Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Kamis, 09 Juni 2011

11 Juni - Kis 12:21b; 13:1-3; Mat 10:7-13

"Pergilah dan beritakanlah"

(Kis 12:21b; 13:1-3; Mat 10:7-13)

" Pergilah dan beritakanlah: Kerajaan Sorga sudah dekat.  Sembuhkanlah orang sakit; bangkitkanlah orang mati; tahirkanlah orang kusta; usirlah setan-setan. Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma.  Janganlah kamu membawa emas atau perak atau tembaga dalam ikat pinggangmu.  Janganlah kamu membawa bekal dalam perjalanan, janganlah kamu membawa baju dua helai, kasut atau tongkat, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya.  Apabila kamu masuk kota atau desa, carilah di situ seorang yang layak dan tinggallah padanya sampai kamu berangkat.  Apabila kamu masuk rumah orang, berilah salam kepada mereka.  Jika mereka layak menerimanya, salammu itu turun ke atasnya, jika tidak, salammu itu kembali kepadamu." (Mat 10:7-13), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Barnabas, Rasul, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Sebagai orang beriman kita semua memiliki dimensi rasuli atau missioner, maka marilah kita hayati dengan melaksanakan perintah Yesus dalam Warta Gembira hari ini, yaitu "Sembuhkanlah orang sakit; bangkitkanlah orang mati, tahirkanlah orang kusta; usirlah setan-setan". Kiranya dari empat perintah ini yang kena pada kita semua adalah 'usirlah setan-setan', maka marilah kita bekerjasama dalam mengusir setan, yang menggejala dalam kehidupan bersama kita berupa rayuan atau godaan kenikmatan-kenikmatan duniawi, misalnya harta benda/uang, seks, pangkat/kedudukan/jabatan dst.. Yang muncul dipermukaan pada umumnya adalah uang, karena dengan uang orang dapat berbuat apapun sesuai dengan keinginan atau nafsu pribadinya, dapat beli ini dan itu termasuk beli orang. Keberanian untuk mengusir godaan setan dalam bentuk uang ini mengandaikan kita sendiri tidak ada masalah dalam hal keuangan, tidak berarti kaya akan uang, melainkan tidak memiliki kelekatan tak teratur terhadap uang, dan sekiranya kaya akan uang akan memanfaatkannya sebagai 'jalan ke sorga'. Mengusir setan dalam bentuk uang pada masa kini antara lain berarti memberantas aneka macam bentuk korupsi, yang membusukkan hidup bersama. Bahasa Latin dari korupsi adalah 'corruptio', yang antara lain berarti pembusukan. Yesus berpesan dalam rangka melaksanakan tugas pengutusan ini hendaknya kita dalam kesederhanaan, "Janganlah kamu membawa bekal dalam perjalanan, janganlah kamu membawa baju dua helai, kasut atau tongkat, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya". Dengan kata lain dalam melaksanakan tugas pengutusan kita mengandalkan diri pada Penyelenggaraan Ilahi.

·   "Pada suatu hari ketika mereka beribadah kepada Tuhan dan berpuasa, berkatalah Roh Kudus: "Khususkanlah Barnabas dan Saulus bagi-Ku untuk tugas yang telah Kutentukan bagi mereka."(Kis 13:2). Beribadah dan berpuasa, itulah kiranya yang hendaknya menjadi cirikhas cara hidup dan cara bertindak seorang utusan, karena rahmat pengutusan juga diterima dalam ibadah dan puasa. Istilah lain puasa adalah matiraga, yang secara harafiah berarti mematikan kebutuhan raga atau tubuh, sedangkan arti sesungguh adalah mengendalikan gerak dan derap langkah semua anggota tubuh sedemikian rupa sehingga cara hidup dan cara bertindak sesuai dengan kehendak Tuhan.  Dengan kata lain menghayati tubuh ini sebagai bait Roh Kudus, sehingga seluruh tubuh dibaktikan kepada Penyelenggaraan Ilahi. Kami berharap kebiasaan beribadah dan berpuasa  atau matiraga ini sedini mungkin dibiasakan pada anak-anak di dalam keluarga dengan teladan konkret dari orangtua. Hendaknya anak-anak dijauhkan dari aneka bentuk pemanjaan,yang akan mencelakakan masa depan hidupnya. Anak-anak sedini mungkin dilatih untuk mengatakan 'tidak' pada apa-apa yang tidak baik bagi keselamatan jiwa, dengan kata lain sedini mungkin anak-anak dilatih dalam hal apa yang baik dan buruk bagi keselamatan jiwa, dibiasakan melawan segala sesuatu yang mencelakakan jiwa dan melaksanakan segala sesuatu yang menyelamatkan jiwa meskipun harus menghadapi aneka macam tantangan dan masalah. Sebenarnya yang baik adalah kepada anak-anak sedini mungkin dibiasakan menghadapi dan mengatasi tantangan atau masalah, maka hendaknya ketika tak ada tantangan atau masalah ciptakanlah tantangan atau masalah yang dapat diatasi oleh anak, mulai yang sederhana lama-lama semakin sulit dan berbelit-belit. Marilah masing-masing dari kita juga memiliki tugas atau fungsi tertentu dalam hidup dan bekerja bersama, yang berbeda satu dengan yang lain, maka hendaknya kita seoptimal dan sebaik mungkin menghayati fungsi atau melaksanakan tugas kita masing-masing.

