Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Sabtu, 26 Januari 2013

Mg Biasa III


Mg Biasa III: Neh 8:3-5a.6-7.9-11; 1Kor 12:12-30; Luk 1:1-4; 4:14-21
"Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya."
Yesus pergi ke Nazaret berarti 'pulang kampung' atau 'mudik' sebagaimana terjadi di lingkungan masyarakat kita di hari-hari besar seperti Idul Fitri dan Natal/Tahun Baru. Ketika pulang kampung atau mudik macam itu pada umumnya ada dorongan dari 'dalam hati', selain memang merupakan adat kebiasaan. Yesus sendiri ke Nazaret karena dorongan Roh Kudus. Hemat saya setiap kali kita pulang ke rumah atau pergi ke tempat kerja atau tugas juga merupakan dorongan Roh Kudus, yaitu menghayati panggilan hidup yang dianugerahkan oleh Allah kepada kita masing-masing. Maka marilah kita mawas diri apakah setiap kali kita pulang ke rumah atau pergi ke tempat tugas atau pekerjaan juga hidup dan bertindak atas dorongan Roh Kudus dan bukan hanya mengikuti keinginan atau selera pribadi saja. Jika kita sungguh hidup dan bertindak atas dorongan Roh Kudus, maka apa yang dialami oleh Yesus juga terjadi dalam diri kita.
            "Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya." (Luk 4:21)
Satu dalam kata dan tindakan itulah yang diharapkan dari kita semua dalam cara hidup dan cara bertindak kita dimana pun dan kapan pun, maka hendaknya kita sungguh konsekwen bahwa apa yang kita katakana atau janjikan juga segera menjadi kenyataan alias terwujud. Secara khusus saya mendambakan bapak-ibu atau orangtua dapat menjadi teladan dalam satu dalam kata dan tindakan, karena cintakasih yang mengikat anda berdua, dan cintakasih itu pertama-tama dan terutama harus terwujud dalam tindakan atau perilaku. Selanjutnya hendaknya mendidik anak-anak anda demikian juga.
Di dalam hidup bersama senantiasa pasti ada tata tertib atau aturan yang harus ditaati dan dilaksanakan siapapun yang terkait dalam hidup bersama tersebut, maka dengan ini kami mengharapkan anda semua untuk unggul dalam hal pelaksanaan atau penghayatan tata tertib atau aturan. Untuk itu hendaknya saling  membantu dan mengingatkan satu sama lain, sehingga tidak satu orang pun dibiarkan tidak mentaati atau melaksanakan tata tertib atau aturan yang  ada. Mungkin baik juga sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus dalam hidup bersama, misalnya di dalam keluarga atau tempat kerja sering dibacakan Kitab Suci, dan sebaiknya dipilih ayat-ayat atau perikop yang sesuai dengan lingkungan hidup maupun panggilan atau tugas pekerjaan masing-masing. Sabda dibacakan, direnungkan dan dicecap dalam-dalam serta kemudian dihayati atau dilaksanakan.
Yesus datang ke dunia untuk 'menggenapi' atau melaksanakan apa yang tertulis dalam Kitab Taurat, maka baiklah kita yang beriman kepadaNya senantiasa berusaha untuk meneladanNya, entah secara pribadi atau bersama-sama. Kiranya di lingkungan-lingkungan umat atau kelompok basis juga sering diselenggarakan pendalaman iman, dengan membaca dan merenungkan apa yang tertulis di dalam Kitab Suci, semoga kegiatan ini diikuti seluruh warga umat lingkungan setempat, dan tentu saja kemudian bersama-sama menghayatinya. Dan moga-moga kegiatan pendalaman iman di lingkungan tidak hanya bersifat liturgis atau formal belaka. Jika di tiap lingkungan sungguh diselenggarakan kegiatan pendalaman iman yang baik dan benar, maka kehidupan paroki akan semarak dan menghasilkan buah keselamatan yang membahagiakan. Untuk itu kami berharap kepada rekan-rekan pastor paroki untuk menggiatkan kegiatan pendalaman iman, entah di lingkungan territorial maupun kelompok-kelompok kategorial serta professional di wilayah paroki yang menjadi tanggungjawabnya.
