perihal keimanan kita dengan cermin Bunda Maria.

 

"Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu." (Luk 1:38)

 

"Ketaatan iman"  itulah kiranya yang pertama-tama baik kita renungkan.  Beriman berarti mempersem-bahkan diri seutuhnya kepada Tuhan, demikian juga taat juga berarti mempersembahkan diri kepada mereka atau siapapun yang memberi perintah, nasihat atau saran, maka ketaatan iman berarti senantiasa mempersembahkan waktu dan tenaga kepada kehendak atau perintah Tuhan. Agar kita dapat taat kepada kehendak atau perintah Tuhan, hemat saya pertama-tama kita hendaknya taat pada aneka tata tertib atau aturan yang terkait dengan hidup, panggilan dan tugas pengutusan kita: suatu perintah yang cukup jelas. Maka baiklah kita senantiasa mentaati atau melaksanakan aneka tata tertib atau aturan yang terkait dengan hidup, panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing.

 

Tuhan adalah maha kuasa atau maha segalanya, maka ketika kita berada di hadirat Tuhan mau tak mau pasti harus mentaati kehendak atau perintahNya. Kehendak atau perintah Tuhan antara lain dapat menggejala dalam kehendak baik, harapan, dambaan, seruan, teriakan, permintaan dst..dari saudara-saudari atau dalam aneka kebutuhan dan tuntutan ciptaan-ciptaan Tuhan lainnya baik dalam binatang maupun tanaman atau tumbuh-tumbuhan. Maka marilah kita dengarkan dengan rendah hati kehendak baik, harapan, dambaan, seruan, teriakan dan permintaan saudara-saudari kita serta kemudian kita tanggapi sesuai dengan kemungkinan dan kesempatan yang kita miliki, tentu saja juga perlu disertai dengan pengorbanan. Aneka tanaman dan binatang diciptakan oleh Tuhan untuk membantu manusia dalam mengejar tujuan diciptakan yaitu keselamatan jiwa manusia, maka hendaknya aneka tanaman dan binatang kita pelihara atau rawat dengan baik sesuai dengan ciri atau sifat masing-masing. Memang aneka tanaman dan binatang juga menjadi 'konsumsi' kita, maka hendaknya tidak dengan serakah mengkomsumsinya agar tidak menimbulkan celaka bagi jiwa kita sendiri maupun jiwa orang lain atau anak-cucu kita di masa depan.

 

Kesanggupan Maria atas panggilan Tuhan untuk menjadi Bunda Penyelamat Dunia, hamil karena Roh Kudus bukan karena hubungan seksual dengan laki-laki, pasangan hidupnya, kiranya sungguh merupakan bentuk pengorbanan yang luar biasa. Anda rekan-rekan perempuan atau gadis dapat membayangkan betapa besar penderitaan atau pengorbanan yang akan dialami ketika mengandung di luar perkawinan atau nikah: aneka cemoohan atau ejekan akan dialami, dengan kata lain akan menanggung malu besar sekali. Dalam dan bersama Tuhan segala sesuatu menjadi mungkin, dan kita tahu dampak kesanggupan Maria juga tak terlepas dari aneka derita, namun hasilnya luar biasa, yaitu karya penyelamatan dunia seisinya segera menjadi nyata atau terwujud, karena yang dikandung dalam rahimnya dan dilahirkan adalah Penyelamat Dunia. Marilah kita meneladan ketaatan atau kesanggupan Maria, artinya ketika kita menerima tugas berat dan mulia, hendaknya tidak takut dan gentar bahwa akan menghadapi aneka tantangan, masalah dan hambatan. Bersama dan bersatu dengan Tuhan segala sesuatu menjadi mungkin. Hadapi dan sikapi aneka tantangan, masalah atau hambatan yang lahir dari kesetiaan atau ketaatan pada kehendak Tuhan sebagai jalan atau wahana penyelamatan jiwa.