"Tuhan telah memperkenalkan keselamatan yang dari padaNya, telah menyatakan keselamatanNya di depan mata bangsa-bangsa.. Bersorak-sorailah bagi Tuhan hai seluruh bumi, bergembira dan bersora-sorailah dan bermazmurlah" (Msm 98:2.4)

Ign 11 Juni 2011


10 Juni - Kis 25:13-21; Yoh 21:15-19

"Engkau akan mengulurkan tanganmu dan orang lain akan mengikat engkau dan membawa engkau ketempat yang tidak kaukehendaki"

 (Kis 25:13-21; Yoh 21:15-19)

" Sesudah sarapan Yesus berkata kepada Simon Petrus: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?" Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku."  Kata Yesus pula kepadanya untuk kedua kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku."  Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Maka sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: "Apakah engkau mengasihi Aku?" Dan ia berkata kepada-Nya: "Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku.  Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ketika engkau masih muda engkau mengikat pinggangmu sendiri dan engkau berjalan ke mana saja kaukehendaki, tetapi jika engkau sudah menjadi tua, engkau akan mengulurkan tanganmu dan orang lain akan mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat yang tidak kaukehendaki."  Dan hal ini dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana Petrus akan mati dan memuliakan Allah. Sesudah mengatakan demikian Ia berkata kepada Petrus: "Ikutlah Aku." (Yoh 21:15-19), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:I

·   Semakin tinggi jabatan atau kedudukan pada umumnya orang menjadi kurang bebas lagi, karena pada umumnya ada macam-macam acara atau permintaan yang harus dilayani, apalagi jika yang bersangkutan sungguh berjiwa melayani. Hal yang sama kiranya kurang lebih juga dialami oleh para suami-isteri, lebih-lebih jika mereka telah dikaruniai anak-anak oleh Tuhan. Sabda Yesus hari ini kiranya baik untuk direnungkan atau direfleksikan oleh para pemimpin atau atasan dalam kehidupan bersama dan kerja bersama dimanapun dan kapanpun, dan kami ajak untuk menghayati diri sebagai wakil Tuhan untuk menggembalakan anggota atau bawahannya. Sebagai wakil Tuhan hendaknya sungguh mengasihi Tuhan dan mereka yang harus dilayani dengan rendah hati. "Rendah hati adalah sikap dan perilaku yang tidak suka menonjolkan dan menomorsatukan diri, yaitu dengan menenggang perasaan orang lain. Meskipun pada kenyataannya lebih dari orang lain, ia dapat menahan diri untuk tidak menonjolkan dirinya" (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka Jakarta 1997, hal 24). Dengan rendah hati ia akan mempersembahkan diri kepada Tuhan dan sesamanya, dengan senantiasa mendengarkan dambaan, kerinduan, harapan, jeritan atau suka duka mereka yang harus dilayani serta kemudian menanggapinya demi keselamatan jiwa mereka. Dengan kata lain sebagai pemimpin atau atasan diharapkan peka terhadap bisikan atau suara Roh Kudus, yang antara lain menggejala dalam kehendak baik sesamanya. Ia tidak boleh 'berjalan' mengikuti keinginan atau kehendak sendiri melainkan harus mengikuti dorongan dan kehendak Roh Kudus.