"Kamu semua adalah tubuh Kristus dan kamu masing-masing adalah anggotanya. Dan Allah telah menetapkan beberapa orang dalam Jemaat: pertama sebagai rasul, kedua sebagai nabi, ketiga sebagai pengajar. Selanjutnya mereka yang mendapat karunia untuk mengadakan mujizat, untuk menyembuhkan, untuk melayani, untuk memimpin, dan untuk berkata-kata dalam bahasa roh. Adakah mereka semua rasul, atau nabi, atau pengajar? Adakah mereka semua mendapat karunia untuk mengadakan mujizat, atau untuk menyembuhkan, atau untuk berkata-kata dalam bahasa roh, atau untuk menafsirkan bahasa roh?" (1Kor 12:27-30)
Melalui suratnya kepada umat di Korintus, Paulus mengingatkan kita semua yang beriman kepada Yesus Kristus, bahwa kita semua adalah 'satu tubuh'. Dalam kenyataan di dunia ini ada begitu banyak kelompok atau peguyuban umat yang beriman kepada Yesus Kristus, yang secara umum dapat digolongkan menjadi dua, yaitu Kristen Katolik dan Kristen Protestan, dan maaf di lingkungan umat Kristen Protestan sungguh begitu banyak sekte. Usaha untuk menggalang dan memperkuat kesatuan umat kiranya sudah dan akan terus dilakukan. Di Indonesia ada KWI bagi umat Katolik, sedangkan di lingkungan Protestan ada PGI dan Pentekosta. Kami dengar di kalangan Protestan masih banyak sekte yang tak tergabung dalam paguyuban. Keragaman memang baik, namun demikian kami berharap hendaknya kesatuan umat Kristen atau murid-murid Yesus Kristus senantiasa digalang dan diperdalam.
Keragaman fungsi, jabatan, kedudukan atau tugas panggilan sungguh luar biasa, marilah apa yang dianugerahkan kepada kita masing-masing kita fungsikan untuk kesejahteraan umum, tidak untuk pribadi atau kelompoknya sendiri saja. Apa yang menjadi kecakapan, keterampilan, keahlian atau bakat dan kemampuan anda? Kami berharap kepada anda semua untuk memfungsikan apa yang anda miliki bagi kesejahteraan atau kebahagiaan umum. Kiranya anda yang bekerja dalam satu pabrik, perusahaan atau kantor tertentu juga memiliki fungsi yang berbeda satu sama lain, dan diharapkan dengan imbal jasa yang anda terima, anda pun membaktikan diri sepenuhnya dengan kecakapan, keterampilan, keahlian, bakat dan kemampuan anda demi kemajuan usaha atau kinerja tempat anda bekerja.
Dalam hal hidup bermasyarakat di tingkat RT, RW, desa atau kelurahan kami harapkan anda semua juga tidak pasif atau tinggal diam, melainkan menyumbangkan apa yang anda miliki demi kesejahteraan umum atau bersama. Jiwa gotong-royong atau bekerjasama hendaknya menjiwai seluruh warga masyarakat, sebagaimana hemat saya juga masih terjadi di desa-desa atau pelosok tanah air atau Negara tercinta kita ini. Dalam kegotong-royongan hidup bersama tidak kenal besar-kecil, tua-muda, pandai-bodoh, dst., semuanya membaktikan diri sesuai dengan kemampuan, kesempatan dan kemungkinan yang ada. Semoga para ketua RT, RW atau lurah menggiatkan semangat gotong-royong bagi warganya, sehingga tiada satu warga pun yang berpangku tangan dan hidup dalam kekurangan.
"Taurat TUHAN itu sempurna, menyegarkan jiwa; peraturan TUHAN itu teguh, memberikan hikmat kepada orang yang tak berpengalaman. Titah TUHAN itu tepat, menyukakan hati; perintah TUHAN itu murni, membuat mata bercahaya. Takut akan TUHAN itu suci, tetap ada untuk selamanya; hukum-hukum TUHAN itu benar, adil semuanya" (Mzm 19:8-10)
Ign 27 Januari 2013