 

"Sungguh, Aku datang untuk melakukan kehendak-Mu." Yang pertama Ia hapuskan, supaya menegakkan yang kedua. Dan karena kehendak-Nya inilah kita telah dikuduskan satu kali untuk selama-lamanya oleh persembahan tubuh Yesus Kristus" (Ibr 10:9-10)     

 

Persembahan tubuh Yesus Kristus terjadi di kayu salib dan setiap kali kita kenangkan atau rayakan di dalam Perayaan Ekaristi, dimana kita juga diberi kesempatan untuk menerima tubuhNya, komuni suci, yang berarti kita disatukan denganNya. Dengan kata lain setiap kali kita menerima komuni kuci kita diingatkan dan diperbaharui persembahan diri kita ketika dibaptis, yaitu hanya mau mengabdi Tuhan saja serta menolak semua godaan setan. Dengan pembapisan masing-masing dari kita telah dikuduskan, maka baiklah kita menghayati ini :"Aku datang untuk melakukan kehendakMu".

 

Kemanapun kita pergi atau dimanapun kita berada hendaknya senantiasa melakukan kehendak Tuhan bukan keinginan atau kemauan pribadi. Maka hendaknya kita hidup dan bertindak tidak 'semau gue', seenaknya sendiri, mengikuti selera atau minat pribadi. Sekali lagi kami berharap kepada para orangtua atau bapak-ibu agar dapat menjadi teladan bagi anak-anaknya dalam "datang untuk melakukan kehendak Tuhan'.  Kami percaya bahwa dari anda masing-masing, baik suami maupun isteri atau laki-laki maupun perempuan, saling tertarik dan mendatangi dan kemudian menjadi suami-isteri diimani sebagai kehendak atau rahmat Tuhan. Dengan kata lain suami atau isteri memiliki pengalaman 'datang untuk melakukan kehendak Tuhan', maka hendaknya pengalaman di masa pacaran atau tunangan tersebut terus diperdalam dan diperkuat selama menjadi suami-isteri sampai mati.

 

Bunda Maria kedatangan atau keberadaannya telah menjadi perwujudan janji atau kehendak Tuhan, sebagaimana diramalkan oleh nabi Yeremia :"Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel."(Yes 7:14), dengan demikian kedatangan atau keberadaannya di dunia sungguh menjadi 'kabar gembira'. Kita semua dipanggil untuk meneladan Bunda Maria, yaitu kedatangan atau kehadiran serta keberadaan kita dimanapun dan kapanpun hendaknya menjadi 'kabar gembira' artinya menggembirakan atau menyelamatkan orang lain, terutama dan pertama-tama keselamatan jiwanya. Jika kita semua dapat menghayati panggilan ini, maka kehidupan bersama kita dimanapun dan kapanpun sungguh menggembirakan, menarik dan mempesona serta kita semua selamat, damai sejahtera baik jiwa maupun raga, phisik maupun spiritual.

 

"Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam. Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil. Bukan demikian orang fasik: mereka seperti sekam yang ditiupkan angin."(Mzm 1:1-4)

 

Jakarta, 25 Maret 2011


Selasa, 22 Maret 2011

24 Maret - Yer 17:5-10; Luk 16:19-31

"Engkau telah menerima segala yang baik sewaktu hidupmu"

(Yer 17:5-10; Luk 16:19-31)

 