·    "Ya raja Agripa serta semua yang hadir di sini bersama-sama dengan kami. Lihatlah orang ini, yang dituduh oleh semua orang Yahudi, baik yang di Yerusalem, maupun yang di sini. Mereka telah datang kepadaku dan sambil berteriak-teriak mereka mengatakan, bahwa ia tidak boleh hidup lebih lama.  Tetapi ternyata kepadaku, bahwa ia tidak berbuat sesuatupun yang setimpal dengan hukuman mati dan karena ia naik banding kepada Kaisar, aku memutuskan untuk mengirim dia menghadap Kaisar."(Kis 25:24-25), demikian kata Festus dalam pengadilan Paulus. Festus kiranya menjadi contoh petinggi yang sungguh mendengarkan suara atau bisikan Roh Kudus melalui rakyat atau orang kebanyakan. "Mendengarkan" merupakan salah satu keutamaan yang hendaknya dihayati oleh semua umat beriman, khususnya para pemimpin atau atasan, lebih-lebih mereka yang harus mengambil keputusan atau kebijakan, agar keputusan atau kebijakan yang dicanangkan sungguh adil dan benar serta menyelamatakan, terutama keselamatan jiwa. Dengan ini kami berharap kepada mereka yang berprofesi sebagai penegak atau pejuang kebenaran, seperti para hakim, jaksa, polisi dst.. untuk sungguh-sungguh mendengarkan aneka kesaksian dengan cermat dan tepat, sehingga kebijakan atau saran yang diambil sungguh benar dan menyelamatkan. Semoga mereka tidak menjadi buta kebenaran karena uang atau harta benda. Semoga para hakim tidak menghayati rumor "Hubungi Aku Kalau Ingin Menang", yang berarti beri aku uang secukupnya untuk kemenangan anda.

"Pujilah Tuhan hai jiwaku, pujilah namaNya yang kudus hai segenap batinku! Pujilah Tuhan hai jiwaku, dan jangan lupakan segala kebaikanNya" (Mzm 103:1-2)

Ign 10 Juni 2011


Rabu, 08 Juni 2011

9 Juni - Kis 22:30; 23:6-11;Yoh 17:20-26

"Kasih yang Engkau berikan kepadaKu ada di dalam mereka dan Aku di dalam mereka"

(Kis 22:30; 23:6-11;Yoh 17:20-26)

" Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka;  supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku.  Dan Aku telah memberikan kepada mereka kemuliaan, yang Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu, sama seperti Kita adalah satu:  Aku di dalam mereka dan Engkau di dalam Aku supaya mereka sempurna menjadi satu, agar dunia tahu, bahwa Engkau yang telah mengutus Aku dan bahwa Engkau mengasihi mereka, sama seperti Engkau mengasihi Aku. . Ya Bapa, Aku mau supaya, di manapun Aku berada, mereka juga berada bersama-sama dengan Aku, mereka yang telah Engkau berikan kepada-Ku, agar mereka memandang kemuliaan-Ku yang telah Engkau berikan kepada-Ku, sebab Engkau telah mengasihi Aku sebelum dunia dijadikan.  Ya Bapa yang adil, memang dunia tidak mengenal Engkau, tetapi Aku mengenal Engkau, dan mereka ini tahu, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku;  dan Aku telah memberitahukan nama-Mu kepada mereka dan Aku akan memberitahukannya, supaya kasih yang Engkau berikan kepada-Ku ada di dalam mereka dan Aku di dalam mereka."(Yoh 17:20-26), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Allah adalah kasih, maka beriman kepada Allah berarti dengan sepenuhnya menerima kasih Allah dan hidup serta bertindak saling mengasihi, sebagaimana Allah telah mengasihi. Kasih Allah kepada kita tiada henti, sebagaimana didoakan Yesus, yaitu "Aku telah memberitahukan namaMu kepada mereka dan Aku akan memberitahukannya , supaya kasih yang Engkau berikan kepadaKu ada di dalam mereka dan Aku di dalam mereka". Kasih Allah kepada kita melalui RohNya, Roh Cintakasih, maka baiklah di hari menjelang anugerah Roh Kudus di Hari Raya Pentekosta ini kita dalam novena Roh Kudus hari ini mohon agar Roh Cintakasih senantiasa menyertai dan menjiwai cara hidup dan cara bertindak kita dimanapun dan kapanpun, sehingga kita hidup saling mengasihi. Sekali lagi saya ingatkan bahwa hidup saling mengasihi mudah kita hayati jika masing-masing dari kita menyadari dan menghayati diri sebagai 'buah kasih' atau 'yang terkasih', yang diciptakan dalam kasih serta dibina, dididik, ditumbuh-kembangkan dalam dan oleh kasih. Para suami-isteri atau bapak-ibu kami harapkan dapat menjadi saksi saling menagsihi dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap tubuh bagi anak-anaknya, dan anak-anak kami harapkan meneladan hidup saling mengasihi dari orangtuanya. Memang ada kemungkinan terjadi keterbatasan dalam hal pemahaman dan penghayatan cintakasih, maka kami harapkan kita sering curhat dengan saudara-saudari kita perihal hidup saling mengasihi, sehingga masing-masing dari kita diperkaya dan diperkembangkan dalam hidup saling mengasihi. Barangsiapa saling mengasihi berarti menghayati diri sebagai ciptaan Allah, gambar dan citra Allah, yang adalah Kasih Sejati.