Jumat, 25 Januari 2013

26 Jan


"Tuhan mengutus mereka berdua-dua mendahului-Nya ke setiap kota dan tempat yang hendak dikunjungi-Nya"
(Tim 1:1-18; Luk 10:1-9)
"Kemudian dari pada itu Tuhan menunjuk tujuh puluh murid yang lain, lalu mengutus mereka berdua-dua mendahului-Nya ke setiap kota dan tempat yang hendak dikunjungi-Nya. Kata-Nya kepada mereka: "Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada Tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu. Pergilah, sesungguhnya Aku mengutus kamu seperti anak domba ke tengah-tengah serigala. Janganlah membawa pundi-pundi atau bekal atau kasut, dan janganlah memberi salam kepada siapa pun selama dalam perjalanan.Kalau kamu memasuki suatu rumah, katakanlah lebih dahulu: Damai sejahtera bagi rumah ini. Dan jikalau di situ ada orang yang layak menerima damai sejahtera, maka salammu itu akan tinggal atasnya. Tetapi jika tidak, salammu itu kembali kepadamu.Tinggallah dalam rumah itu, makan dan minumlah apa yang diberikan orang kepadamu, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya. Janganlah berpindah-pindah rumah.Dan jikalau kamu masuk ke dalam sebuah kota dan kamu diterima di situ, makanlah apa yang dihidangkan kepadamu,dan sembuhkanlah orang-orang sakit yang ada di situ dan katakanlah kepada mereka: Kerajaan Allah sudah dekat padamu." (Luk 10:1-9), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefelksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Timotius dan St.Titus, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Timotius dan Titus adalah pembantu Paulus yang setia mengikutinya dalam rangka mewartakan Kabar Baik, dan hari ini kita rayakan bersama-sama. Dalam Warta Gembira hari ini Yesus mengutus murid-muridNya untuk pergi berdua-dua mendahului perjalananNya, ke tempat-tempat yang akan dikunjungi-Nya. Kiranya perintah ini juga terarah bagi kita semua yang beriman kepadaNya, maka marilah kita hayati. Dalam rangka melaksanakan tugas pengutusan untuk mewartakan Kabar Gembira kita dipanggil untuk bekerjasama, tidak sendiri-sendiri, saling membantu dan masing-masing berfungsi sesuai dengan tugas dan pekerjaannya. Maka kami harapkan terjadi kolegialitas antar kita: antar para uskup, antar para pastor, antar anggota dewan paroki, yang tidak kalah pentingnya adalah antar hirarki dan lembaga hidup bakti. Segala sesuatu dikerjakan bersama-sama dalam gotong-royong pasti akan berhasil dengan baik, sebagaimana dilakukan oleh Tim Sepak Bola Portugal yang menjadi juara dunia sepak bola terakhir ini. Kami percaya anda sebagai suami-isteri senantiasa bekerjasama, maka hendaknya kerjasama anda berdua terus diperdalam dan diperkembangkan serta kemudian disharingkan dan dididikkan kepada anak-anak yang dianugerahkan oleh Allah bagi anda berdua. Pengalaman kerjasama dalam keluarga akan menjadi modal atau kekuatan untuk selanjutnya diperkembangkan dan diperdalam dalam komunitas yang lebih luas, di tempat kerja atau di tempat tugas masing-masing. Maka kami harapkan di antara kita tidak ada orang yang bersikap mental egois, hanya mementingkan kepentingan pribadi dan kurang memperhatikan orang lain atau sesamanya.
·   "Benarlah perkataan ini: "Jika kita mati dengan Dia, kita pun akan hidup dengan Dia; jika kita bertekun, kita pun akan ikut memerintah dengan Dia; jika kita menyangkal Dia, Dia pun akan menyangkal kita; jika kita tidak setia, Dia tetap setia, karena Dia tidak dapat menyangkal diri-Nya." Ingatkanlah dan pesankanlah semuanya itu dengan sungguh-sungguh kepada mereka di hadapan Allah, agar jangan mereka bersilat kata, karena hal itu sama sekali tidak berguna, malah mengacaukan orang yang mendengarnya." (2Tim 2:11-14). Dari kutipan ini kiranya yang baik kita renungkan adalah peringatan agar kita tidak bersilat kata alias berdebat yang tidak ada gunanya. Memang sering kita saksikan para wakil rakyat yang duduk di dewan perwakilan rakyat entah tingkat nasional maupun daerah hanya bersilat lidah tanpa memperhatikan kepetingan rakyat yang diwakilinya. Kami harapkan kita tidak meniru mereka itu, karena hanya bersilat lidah, dan memang begitulah cirikhas orang pandai atau cerdas otaknya tetapi tumpul hatinya atau suara hatinya. Sebagai orang beriman hendaknya menjadi pendengar dan pelaksana sabda atau perintah Allah, serta kemudian menyebarluaskannya lebih-lebih atau terutama dalam dan melalui cara hidup dan cara bertindak, dalam perilaku bukan dengan wacana atau omongan, apalagi bersilat lidah atau berdebat yang melelahkan tidak berguna. Orang yang suka bersilat lidah pada umumnya juga kurang saling mengasihi, sedangkan orang yang saling mengasihi pada umumya sedikit bicara dan banyak tindakan. Yang lebih berkenan pada Allah adalah perilaku atau tindakan, bukan wacana atau omongan.
"Nyanyikanlah nyanyian baru bagi TUHAN, menyanyilah bagi TUHAN, hai segenap bumi! Menyanyilah bagi TUHAN, pujilah nama-Nya, kabarkanlah keselamatan yang dari pada-Nya dari hari ke hari. Ceritakanlah kemuliaan-Nya di antara bangsa-bangsa dan perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib di antara segala suku bangsa." (Mzm 96:1-3)
Ign 26 Januari 2013