"Lalu ia berseru, katanya: Bapa Abraham, kasihanilah aku. Suruhlah Lazarus, supaya ia mencelupkan ujung jarinya ke dalam air dan menyejukkan lidahku, sebab aku sangat kesakitan dalam nyala api ini. Tetapi Abraham berkata: Anak, ingatlah, bahwa engkau telah menerima segala yang baik sewaktu hidupmu, sedangkan Lazarus segala yang buruk. Sekarang ia mendapat hiburan dan engkau sangat menderita. Selain dari pada itu di antara kami dan engkau terbentang jurang yang tak terseberangi, supaya mereka yang mau pergi dari sini kepadamu ataupun mereka yang mau datang dari situ kepada kami tidak dapat menyeberang. Kata orang itu: Kalau demikian, aku minta kepadamu, bapa, supaya engkau menyuruh dia ke rumah ayahku, sebab masih ada lima orang saudaraku, supaya ia memperingati mereka dengan sungguh-sungguh, agar mereka jangan masuk kelak ke dalam tempat penderitaan ini. Tetapi kata Abraham: Ada pada mereka kesaksian Musa dan para nabi; baiklah mereka mendengarkan kesaksian itu. Jawab orang itu: Tidak, Bapa Abraham, tetapi jika ada seorang yang datang dari antara orang mati kepada mereka, mereka akan bertobat. Kata Abraham kepadanya: Jika mereka tidak mendengarkan kesaksian Musa dan para nabi, mereka tidak juga akan mau diyakinkan, sekalipun oleh seorang yang bangkit dari antara orang mati." (Luk 16:24-31), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Apa yang telah kita nikmati selama hidup di dunia ini? Apa yang telah kita nikmati di dunia nanti ketika meninggal dunia alias hidup di akhirat tidak akan dapat menikmati lagi dan hanya boleh menikmati apa yang belum pernah kita nikmati selama hidup di dunia ini. Dengan kata lain apa yang akan dapat kita nikmati di akhirat nanti adalah kebalikan dari apa yang telah kita nikmati di dunia ini. Misalnya: ketika di dunia ini kita hidup disiplin, maka di akhirat dapat hidup seenaknya, semau gue, sebaliknya ketika di dunia kita tidak disiplin, maka di akhirat nanti terus menerus dilatih hidup disiplin; di dunia ini kita tidak jujur, maka di akhirat dilatih jujur, dst..  Maka baiklah kami mengajak anda sekalian selama hidup di dunia ini untuk hidup baik dan berbudi pekerti luhur alias sungguh menghayati keutamaan iman, harapan dan cinta. Dari ketiga keutamaan ini yang terbesar adalah cinta, maka marilah selama hidup di dunia kita saling mencintai satu sama lain, tanpa pandang bulu/SARA. Ingat dan hayati bahwa masing-masing dari kita adalah 'yang terkasih' atau 'buah kasih', hanya dapat hidup, tumbuh dan berkembang sebagaimana adanya saat ini karena cintakasih. Jika selama di dunia ini kita saling mengasihi satu sama lain, maka di akhirat nanti kita dapat hidup seenaknya. Mengasihi berarti memboroskan waktu dan tenaga bagi yang dikasihi.

·   "Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN! Ia akan seperti semak bulus di padang belantara, ia tidak akan mengalami datangnya keadaan baik; ia akan tinggal di tanah angus di padang gurun, di negeri padang asin yang tidak berpenduduk.Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN!" (Yer 17:5-7), demikian firman Tuhan melalui nabi Yeremia. Marilah kita renungkan apa yang difirmankan oleh Tuhan ini. Kita diharapkan untuk 'mengandalkan Tuhan, menaruh harapan pada Tuhan, bukan mengandalkan manusia atau kekuatan diri sendiri'. Beriman berarti mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan, mengandalkan Tuhan dan menaruh harapan pada Tuhan. Marilah kita sadari dan hayati bahwa diri kita maupun aneka kekuatan yang kita miliki saat ini adalah anugerah Tuhan, tanpa Tuhan kita tidak dapat hidup serta memiliki semuanya itu. Dengan kata lain hendaknya menyikapi sesama manusia maupun aneka kekuatan manusia sebagai 'sarana' untuk semakin beriman atau berbakti kepada Tuhan, yang utama adalah Tuhan bukan sarananya. Maka kepada orang kaya, pandai, cerdas, berkedudukan, tampan, cantik, dst.. kami harapkan tidak menjadi sombong, melainkan rendah hati: ketika anda menerima pujian dan sorak-sorai dari banyak orang hendaknya dihayati sebagai 'tangan-tangan Tuhan' yang menuntun anda untuk semakin rendah hati atau berbakti kepada Tuhan. Kita semua dipanggil sampai tingkat spiritual, tidak hanya manusiawi apalagi hartawi. Memang ketika kita manusia maka ada kemungkinan atau kemudahan untuk meningkat ke spiritual, maka kepada mereka yang masih bersifat materialistis kami harapkan segera meningkatkan diri ke manusiawi. Marilah di masa Prapaskah ini kita perdalam dan tingkatkan hidup spiritual atau keimanan kita, sehingga dengan semangat iman kita hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

 

"Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam. Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil." (Mzm 1:1-3)