·   "Kuatkanlah hatimu, sebab sebagaimana engkau dengan berani telah bersaksi tentang Aku di Yerusalem, demikian jugalah hendaknya engkau pergi bersaksi di Roma."(Kis 23:11), demikian firman Tuhan kepada Paulus yang dengan berani bersaksi perihal kebangkitan orang mati.  Paulus diadili karena kebangkitan orang mati dihadapan orang-orang Saduki dan ahli-ahli Taurat, maka ketika Paulus mengangkat perihal kebangkitan orang mati timbullah keributan antar mereka, karena orang Saduki tidak percaya akan kebangkitan orang mati dan ahli Taurat percaya. Ketegangan dan keributan yang terjadi antar mereka karena ketegaran dan keberanian Paulus menyebabkan pembebasan Paulus dari aneka tuduhan pengadilan. Paulus pun akhirnya menerima peneguhan dari Tuhan agar tetap bersaksi perihal kebangkitan orang mati, bahwa ada perintah "demikian jugalah hendaknya engkau pergi bersaksi di Roma". Roma pada masa itu boleh dikatakan sebagai kota modern, atau pada masa kini disebut sebagai metropolitan seperti Jakarta, dengan kata lain mayoritas penduduknya bersikap mental materialistis dan kurang beriman alias kurang atau tidak percaya akan kebangkitan orang mati. Maka dengan ini kami berharap kepada segenap umat beriman di kota-kota besar, seperti Jakarta, Surabaya, Medan, dst.. untuk dengan tegar dan rendah hati menjadi saksi iman, saksi kebangkitan orang mati. Dengan kata lain hendaknya setia pada iman serta lebih mengutamakan keselamatan jiwa manusia. Keselamatan jiwa manusia hendaknya menjadi tolok ukur atau barometer keberhasilan hidup, panggilan serta tugas pengutusan dimanapun dan kapanpun. Sekolah-sekolah hendaknya lebih mengutamakan agar para peserta didik tumbuh berkembang menjadi pribadi yang beriman, baik dan berbudi pekerti luhur, bukan menjadi pandai atau cerdas secara intelektual saja. Percayalah kita anak-anak tumbuh berkembang menjadi baik, beriman dan berbudi pekerti luhur, maka kelak mereka akan survival dalam hidup, panggilan dan tugas pengutusan, meskipun harus menghadapi aneka tantangan, masalah dan hambatan yang cukup berat.