Kamis, 24 Januari 2013

25Jan

"Pergilah ke seluruh dunia beritakanlah Injil kepada segala makhluk"
(Kis 9:1-22; Mrk 16:15-18)
"Lalu Ia berkata kepada mereka: "Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk. Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum. Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya: mereka akan mengusir setan-setan demi nama-Ku, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka, mereka akan memegang ular, dan sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh." (Mrk 16:15-18), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta 'Bertobatnya St.Paulus' hari ini, saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Paulus dikenal sebagai rasul agung; ia yang semula mengejar dan menyiksa para murid atau pengikut Yesus Kristus menerima rahmat Allah dan kemudian bertobat menjadi murid Yesus Kristus yang unggul dan handal. Memang rahmat Allah ketika diimani dan dihayati akan merubah orang secara total, dan mau tak mau akhirnya harus hidup dan bertindak sesuai dengan rahmat Allah alias melaksanakan kehendak dan perintah Allah atau sabda Yesus. Setelah bertobat Paulus menghayati sabda Yesus ini: "Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk". Paulus berkeliling ke 'seluruh dunia' untuk mewartakan Injil atau Kabar Gembira, dan buah pewartaanya sungguh luar biasa, sekian banyak orang telah bertobat dan ajaran Yesus Kristus menyebar ke seluruh dunia sampai kini. Kita yang berada di Indonesia dan percaya kepada Yesus Kristus hemat saya tak terlepas dari atau karena jasa pelayanan Paulus, rasul agung, yang tak kenal lelah, siang malam mewartakan Injil atau Kabar Gembira. Sebagai orang beriman atau beragama kita memiliki tugas pengutusan rasuli juga, maka marilah dimana pun berada dan kemana pun kita pergi senantiasa mewartakan apa yang baik, atau ketika menghadapi sesuatu yang tidak atau kurang baik segera kita perbaiki. Percaya kepada Allah tidak perlu takut menghadapi aneka masalah, tantangan dan hambatan dalam rangka berbuat baik atau mewartakan apa yang baik, karena kebaikan pasti mampu mengalahkan atau mengatasi aneka masalah, tantangan dan hambatan. Sentuhan kasih orang beriman akan mampu menyembuhkan orang sakit, entah itu sakit hati, sakit jiwa atau sakit tubuh. Marilah kita senantiasa hidup dan bertindak dalam nama Tuhan.
·    "Saulus, saudaraku, Tuhan Yesus, yang telah menampakkan diri kepadamu di jalan yang engkau lalui, telah menyuruh aku kepadamu, supaya engkau dapat melihat lagi dan penuh dengan Roh Kudus." (Kis 9:17), demikian kata Ananias, utusan Allah, kepada Paulus. Sentuhan dan kata-kata Ananias telah membuat Saulus yang buta kemdian dapat melihat segala sesuatu dengan jelas dan Saulus pun menerima anugerah Roh Kudus. Hal ini kiranya mengingatkan kita semua, orang-orang Katolik, yang telah menerima Sakramen Penguatan, dimana kita menerima sentuhan dari tangan Uskup sekaligus anugerah Roh Kudus. Roh Kudus senantiasa menggerakkan dan menggairahkan orang yang menerimanya, bergerak dan bergairah dalam mewartakan Kabar Baik, apa yang baik dan menyelamat-kan serta membahagiakan, terutama keselamatan atau kebahagiaan jiwa manusia. Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan siapapun yang telah menerima Sakramen Penguatan untuk tidak tinggal diam, melainkan bergerak secara  dinamis untuk mewartakan apa yang baik, membahagiakan dan menyelamatkan. Hidup dalam dan oleh Roh Kudus tidak pernah  merasa lelah dalam melakukan apa yang baik dan membahagiakan, meskipun kurang tidur atau kurang makan dan minum pasti akan tetap bergairah dan dinamis. Yang bersangkutan juga tak akan pernah jatuh sakit, karena kegembiraan dan kegairahan merupakan senjata yang handal dalam rangka menangkal serangan aneka virus penyakit. Bergembira dan bergairah dalam dan karena iman juga tak mungkin kena 'santet', yang dilakukan oleh para dukun atau paranormal yang tak bermoral. Memang bagi siapapun yang beriman kepada Allah tidak ada alasan untuk sedih atau murung, melainkan senantiasa bergembira dan dinamis. Kegembiraan dan kegairahan membuat metabolism darah dan kinerja syaraf kita sungguh prima dan dengan demikian dapat menangkal aneka serangan penyakit. Sebaliknya orang pemurung dan putus asa akan mudah jatuh sakit.
"Pujilah TUHAN, hai segala bangsa, megahkanlah Dia, hai segala suku bangsa! Sebab kasih-Nya hebat atas kita, dan kesetiaan TUHAN untuk selama-lamanya. Haleluya!" (Mzm 117)
Ign 25 Januari 2013