Jakarta, 24 Maret 2011

     


23 Maret - Yer 18:18-20; Mat 20:17-28

"Anak Manusia datang untuk melayani dan memberikan nyawaNya menjadi tebusan bagi banyak orang"
(Yer 18:18-20; Mat 20:17-28)

Kata Yesus: "Apa yang kaukehendaki?" Jawabnya: "Berilah perintah, supaya kedua anakku ini boleh duduk kelak di dalam Kerajaan-Mu, yang seorang di sebelah kanan-Mu dan yang seorang lagi di sebelah kiri-Mu." Tetapi Yesus menjawab, kata-Nya: "Kamu tidak tahu, apa yang kamu minta. Dapatkah kamu meminum cawan, yang harus Kuminum?" Kata mereka kepada-Nya: "Kami dapat." Yesus berkata kepada mereka: "Cawan-Ku memang akan kamu minum, tetapi hal duduk di sebelah kanan-Ku atau di sebelah kiri-Ku, Aku tidak berhak memberikannya. Itu akan diberikan kepada orang-orang bagi siapa Bapa-Ku telah menyediakannya." Mendengar itu marahlah kesepuluh murid yang lain kepada kedua saudara itu. Tetapi Yesus memanggil mereka lalu berkata: "Kamu tahu, bahwa pemerintah-pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi dan pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu; sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang." (Mat 20:21-28), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
•    "Datang untuk melayani dan memberikan nyawa menjadi tebusan bagi banyak orang" , inilah yang kiranya baik kita renungkan atau refleksikan. Maka baiklah apapun tugas pekerjaan atau fungsi kita dalam hidup bersama, marilah kita hidup dan bertindak meneladan semangat Yesus tersebut. Untuk itu pertama-tama hendaknya apapun yang menjadi tugas pekerjaan atau kewajiban kita secara pribadi kita kerjakan sebaik mungkin, dengan kata lain bekerja keras dalam melaksanakan tugas atau pekerjaan. "Bekerja keras adalah sikap dan perilaku yang suka berbuat hal-hal yang positif dan tidak suka berpangku tangan serta selalu gigih dan sungguh-sungguh dalam melaksanakan sesuatu" (Prof Dr Edi Setyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka –Jakarta 1997, hal 10). Jika kita bekerja keras dalam melasknakan tugas atau kewajiban maka buah cara hidup dan cara bertindak kita akan membahagiakan atau menyelamatkan diri kita sendiri maupun mereka yang ikut menikmati buah kerja keras kita. Itulah kiranya artinya menjadi tebusan bagi banyak orang. Ketika kita semua bekerja keras dalam melaksanakan tugas atau kewajiban, maka kita semua secara otomatis tertebus, selamat dan damai sejahtera baik lahir maupun batin, jasmani maupun rohani. Para suami-isteri kiranya memiliki pengalaman konkret dalam melayani dan memberikan nyawaNya menjadi tebusan bagi orang lain, yaitu pasangan hidupnya, maka baiklah mereka membagikan pengalaman tersebut kepada anak-anak yang dianugerahkan oleh Tuhan kepada mereka.
•    "Perhatikanlah aku, ya TUHAN, dan dengarkanlah suara pengaduanku! Akan dibalaskah kebaikan dengan kejahatan? Namun mereka telah menggali pelubang untuk aku! Ingatlah bahwa aku telah berdiri di hadapan-Mu, dan telah berbicara membela mereka, supaya amarah-Mu disurutkan dari mereka" (Yer 18:19-20), demikian doa keluh kesah Yeremia ketika ia memperoleh ancaman untuk disingkirkan atau dibunuh dalam menghayati panggilan kenabiannya. Hidup beriman juga memiliki dimensi kenabian, yaitu panggilan untuk menjadi saksi iman dengan berbuat baik, hidup jujur, disiplin dst.. Dalam menghayati panggilan kenabian ini ada kemungkinan kita memperoleh ancaman untuk disingkirkan atau dibunuh, sebagaimana pernah terjadi dalam diri Munir, pejuang dan penegak hak asasi, kebenaran dan kejujuran. Baiklah ketika memperoleh ancaman macam itu segera kita persembahkan kepada Tuhan apa yang kita rasakan, atau takutkan. Percayalah dalam lindungan Tuhan kita dapat mengatasi ancaman, dan seandainya kita sendiri sungguh disingkirkan atau dibunuh, maka akan muncullah pengganti-pengganti kita yang lebih handal dan tangguh. Maka kami berharap kepada kita semua orang beriman untuk tidak takut dan tidak gentar menjadi saksi iman dalam hidup sehari-hari, antara lain dengan hidup baik, jujur dan disiplin. "Jujur adalah sikap dan perilaku yang tidak suka berbohong dan berbuat curang, berkata-kata benar dan berani mengakui kesalahan, serta rela berkorban untuk kebenaran" (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur , Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 17). Orang jujur akan hancur untuk sementara, namun akan mulia dan bahagia serta damai sejahtera untuk selamanya.