"Aku memuji Tuhan, yang telah memberi nasihat kepadaku, ya, pada waktu malam hati nuraniku mengajari aku. Aku senantiasa memandang wajah Tuhan, karena Ia senantiasa berdiri di sebelah kananku, aku tidak goyah. Sebab itu hatiku bersuka-cita dan jiwaku bersorak-sorak, bahkan tubuhku akan diam dengan tenteram, sebab Engkau tidak menyerahkan aku ke dunia orang mati, dan tidak membiarkan Orang KudusMu melihat kebinasaan"

 (Mzm 16:7-10)

Ign 9 Juni 2011


Senin, 06 Juni 2011

8 Juni - Kis 20:28-38; Yoh 17:11b-19

"Sama seperti Engkau telah mengutus Aku ke dalam dunia demikian pula Aku telah mengutus mereka ke dalam dunia"

(Kis 20:28-38; Yoh 17:11b-19)

"Ya Bapa yang kudus, peliharalah mereka dalam nama-Mu, yaitu nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu sama seperti Kita.  Selama Aku bersama mereka, Aku memelihara mereka dalam nama-Mu, yaitu nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada-Ku; Aku telah menjaga mereka dan tidak ada seorangpun dari mereka yang binasa selain dari pada dia yang telah ditentukan untuk binasa, supaya genaplah yang tertulis dalam Kitab Suci.  Tetapi sekarang, Aku datang kepada-Mu dan Aku mengatakan semuanya ini sementara Aku masih ada di dalam dunia, supaya penuhlah sukacita-Ku di dalam diri mereka.  Aku telah memberikan firman-Mu kepada mereka dan dunia membenci mereka, karena mereka bukan dari dunia, sama seperti Aku bukan dari dunia.  Aku tidak meminta, supaya Engkau mengambil mereka dari dunia, tetapi supaya Engkau melindungi mereka dari pada yang jahat.  Mereka bukan dari dunia, sama seperti Aku bukan dari dunia.  Kuduskanlah mereka dalam kebenaran; firman-Mu adalah kebenaran. Sama seperti Engkau telah mengutus Aku ke dalam dunia, demikian pula Aku telah mengutus mereka ke dalam dunia; dan Aku menguduskan diri-Ku bagi mereka, supaya merekapun dikuduskan dalam kebenaran." (Yoh 17:11b-19), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Nasib seorang utusan tidak akan jauh dari Yang Mengutus atau bahkan mau tak mau pasti akan mengalami apa yang telah dialami oleh Yang Mengutus. Sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus, yang telah menderita dan wafat di kayu salib karena setia pada tugas pengtusanNya, kita  diutus untuk mendunia, berpartisipasi dalam karya penyelamatan dunia, Sebagaimana telah dialami oleh Yesus ada kemungkinan kita sebagai utusan juga akan dibenci oleh mereka yang bersikap mental dunia alias materialistis. Mereka bersikap mental materialistis alias bisnis, sedangkan kita sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus lebih bersifat social  dan spiritual, maka akan sangat sulit mengusahakan titik temu  cara hidup dan cara bertindak bersama. Karena kita telah dikuduskan atau dipersembahkan seutuhnya kepada Tuhan dalam pembaptisan, maka baiklah kita setia pada tugas pengutusan kita apapun, meskipun harus menghadapi aneka tantangan dan kebencian. Imanilah bahwa jika kita setia pada sabda Tuhan berarti kita dalam kebenaran, dan percayalah bahwa kebenaran akan mampu mengalahkan  kebencian maupun kebohongan. Berada dalam kebenaran berarti bersama dan bersatu dengan Tuhan, maka kita akan mampu mengatasi segala tantangan dan kebencian. Marilah di hari-hari novena Roh Kudus ini kita mohon rahmat kebenaran, Roh Kebenaran, agar Roh Kebenaran senantiasa menjiwai cara hidup dan cara bertindak kita.

·   "Bolehkah aku mengatakan sesuatu kepadamu"(Kis 20:37), demikian kata Paulus kepada kepala pasukan yang berkehendak untuk mengenyahkannya  Meskipun digiring dan diteraki oleh orang banyak untuk dienyahkan Paulus, rasul agung, tetap tenang dan tegar. Marilah sebagai yang diutus, rasul, kita meneladan Paulus. Dalam kebenaran hendaknya kita tetap tenang dan tegar, karena jika memang harus dienyahkan alias dibunuh, berbahagialah bahwa kita boleh meneladan Yesus yang wafata disalibkan karena kebenaran. Memang hidup dalam kebenaran akan menghadapi kebencian dari mereka yang tak tahu kebenaran alias tidak beriman. Sebaliknya karena ketenangan dan ketegaran kita ada kemungkinan cukup banyak orang baik yang tergerak atau tersentuh untuk membantu atau menolong kita. Percayalah sebenarnya yang membenci kita sangat kecil jumlahnya, meskipun suara keras, sebaliknya yang baik dan kemungkinan membela kita berjumlah cukup banyak dan bersuara lembut, sebagai cirikhas orang-orang yang dijiwai oleh Roh Kudus. Ketika diancam untuk dienyahkan marilah kita mohon rahmat keberanian dari Roh Kudus, agar keberanian kita bukan karena mengandalkan diri kita sehingga menjadi sombong, melainkan karena Roh Kudus sehingga kita berani dengan rendah hati dan dengan demikian senantiasa menghadirkan diri dalam ketenangan dan senyuman. Dalam ketenangan dan senyuman karena Roh Kudus kita pasti mampu mengatasi ancaman sekeras dan sekejam apapun, karena sekeras-kerasnya orang kami percaya di dalam kedalaman lubuk hatinya pasti ada kerinduan akan kasih dan perdamaian sejati.           