Rabu, 23 Januari 2013

24Jan

"Kasihilah seorang akan yang lain"
(Ef 3:8-12; Yoh 15:9-17)
 "Seperti Bapa telah mengasihi Aku, demikianlah juga Aku telah mengasihi kamu; tinggallah di dalam kasih-Ku itu. Jikalau kamu menuruti perintah-Ku, kamu akan tinggal di dalam kasih-Ku, seperti Aku menuruti perintah Bapa-Ku dan tinggal di dalam kasih-Nya. Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya sukacita-Ku ada di dalam kamu dan sukacitamu menjadi penuh. Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu. Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya. Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu. Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku. Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu. Inilah perintah-Ku kepadamu: Kasihilah seorang akan yang lain."(Yoh 15:9-17), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Fransiskus dari Sales, Uskup dan pujangga Gereja, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Salah satu tugas utama Uskup adalah sebagai pemersatu umat Allah yang harus digembalakan, maka mereka yang layak dipilih sebagai uskup pada umumnya memiliki sikap mental pemersatu atau pendamai. "Inilah perintahKu kepadamu: Kasihilah seorang akan yang lain", demikian sabda Yesus yang hendaknya kita renungkan dan hayati dalam hidup sehari-hari dimana pun dan kapan pun. Masing-masing dari kita sebagai manusia adalah 'buah kasih' dan hanya dapat tumbuh berkembang sebagaimana adanya sampai sekarang ini kiranya hanya karena dan oleh kasih, yang telah kita terima secara melimpah ruah dari sekian banyak orang yang telah mengasihi kita, maka marilah kita teruskan kasih yang telah kita terima kepada saudara-saudari kita. Para  bapak-ibu atau orangtua hendaknya menjadi teladan dalam saling mengasihi bagi anak-anaknya, mengingat dan memperhatikan anda sebagai suami-isteri diikat dalam dan oleh kasih, serta dipertemukan oleh kasih juga. Agar kita dapat saling mengasihi dengan baik maka hendaknya pertama-tama dan terutama kita hayati apa yang sama di antara kita, karena dengan demikian apa yang berbeda akan berfungsi saling melengkapi serta meneguhkan kasih. Kita juga dapat berpedoman pada kasih Allah kepada kita dalam rangka saling mengasihi. Kasih Allah kepada kita semua sungguh tak terbayangkan dalam, tinggi, luas dan lebarnya alias tanpa batas. Kasih sejati memang bebas, tak terbatas oleh suku, agama atau ras, maka kami berharap dimana saja dan kapan saja bertemu dengan orang hendaknya senantiasa saling mengasihi.
·   "Kepadaku, yang paling hina di antara segala orang kudus, telah dianugerahkan kasih karunia ini, untuk memberitakan kepada orang-orang bukan Yahudi kekayaan Kristus, yang tidak terduga itu, dan untuk menyatakan apa isinya tugas penyelenggaraan rahasia yang telah berabad-abad tersembunyi dalam Allah, yang menciptakan segala sesuatu, supaya sekarang oleh jemaat diberitahukan pelbagai ragam hikmat Allah kepada pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa di sorga," (Ef 3:8-10). Paulus, rasul agung, menghayati diri sebagai "yang paling hina di antara segala orang kudus", dan yang dimaksudkan sebagai 'orang kudus' di sini tidak lain adalah orang yang telah dipilih dan dipersembahkan kepada Allah, sehingga senantiasa hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak dan perintah Allah. Kita semua yang sungguh beriman kepada Allah kiranya juga boleh disebut sebagai 'orang kudus', maka marilah kita meneladan Paulus  dalam hal kerendahan hati. Memang dalam kenyataan orang semakin suci pada umumnya juga semakin rendah hati, sedangkan orang sombong pada umumnya kurang atau tidak suci. Apa yang dimaksudkan dengan 'kekayaan Kristus' tidak lain adalah ajaran, cara hidup dan cara bertindak Yesus, yang hemat saya dapat dipadatkan dalam ajaran atau penghayatan cintakasih. Maka dapat difahami dengan mudah bahwa Paulus tidak membatasi diri dalam hal pewartaan tentang 'kekayaan Kristus', melainkan terbuka kepada siapa saja dan tanpa pandang bulu, karena begitulah cirikhas cintakasih. Maka dengan ini kami mengajak kita semua untuk tidak terjebak ke dalam fanatisme sempit, yang terlalu mengangkat perbedaan serta menyatakan diri sebagai yang paling benar serta merendahkan yang lain. Jika kita mengaku sebagai orang beragama atau beriman, yang berarti percaya kepada Allah dan Allah hanya satu, maka mau tidak mau kita semua harus mengusahakan persatuan atau persaudaraan sejati antar kita. Kami berharap kepada semua pemimpin agama di tingkat apapun untuk senantiasa menyebarluaskan dan mengobarkan persaudaraan sejati dalam pewartaan atau ajarannya., dan tentu saja juga dapat menjadi teladan dalam persaudaraan sejati.
"Percayalah kepada TUHAN dan lakukanlah yang baik, diamlah di negeri dan berlakulah setia, dan bergembiralah karena TUHAN; maka Ia akan memberikan kepadamu apa yang diinginkan hatimu. Serahkanlah hidupmu kepada TUHAN dan percayalah kepada-Nya, dan Ia akan bertindak; Ia akan memunculkan kebenaranmu seperti terang, dan hakmu seperti siang" (Mzm 37:3-6)
Ign 24 Januari 2013