"Sebab aku mendengar banyak orang berbisik-bisik, -- ada kegentaran dari segala pihak! -- mereka bersama-sama bermufakat mencelakakan aku, mereka bermaksud mencabut nyawaku. Tetapi aku, kepada-Mu aku percaya, ya TUHAN, aku berkata: "Engkaulah Allahku!" Masa hidupku ada dalam tangan-Mu, lepaskanlah aku dari tangan musuh-musuhku dan orang-orang yang mengejar aku!" (Mzm 31:14-16)

Jakarta, 23 Maret 2011

Senin, 21 Maret 2011

22 Maret - Yes 1:10.16-20; Mat 23:1-12

"Barangsiapa terbesar di antara kamu hendaklah ia menjadi pelayanmu."
(Yes 1:10.16-20; Mat 23:1-12)

"Maka berkatalah Yesus kepada orang banyak dan kepada murid-murid-Nya, kata-Nya: "Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi telah menduduki kursi Musa. Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya. Mereka mengikat beban-beban berat, lalu meletakkannya di atas bahu orang, tetapi mereka sendiri tidak mau menyentuhnya. Semua pekerjaan yang mereka lakukan hanya dimaksud supaya dilihat orang; mereka memakai tali sembahyang yang lebar dan jumbai yang panjang; mereka suka duduk di tempat terhormat dalam perjamuan dan di tempat terdepan di rumah ibadat; mereka suka menerima penghormatan di pasar dan suka dipanggil Rabi. Tetapi kamu, janganlah kamu disebut Rabi; karena hanya satu Rabimu dan kamu semua adalah saudara. Dan janganlah kamu menyebut siapa pun bapa di bumi ini, karena hanya satu Bapamu, yaitu Dia yang di sorga. Janganlah pula kamu disebut pemimpin, karena hanya satu Pemimpinmu, yaitu Mesias. Barangsiapa terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu.Dan barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan." (Mat 23:1-12), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
•    Cukup banyak mereka yang terbesar dalam kehidupan bersama, entah menjadi besar karena kekayaan, kepandaian/kecerdasan, fungsi/jabatan/kedudukan dst.. sering menjadi sombong, senang memerintah bawahannya, bahkan tanpa sadar dimanapun berada mereka juga dengan seenaknya memerintah dan minta dilayani. Sudah dilayani dengan baikpun mereka sering tetap rewel, mengeluh dan menuntut. Sabda Yesus hari ini mengajak dan mengingatkan kita semua bahwa "Barangsiapa terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu". Menghayati sabda Yesus ini baiklah pertama-tama marilah kita sadari dan hayati bahwa segala sesuatu yang kita miliki, kuasai serta nikmati sampai saat ini adalah anugerah Allah yang telah kita terima melalui sekian banyak orang yang telah berbuat baik kepada kita atau melayani kita tanpa kenal lelah. Jika kita berani menyadari dan menghayati hal itu, maka kita akan tergerak untuk hidup penuh syukur dan terima kasih serta kemudian mewujudkan syukur dan terima kasih tersebut dengan melayani siapapun yang setiap hari hidup dan bekerja bersama kita. Kami berharap dan mendesak mereka yang `terbesar' atau paling berpengaruh dalam hidup dan kerja bersama untuk senantiasa bersikap dan bertindak melayani. Jika anda menjadi pemimpin atau atasan hendaknya menghayati kepemimpinan partisipatif, antara lain dengan rendah hati mendengarkan keluh-keluh, dambaan, kesulitan, harapan dst, dari yang dipimpin, dan kemudian merenungkan apa yang didengarkan untuk selanjutnya diambil langkah atau tindakan yang menyelamatkan atau membahagiakan yang dipimpin, terutama dan pertama-tama adalah keselamatan atau kebahagiaan jiwa.
•    "Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba. Jika kamu menurut dan mau mendengar, maka kamu akan memakan hasil baik dari negeri itu. Tetapi jika kamu melawan dan memberontak, maka kamu akan dimakan oleh pedang." Sungguh, TUHAN yang mengucapkannya" (Yes 1:18-20), demikian Firman Tuhan melalui nabi Yesaya.  Menjadi `penurut dan pendengar yang baik' itulah panggilan dan tugas pengutusan kita sebagai orang beriman kepada Allah. Marilah kita sadari dan hayati bahwa indera pendengaran merupakan indera yang pertama kali berfungsi dalam diri kita, serta perkembangan atau pertumbuhan kepribadian dan iman kita sangat dipengaruhi oleh apa yang kita dengarkan. Maka hendaknya pertama-tama kita dengarkan kehendak atau perintah Allah, antara lain tertulis di dalam Kitab Suci dan diusahakan untuk lebih operasional ke dalam aneka tata tertib hidup dan berkarya bersama. Firman Allah sebagaimana tertulis di dalam Kitab Suci pertama-tama dan terutama untuk dibacakan dan didengarkan, maka baiklah setiap hari di dalam keluarga dibacakan dan didengarkan Firman Allah (mungkin perikop yang setiap hari saya kutip dapat digunakan). Untuk belajar menjadi `penurut atau pendengar yang baik' antara lain kita dapat mentaati dan melaksanakan tata tertib sekecil apapun yang terkait dengan hidup dan tugas pengutusan kita. Tentu saja kita sendiri harus dapat menertibkan atau mengatur diri sendiri dengan baik: makan dan minum teratur, istirahat/tidur teratur, bekerja atau belajar teratur dst.. Orang yang dapat mengatur diri serta melayani sesamanya sungguh dibutuhkan dalam kehidupan dan kerja bersama masa kini.