"Hai kerajaan-kerajaan bumi, menyanyilah bagi Allah, bermazmurlah bagi Tuhan;  bagi Dia yang berkendaraan melintasi langit purbakala. Perhatikanlah, Ia memperdengarkan suara-Nya, suara-Nya yang dahsyat! Akuilah kekuasaan Allah; kemegahan-Nya ada di atas Israel, kekuasaan-Nya di dalam awan-awan.  Allah adalah dahsyat dari dalam tempat kudus-Nya!" (Mzm 68:33-36)

Ign 8 Juni 2011


7Juni - Kis 20:17-27; Yoh 17:1-11a

"Engkau telah memberikan mereka kepadaKu dan mereka telah menuruti firmanMu" 

 (Kis 20:17-27; Yoh 17:1-11a)

"Demikianlah kata Yesus. Lalu Ia menengadah ke langit dan berkata: "Bapa, telah tiba saatnya; permuliakanlah Anak-Mu, supaya Anak-Mu mempermuliakan Engkau.  Sama seperti Engkau telah memberikan kepada-Nya kuasa atas segala yang hidup, demikian pula Ia akan memberikan hidup yang kekal kepada semua yang telah Engkau berikan kepada-Nya.  Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus.  Aku telah mempermuliakan Engkau di bumi dengan jalan menyelesaikan pekerjaan yang Engkau berikan kepada-Ku untuk melakukannya.  Oleh sebab itu, ya Bapa, permuliakanlah Aku pada-Mu sendiri dengan kemuliaan yang Kumiliki di hadirat-Mu sebelum dunia ada.  Aku telah menyatakan nama-Mu kepada semua orang, yang Engkau berikan kepada-Ku dari dunia. Mereka itu milik-Mu dan Engkau telah memberikan mereka kepada-Ku dan mereka telah menuruti firman-Mu.  Sekarang mereka tahu, bahwa semua yang Engkau berikan kepada-Ku itu berasal dari pada-Mu.  Sebab segala firman yang Engkau sampaikan kepada-Ku telah Kusampaikan kepada mereka dan mereka telah menerimanya. Mereka tahu benar-benar, bahwa Aku datang dari pada-Mu, dan mereka percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku.  Aku berdoa untuk mereka. Bukan untuk dunia Aku berdoa, tetapi untuk mereka, yang telah Engkau berikan kepada-Ku, sebab mereka adalah milik-Mu  dan segala milik-Ku adalah milik-Mu dan milik-Mu adalah milik-Ku, dan Aku telah dipermuliakan di dalam mereka.  Dan Aku tidak ada lagi di dalam dunia, tetapi mereka masih ada di dalam dunia, dan Aku datang kepada-Mu." (Yoh 17:1-11a), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Sebagai umat yang percaya kepada Yesus Kristus kita diharapkan senantiasa menghayati atau melaksanakan kehendak Allah atau sabda-sabda Yesus yang telah kita terima melalui aneka cara. Sabda-sabda Yesus setiap kali kita terima atau dengarkan ketika kita berpartisipasi dalam Ibadat Sabda atau Perayaan Ekaristi (harian atau mingguan). Sabda atau firman Yesus, yang tertulis di dalam Kitab Suci, pertama-tama dan terutama untuk dibacakan dan didengarkan. Sebagai umat Allah kiranya kita lebih banyak mendengarkan daripada membacakan. Pertanyaan refleksif bagi kita masing-masing: apakah kita sungguh mendengarkan ketika dibacakan sabda/firman Tuhan atau sekedar mendengar (to listen or to hear?). Jika kita sungguh mendengarkan kami percaya kita pasti akan dipengaruhi atau dikuasainya, sehingga mau tak mau kita harus mentaati atau menurutiNya dalam dan melalui cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari dimanapun dan kapanpun, sehingga kita layak disebut sebagai milik Tuhan Yesus dan kita menghayati diri sebagai ciptaan Allah, gambar atau citraNya. Kita semua dipanggil untuk menjadi pelaksana-pelaksana sabda Tuhan dalam cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari. Keunggulan hidup beriman atau beragama hemat saya terletak dalam pelaksanaan atau penghayatan, bukan wacana atau omongan. Maka kami berharap agar anak-anak sedini mungkin dibiasakan dan dididik untuk menjadi pelaksana-pelaksana sabda Tuhan, dan tentu saja terutama dengan dan melalui teladan konkret dari para orangtua/bapak-ibu.