Selasa, 22 Januari 2013

23Jan


"Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat"
(Ibr 7:1-3.15-17; Mrk 3:1-6)
"Kemudian Yesus masuk lagi ke rumah ibadat. Di situ ada seorang yang mati sebelah tangannya. Mereka mengamat-amati Yesus, kalau-kalau Ia menyembuhkan orang itu pada hari Sabat, supaya mereka dapat mempersalahkan Dia. Kata Yesus kepada orang yang mati sebelah tangannya itu: "Mari, berdirilah di tengah!" Kemudian kata-Nya kepada mereka: "Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau membunuh orang?" Tetapi mereka itu diam saja. Ia berdukacita karena kedegilan mereka dan dengan marah Ia memandang sekeliling-Nya kepada mereka lalu Ia berkata kepada orang itu: "Ulurkanlah tanganmu!" Dan ia mengulurkannya, maka sembuhlah tangannya itu. Lalu keluarlah orang-orang Farisi dan segera bersekongkol dengan orang-orang Herodian untuk membunuh Dia." (Mrk 3:1-6), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Hari Sabat dimaksudkan sebagai hari untuk memboroskan waktu dan tenaga bagi Allah alias mengarahkan sepenuhnya kepada Penyelenggaraan Ilahi, maka dalam tradisi bangsa Yahudi mereka tak bekerja, melainkan beristirahat atau berrekreasi bersama segenap anggota keluarga, dan rekreasi pun diselenggarakan tidak jauh dari tempat tinggalnya. Dengan kata lain tujuan hari Sabat tidak lain adalah agar orang senantiasa lebih mengutamakan kehendak Allah atau perbuatan-perbuatan baik, yang menyelamatkan jiwa manusia. Maka ketika Yesus menyembuhkan orang sakit pada hari Sabat dan diamat-amati oleh orang-orang Farisi guna mencari kesalahanNya, Ia berkata: "Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau membunuh orang?". Berbuat baik dan menyelamatkan nyawa orang itulah yang menjadi tujuan utama aneka tata tertib atau aturan, maka ketika kita melihat bahwa tata tertib atau aturan menghambat usaha untuk berbuat baik dan menyelamatkan nyawa orang, hendaknya tidak takut 'melanggar' tata tertib atau aturan yang ada. Dengan kata lain segala bentuk pelanggaran aturan atau tata tertib dimungkinkan, asal tindakan yang dikerjakan lebih bernilai daripada hanya mentaati tata tertib atau aturan, meskipun untuk itu harus berhadapan dengan yang berwajib untuk mempertanggungjawabkan 'pelanggarannya'. Nilai moral atau cintakasih mengatasi atau  mendasari semua aturan dan tata tertib, maka tindakan yang berdasarkan moral yang baik atau cintakasih dalam situasi dan kondisi apapun senantiasa baik adanya.
·   "Sebab Melkisedek adalah raja Salem dan imam Allah Yang Mahatinggi; ia pergi menyongsong Abraham ketika Abraham kembali dari mengalahkan raja-raja, dan memberkati dia. Kepadanya pun Abraham memberikan sepersepuluh dari semuanya. Menurut arti namanya Melkisedek adalah pertama-tama raja kebenaran, dan juga raja Salem, yaitu raja damai sejahtera. Ia tidak berbapa, tidak beribu, tidak bersilsilah, harinya tidak berawal dan hidupnya tidak berkesudahan, dan karena ia dijadikan sama dengan Anak Allah, ia tetap menjadi imam sampai selama-lamanya." (Ibr 7:1-3). "Raja kebenaran dan damai sejahtera..harinya tidak berawal dan hidupnya tidak berkesudahan" bagi kita semua kiranya tidak lain adalah jiwa kita, yang pada dasarnya mendambakan kebenaran dan damai sejahtera. Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan kita semua untuk senantiasa mengusaha-kan jiwa kita bersih dan suci adanya, agar dambaan kebenaran dan damai sejahtera menjadi kenyataan alias terwujud. Hemat saya aneka tata tertib atau aturan juga memiliki tujuan agar mereka yang melaksanakannya senantiasa berjalan dalam kebenaran serta damai sejahtera. Maka marilah kita saling bertukar gagasan dan harapan perihal kebenaran dan damai sejahtera yang kita dambakan, agar dengan demikian kita dapat bekerja sama dan satu dalam langkah mengusahakan kebenaran dan damai sejahtera. Apa yang disebut benar dan damai sejahtera sejati senantiasa berlaku secara universal, kapan saja dan dimana saja, dan tidak berlaku secara individual maupun regional. Dalam hal ini kiranya secara mondial ada 'Hak-hak azasi manusia' , yang dicanangkan oleh PBB, maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan hendaknya semua tata tertib dan aturan tidak bertentangan dengan 'Hak-hak azasi manusia'. Hak azasi manusia hendaknya menjiwai semua tata tertib dan aturan maupun dalam pelaksanaannya. Segala bentuk pelanggaran hak azasi manusia berarti melawan perintah atau kehendak Allah.
"Demikianlah firman TUHAN kepada tuanku: "Duduklah di sebelah kanan-Ku, sampai Kubuat musuh-musuhmu menjadi tumpuan kakimu."Tongkat kekuatanmu akan diulurkan TUHAN dari Sion: memerintahlah di antara musuhmu! Pada hari tentaramu bangsamu merelakan diri untuk maju dengan berhiaskan kekudusan; dari kandungan fajar tampil bagimu keremajaanmu seperti embun.TUHAN telah bersumpah, dan Ia tidak akan menyesal: "Engkau adalah imam untuk selama-lamanya, menurut Melkisedek."(Mzm 110:1-4)
Ign 23 Januari 2013        