"Bukan karena korban sembelihanmu Aku menghukum engkau; bukankah korban bakaranmu tetap ada di hadapan-Ku? Tidak usah Aku mengambil lembu dari rumahmu atau kambing jantan dari kandangmu"  (Mzm 50:8-9)

Jakarta, 22 Maret 2011

21 Maret - Dan 9:4b-10

"Hendaklah kamu murah hati sama seperti Bapamu adalah murah hati."

(Dan 9:4b-10)

 

"Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati.""Janganlah kamu menghakimi, maka kamu pun tidak akan dihakimi. Dan janganlah kamu menghukum, maka kamu pun tidak akan dihukum; ampunilah dan kamu akan diampuni. Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu." (Luk 6:36-38), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini, saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   "Murah hati" secara harafiah kiranya dapat diartikan 'hatinya dijual murah' alias memberi perhatian kepada siapapun dan dimanapun tanpa pandang bulu, sebagaimana Allah juga memperhatikan semua ciptaanNya di bumi ini. Masing-masing dari kita kiranya telah menerima perhatian dari Allah secara melimpah ruah melalui mereka yang telah berbuat baik kepada kita, memperhatikan kita dengan atau melalui aneka cara dan bentuk. Entah telah berapa ribu orang yang telah memperhatikan kita, kita tak sempat atau tak mampu menghitung atau mengingatnya., maka selayaknya kita memperhatikan semua orang alias meneruskan kemurahan hati tersebut kepada saudara-saudari atau sesama kita. Maka baiklah kita perhatikan lebih-lebih atau terutama mereka yang kurang menerima perhatian, misalnya yang miskin dan menderita, sakit, terasing atau terpenjara atau tinggal di daerah terpencil, yang kesepian, dst.. Jika mungkin pertama-tama kita kurbankan waktu dan tenaga kita untuk mendatangi mereka yang harus diperhatikan, dan ketika melihat apa yang mereka butuhkan untuk hidup sehat dan sejahtera, baiklah kita menyisihkan sebagian harta benda atau uang kita guna membantu mereka. Namun jika tak mungkin memberi perhatian secara phisik, baiklah di masa Prapaskah ini kita mendoakan mereka yang harus atau minta kita doakan. Kami berharap keutamaan 'bermurah hati' ini sedini mungkin dibiasakan atau dididikkan pada anak-anak di dalam keluarga dengan contoh atau teladan dari para orangtua, dan kemudian diperdalam dan diperkembangkan di sekolah-sekolah. Tidak bermurah hati berarti tidak beriman atau tidak percaya kepada Tuhan, Penyelenggaraan Ilahi. Para pemuka agama atau masyarakat dan Negara kami harapkan juga dapat menjadi teladan bermurah hati serta membina warganya untuk bermurah hati.