·    "Aku tidak mengiharaukan nyawaku sedikitpun, asal aku dapat mencapai garis akhir dan menyelesaikan pelayanan yang ditugaskan oleh Tuhan Yesus kepadaku untuk memberi kesaksian tentang Injil kasih karunia Allah" (Kis 20:24), demikian kesakian iman Paulus, rasul agung. Sebagai pelaksana-pelaksana sabda/firman Tuhan akhirnya kita juga dipanggil untuk menyebarluaskan atau  mewartakannya, dengan kita lain kita dipanggil untuk menjadi pewarta-pewarta kabar baik, 'memberi kesaksian tentang Injil kasih karunia Allah'. Hendaknya kita tidak pelit atau malas sebagai pewarta-pewarta kabar baik, melainkan murah hati, hatinya dijual murah, artinya memperhatikan siapapun tanpa pandang bulu/SARA. Marilah kita persembahkan nyawa (gairah, cita-cita, dambaan, impian dst..) kita kepada orang lain dengan berbuat baik kepada mereka tanpa kenal lelah. Kita berharap semua orang dapat menghayati kasih karunia Allah, dan secara konkret berarti menghayati diri sebagai yang terkasih sehingga perjumpaan antar kita berarti 'yang terkasih' berjumpa dengan 'yang terkasih', dan dengan demikian secara otomatis akan saling mengasihi. Seluruh sabda atau firman Allah  dijiwai oleh cintakasih dan mendorong orang untuk saling mengasihi, maka saling mengasihi merupakan wujud dari penghayatan diri sebagai pelaksana sabda/firman Allah. Marilah kita hidup saling mengasih sampai 'garis akhir', artinya sampai mati, pada waktu kita dipanggil Tuhan.

"Hujan yang melimpah Engkau siramkan ya Allah, Engkau memulihkan tanah milikMu yang gersang, sehingga kawanan hewanmu menetap di sana, dalam kebaikanMu Engkau memenuhi kebutuhan orang yang tertindas, ya Allah" (Mzm 68:10-11)

Ign 7 Juni 2011


6Juni - Kis. 19:1-8; Yoh 16:29-3

"Dalam dunia kamu menderita penganiayaan"

(Kis. 19:1-8; Yoh 16:29-3)