22Jan


"Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat"
(Ibr 6:10-20; Mrk 2:23-28)
" Pada suatu kali, pada hari Sabat, Yesus berjalan di ladang gandum, dan sementara berjalan murid-murid-Nya memetik bulir gandum. Maka kata orang-orang Farisi kepada-Nya: "Lihat! Mengapa mereka berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat?" Jawab-Nya kepada mereka: "Belum pernahkah kamu baca apa yang dilakukan Daud, ketika ia dan mereka yang mengikutinya kekurangan dan kelaparan, bagaimana ia masuk ke dalam Rumah Allah waktu Abyatar menjabat sebagai Imam Besar lalu makan roti sajian itu -- yang tidak boleh dimakan kecuali oleh imam-imam -- dan memberinya juga kepada pengikut-pengikutnya?" Lalu kata Yesus kepada mereka: "Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat, jadi Anak Manusia adalah juga Tuhan atas hari Sabat." (Mrk 2:23-28),demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Jika diperhatikan dan dicermati dalam hidup bersama: semakin banyak peraturan hemat saya berarti menunjukkan bahwa warganya semakin kurang bermoral atau berbudi pekerti luhur. Dari aneka pemberitaan melalui mass media dapat kita lihat bahwa kesibukan para anggota DPR RI lebih pada membuat atau merubah peraturan daripada melayani rakyat, yang telah memilihnya. Hal itu kiranya menunjukkan bahwa manusia untuk peraturan bukan peraturan untuk manusia. Sabda hari ini mengingatkan dan mengajak kita semua, umat beriman atau beragama, untuk menghayati bahwa manusia bukan untuk peraturan, melainkan peraturan untuk manusia. Memang hal ini tidak mudah kita hayati, mengingat dan memperhatikan bahwa di Indonesia ini kelihatan lebih mengedepankan manusia demi hukum atau peraturan alias mencari dan mengusahakan uang dengan memainkan aneka peraturan dan hukum, dimana manusia dibuat sibuk dan pusing oleh peraturan atau hukum.  Manusia demi atau untuk peraturan atau hukum berarti senantiasa mengedepankan cintakasih dalam menghadapi dan melaksanakan peraturan, karena peraturan dibuat dan diberlakukan demi dan untuk cintakasih. Dengan kata lain ketika dalam kenyataan peraturan melanggar atau melawan cintakasih, maka kita harus berani melawannya atau memperbaikinya segera. Hendaknya manusia, keselamatan jiwa manusia lebih diutamakan daripada peraturan atau hukum. Memang, meneladan Yesus, kita dapat melanggar peraturan ketika dalam segala hal kita setia dan taat pada peraturan yang berlaku, sehingga tahu persis dimana peraturan tersebut tidak memadai lagi dalam kenyataan. Pendek kata hendaknya cintakasih sungguh menjiwai cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari dimana pun dan kapan pun.
·   "Pengharapan itu adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita, yang telah dilabuhkan sampai ke belakang tabir, di mana Yesus telah masuk sebagai Perintis bagi kita, ketika Ia, menurut peraturan Melkisedek, menjadi Imam Besar sampai selama-lamanya." (Ibr 6:19-20). Kita diingatkan dan diajak untuk memiliki pengharapan akan Penyelenggaraan Ilahi/Allah, maka ketika harus menghadapi aneka tantangan, masalah dan hambatan kehidupan hendaknya senantiasa tetap ceria dan gembira, karena dengan demikian akan mampu menghadapi atau mengatasinya. Memang apa yang kita harapkan untuk dapat menjadi kenyataan atau terwujud tergantung 100% dari anugerah atau Penyelenggaraan Ilahi dan 100% dari kerja keras atau usaha kita. Kiranya yang perlu kita perhatikan adalah usaha atau kerja keras kita, karena Penyelenggaraan Ilahi tak diragukan lagi, sebaliknya tidak semua dari kita siap sedia untuk bekerja keras. Kami berharap agar anak-anak sedini mungkin dididik dan dibina dalam hal pengharapan sejati: 100% tergantung dari Allah dan 100% dari usaha pribadi, sebagaimana juga pernah dicanangkan oleh Mgr.Soegijapranata SJ dengan mottonya 100% katolik dan 100% warganegara. Pengharapan akan Yang Ilahi sungguh menjadi 'sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita'. Tanda atau bukti bahwa kita berpengharapan kepada Yang Ilahi adalah secara rutin kita berkomunikasi denganNya alias berdoa. Maka hendaknya jangan melupakan doa harian yang menjadi sauh dan kekuatan langkah-langkah hidup kita sehari-hari. Kepada mereka yang sedang mengalami frustrasi atau putus asa kami ajak untuk mengarahkan diri kepada Yang Ilahi, secara khusus kepada yang beriman kepada Yesus Kristus, silahkan memandang Dia yang tergantung di kayu salib. Bukankah setiap hari kita membuat tanda salib, mengawali hari, pekerjaan atau tugas, maka semoga senantiasa hidup dan bertindak dengan semangat Yang tersalib.
"Haleluya! Aku mau bersyukur kepada TUHAN dengan segenap hati, dalam lingkungan orang-orang benar dan dalam jemaah. Besar perbuatan-perbuatan TUHAN, layak diselidiki oleh semua orang yang menyukainya.Perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib dijadikan-Nya peringatan; TUHAN itu pengasih dan penyayang. Diberikan-Nya rezeki kepada orang-orang yang takut akan Dia. Ia ingat untuk selama-lamanya akan perjanjian-Nya." (Mzm 111:1-2.4-5)
Ign 22 Januari 2013