·   "Ya TUHAN, kami, raja-raja kami, pemimpin-pemimpin kami dan bapa-bapa kami patutlah malu, sebab kami telah berbuat dosa terhadap Engkau. Pada Tuhan, Allah kami, ada kesayangan dan keampunan, walaupun kami telah memberontak terhadap Dia, dan tidak mendengarkan suara TUHAN, Allah kami, yang menyuruh kami hidup menurut hukum yang telah diberikan-Nya kepada kami dengan perantaraan para nabi, hamba-hamba-Nya"(Dan 9:8-10), demikian pengakuan dosa Daniel. Masa Prapaskah adalah masa mawas diri, menyadari kelemahan, kerapuhan dan dosa serta kasih karunia atau pengampunan  Allah. "Dengan kata 'dosa' dimaksudkan bahwa yang diganggu adalah hubungan dengan Allah. Hubungan dengan Allah yang 'seharusnya' ada, ternyata tidak ada. Itu bisa kesalahan manusia sendiri, atau kesalahan oran lain" (KWI: IMAN KATOLIK: Buku Informasi dan Referensi, Jakarta 1996, hal 282). Manusia sebagai ciptaan Allah tidak ada hubungan dengan Allah berarti berdosa, atau hubungan dengan Allah tidak mulus atau lancar. Memang kemesraan hubungan dengan Allah hemat saya juga menjadi nyata dalam kemesraan hubungan dengan sesama  manusia. Dengan kata lain mengakui diri sebagai orang beriman, yang berhubungan dengan Allah, seharusnya senantiasa berhubungan mesra dengan siapapun, alias tidak memusuhi orang lain, meskipun dirinya dimusuhi. Maka baiklah di masa Prapaskah ini kita mawas diri: apakah kita memusuhi orang lain dengan bentuk atau cara apapun. Jika kita memusuhi orang lain marilah dengan rendah hati mengakui dosa-dosa kita serta mohon kasih pengampunannya. Pada masa Prapaskah ini kiranya kita juga baik jika mawas diri perihal sikap kita terhadap aneka tata tertib yang terkait dengan panggilan, tugas pengutusan atau pekerjaan kita. Ingatlah dan sadarilah bahwa aneka macam tata tertib merupakan sarana bagi kita semua agar tetap setia berhubungan mesra dengan Allah maupun sesama atau saudara-saudari kita.

 

"Janganlah perhitungkan kepada kami kesalahan nenek moyang kami; kiranya rahmat-Mu segera menyongsong kami, sebab sudah sangat lemah kami. Tolonglah kami, ya Allah penyelamat kami, demi kemuliaan nama-Mu! Lepaskanlah kami dan ampunilah dosa kami oleh karena nama-Mu! Biarlah sampai ke hadapan-Mu keluhan orang tahanan; sesuai dengan kebesaran lengan-Mu, biarkanlah hidup orang-orang yang ditentukan untuk mati dibunuh! Maka kami ini, umat-Mu, dan kawanan domba gembalaan-Mu, akan bersyukur kepada-Mu untuk selama-lamanya, dan akan memberitakan puji-pujian untuk-Mu turun-temurun "

(Mzm 79:8-9.11.13)    .

Jakarta, 21 Maret 2011