" Kata murid-murid-Nya: "Lihat, sekarang Engkau terus terang berkata-kata dan Engkau tidak memakai kiasan.  Sekarang kami tahu, bahwa Engkau mengetahui segala sesuatu dan tidak perlu orang bertanya kepada-Mu. Karena itu kami percaya, bahwa Engkau datang dari Allah."  Jawab Yesus kepada mereka: "Percayakah kamu sekarang?  Lihat, saatnya datang, bahkan sudah datang, bahwa kamu diceraiberaikan masing-masing ke tempatnya sendiri dan kamu meninggalkan Aku seorang diri. Namun Aku tidak seorang diri, sebab Bapa menyertai Aku.  Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya kamu beroleh damai sejahtera dalam Aku. Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia." (Yoh 16:29-33), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Selama hidup di dunia kita memang harus bekerja keras, sesuai dengan panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing, jika kita mendambakan hidup damai sejahtera dan bahagia sejati. Hidup damai sejahtera dan bahagia sejati berarti hidup baik dan berbudi pekerti luhur dan untuk itu kita harus menghadapi aneka godaan, tantangan dan hambatan yang tidak sedikit. Sebagai orang beriman kiranya seperti para murid kita lebih percaya kepada Allah daripada kepada dunia dan manusia, karena kita datang dari Allah dan pada waktunya harus kembali kepada Allah. Jika kita harus menderita penganiayaan selama  hidup dunia ini hendaknya tidak berkecil hati, melainkan tetap besar hati atau 'kuatkan hatimu, Aku telah mengalahkan dunia'.  Allah senantiasa menyertai dan mendampingi kita, bahkan berkarya dalam diri kita yang lemah dan rapuh ini, maka bersama dan bersatu dengan Allah kita juga akan mampu 'mengalahkan dunia', sebagaimana Yesus telah mengalahkannya. Sebagai orang beriman kita diharpakan tidak bersikap mental materialistis selama hidup dan bekerja di dunia ini alias berbakti kepada 'hal-hal duniawi'. Memang kita harus mendunia dalam rangka mengejar atau mengusahakan kesucian hidup, berpartisipasi dalam pengelolaan atau pengurusan duniawi, maka marilah kita tetap berperan atau berfungsi sebagai pengurus atau pengelola, artinya kita senantiasa berada di atas hal-hal duniawi, mengatasi hal-hal duniawi. Kita fungsikan hal-hal duniawi sebagai bantuan untuk mengusahakan kesucian hidup. Untuk itu hendaknya entah belajar atau bekerja bagaikan sedang beribadat, sehingga rekan belajar atau bekerja bagaikan rekan beribadat, menyikapi aneka sarana-prasarana belajar atau bekerja bagaikan sarana-prasarana beribadat, suasana belajar atau bekerja bagaikan suasana beribadat, dst..

·   "Ketika Paulus menumpankan tangan di atas mereka, turunlah Roh Kudus di atas mereka, dan mulailah mereka berkata-kata dalam bahasa roh dan bernubuat" (Kis 19:5). Dengan telah menerima Sakramen Baptis dan Sakramen Krisma kita telah menerima anugerah Roh Kudus juga, maka kitapun diharapakan 'berkata-kata dalam bahasa roh dan bernubuat'. Yang dimaksudkan dengan berkata-kata dalam bahasa roh antara lain pembicaraan atau omongan kita dijiwai oleh buah-buah Roh Kudus, seperti " kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemah-lembutan, penguasaan diri" (Gal 5: 22-23), sehingga pembicaraan atau omongan kita membahagiakan dan menyelamatkan serta tidak membuat orang lain kecewa dan sakit hati. Bernubuat berarti mampu melihat atau meraba-raba atau menerka apa yang akan terjadi sehingga dapat menempatkan diri sedemikian rupa agar selamat dalam aneka macam peristiwa. Keterampilan bernubuat ini dapat kita usahakan dan perdalam jika kita rajin untuk pemeriksaan batin setiap hari, yang membuat kita menjadi mahir dalam pembedaan roh atau 'spiritual discernment'. Pemeriksaan batin merupakan bagian dari doa harian, doa malam, maka selayaknya setiap hari kita mengadakan pemeriksaan batin dengan baik. Pemeriksaan batin tidak identik atau tidak sama dengan melihat dosa-dosa, melainkan melihat kecenderungan-kecenderungan batin kita. Kami percaya batin kita lebih cenderung untuk berbuat baik daripada berbuat jahat, melakukan apa yang baik daripada apa yang jahat. Maka baiklah kecenderungan hati yang baik tersebut kita kuatkan dan perteguh dengan berbuat baik, karena dengan terbiasa berbuat baik kita berarti 'berkata-kata dalam bahasa roh dan bernubuat'.

"Allah bangkit, maka terseraklah musuh-musuhNya, orang yang membenci Dia melarikan diri dari hadapanNya. Seperti asap hilang tertiup, seperti lilin meleleh di depan api, demikianlah orang-orang fasik binasa di depan Allah. Tetapi orang-orang benar bersukacita, beria-ria di hadapan Alla, bergembira dan bersukacita" (Mzm 68:2-4)

Ign 6 Juni 2011