21Jan


"Ia pun pergi menjual seluruh miliknya lalu membeli mutiara itu."
(1Kor 1;26-31; Mat 13:44-46)
 "Hal Kerajaan Sorga itu seumpama harta yang terpendam di ladang, yang ditemukan orang, lalu dipendamkannya lagi. Oleh sebab sukacitanya pergilah ia menjual seluruh miliknya lalu membeli ladang itu. Demikian pula hal Kerajaan Sorga itu seumpama seorang pedagang yang mencari mutiara yang indah. Setelah ditemukannya mutiara yang sangat berharga, ia pun pergi menjual seluruh miliknya lalu membeli mutiara itu." (Mat 13:44-46), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Agnes, perawan dan martir, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Keperawanan bagi gadis atau perempuan merupakan hal yang sangat berharga atau bernilai, dan boleh dikatakan merupakan  harga dirinya, maka ketika ada gadis 'menjual keperawanan' dengan berhubung-an seks dengan seorang lelaki yang membayarnya sering disebut 'menjual diri'. Keperawanan seorang gadis akan dipersembahkan kepada orang yang paling dikasihi, yaitu orang yang menjadi suaminya, itulah yang benar dan baik. Namun sering dikatakan lebih baik lagi adalah gadis yang mempersembah-kan kepada Allah yang telah menciptakan dan mengasihinya, itulah yang dihayati atau terjadi pada diri St.Agnes, yang kita kenangkan pada hari ini. Ia adalah seorang gadis yang masih perawan, sangat cantik, mempesona dan menarik. Ia baru berumur 13 tahun ketika terjadi penganiaayaan terhadap orang-orang Kristus, para murid Yesus Kristus, dimana orang-orang yang percaya kepada Yesus Kristus dibunuh. Agnes pernah ditawari menikah dengan seorang pemuda tampan asal meninggalkan imannya, namun Agnes tetap teguh dalam iman, meskipun untuk itu ia harus mengalami penganiaayaan yang akhirnya harus mati karena imannya. Kita semua, sebagai orang beriman atau beragama, memiliki rahmat atau panggilan kemartiran, maka kami harapkan kita setia menghayati panggilan itu. Pertama-tama dan terutama, meneladan St.Agnes, kami mengajak dan mengingatkan rekan-rekan gadis, remaja putrid, untuk tidak menjual keperawanannya, melainkan persembahkan keperawanan anda kepada yang paling dikasihi, bukan sembarang orang asal membayar mahal. Kepada kita semua kami ajak untuk mengusahakan diri senantiasa hidup suci, artinya membaktikan diri sepenuhnya dalam cara hidup dan cara bertindak setiap hari kepada Penyelenggaraan Ilahi, kehendak dan perintah Allah. Dengan kata lain kami mengajak kita semua untuk menghormati dan menjunjung tinggi harkat martabat atau hak-hak azasi manusia.  
·    "Ingat saja, saudara-saudara, bagaimana keadaan kamu, ketika kamu dipanggil: menurut ukuran manusia tidak banyak orang yang bijak, tidak banyak orang yang berpengaruh, tidak banyak orang yang terpandang. Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat, dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti, supaya jangan ada seorang manusia pun yang memegahkan diri di hadapan Allah" (1Kor 1:25-29). Kutipan ini kiranya sampai saat ini isinya masih up to date, antara lain dapat kita lihat dan cermati munculnya tokoh-tokoh Gereja, masyarakat, bangsa dan Negara, dari kalangan bawah. Contoh konkret dalam pemerintahan misalnya Jokowi, yang terplih sebagai Gubernur DKI, sedangkan di dalam Gereja Katolik kiranya yang terpilih menjadi imam maupun uskup pada umumnya juga berasal dari kalangan bawah, pedesaan. Kerajaan Allah memang berbeda dengan Kerajaan dunia, Kerajaan Allah lebih mengutamakan hati, sedangkan kerajaan dunia kiranya lebih mengutamakan pikiran dan kekayaan/harta benda. Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan siapapun yang menyatakan atau mengakui diri sebagai Umat Allah untuk senantiasa mengutamakan hati dalam hidup dan bertindak setiap hari, yang kami maksudkan adalah mendengarkan suara hati yang bersih dan jernih, yang tidak lain adalah suara Allah sendiri yang menggema dalam lubuk hati kita yang terdalam. Ingat akan peribahasa "Dalamnya laut dapat diduga, dalamnya hati siapa tahu". Kiranya hanya mereka yang memiliki hati yang tahu kedalaman hati seseorang. Hemat saya hanya orang yang hidup sungguh saling mengasihi akan mampu menduga kedalaman hati orang, atau orang-orang bijak, seperti guru-guru rohani atau spiritual yang sering didatangi oleh banyak orang guna minta nasihat dan pertolongan atau  pencerahan.
"TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku.Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang; Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya. Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku." (Mzm 23:1-4)
Ign 21 Januari 2013