"Dia yang melakukan kehendak BapaKu yang di sorga."
(Yes 26:1-6; Mat 7:21.24-27)
"Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga. "Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu. Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir.Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, sehingga rubuhlah rumah itu dan hebatlah kerusakannya." (Mat 7: 21.24-27), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
· Keunggulan hidup beriman atau beragama adalah dalam perilaku atau tindakan bukan wacana atau omongan. "Bukan setiap orang yang berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak BapaKu yang di sorga", demikian sabda Yesus. Maka marilah kita mawas diri perihal penghayatan iman atau agama kita masing-masing. Jika masing-masing dari kita berani mawas diri dengan rendah hati dan terbuka kiranya kita akan mengetahui dan mengakui bahwa sampai kini kita telah menerima aneka macam nasihat, petuah, saran atau ajaran yang baik dan benar secara melimpah ruah, entah melalui orangtua kita masing-masing, para guru, rekan dst… Namun demikian dengan jujur kita harus mengakui bahwa kurang dalam pelaksanaan atau penghayatan, maka baiklah kita memperbaiki diri alias bertobat. Tidak ada kata terlambat untuk memperbaharui diri atau bertobat. Kami berharap para orangtua, guru atau pendidik dapat menjadi teladan dalam penghayatan atau pelaksanaan. Keteladanan atau kesaksian merupakan cara utama dan pertama dalam pewartaan iman, pendidikan atau pembinaan, yang tak tergantikan dengan cara lainnya. Kepada anak-anak atau remaja dan generasi muda kami harapkan membuka diri terhadap aneka teladan dan kesaksian hidup baik dan berbudi pekerti luhur dari orangtua, guru atau pendidik, seniors dst. Hendaknya juga lebih mengimani dan menghayati aneka nasihat, saran, ajaran yang baik daripada melihat cara hidup dan cara bertindak orang yang bersangkutan, karena memang orangtua, guru atau pendidik kita tak akan lepas dari kelemahan, kerapuhan dan keterbatasan. Laksanakan atau lakukan apa yang mereka ajarkan tetapi jangan ikuti perilaku mereka yang tidak baik.
· "Percayalah kepada TUHAN selama-lamanya, sebab TUHAN ALLAH adalah gunung batu yang kekal. Sebab Ia sudah menundukkan penduduk tempat tinggi; kota yang berbenteng telah direndahkan-Nya, direndahkan-Nya sampai ke tanah dan dicampakkan-Nya sampai ke debu." (Yes 26:4-5), demikian seruan atau peringatan Yesaya kepada bangsanya, kepada kita semua umat beriman. Kita berasal dari Allah dan harus kembali kepada Allah, kita diciptakan oleh Allah sesuai dengan gambar dan citraNya dan hanya dapat hidup baik, berbahagia dan damai sejahtera jika kita setia pada kehendak Allah serta melaksanakan perintah Allah dalam hidup sehari-hari. Perintah Allah yang utama dan pertama adalah kasih dan kasih merupakan benteng yang kuat dalam menghadapi aneka godaan. Segala sesuatu didekati, diperlakukan dan disikapi dalam dan oleh kasih pasti akan takluk dan menjadi sahabat. Ingatlah bahwa binatang buas pun ketika disikapi, didekati dan diperlakukan dalam dan oleh kasih dapat menjadi sahabat, apalagi manusia. Menjadi Tuhan Allah sebagai gunung batu yang kekal berarti senantiasa hidup dan bertindak dalam dan oleh kasih, hidup saling mengasihi kapanpun dan dimanapun, dengan siapapun dan apapun. Ingatlah dan hayati juga bahwa masing-masing dari kita adalah yang terkasih atau buah kasih alias kasih, maka bertemu dengan orang lain berarti yang terkasih bertemu dengan yang terkasih dan dengan demikian otomatis saling mengasihi. Maka penghayatan iman bahwa diri kita adalah yang terkasih merupakan benteng atau gunung batu yang kekal dan kuat kuasa. Jika kita berani menghayati diri sebagai yang terkasih, maka kita akan mampu mengatasi aneka hambatan, tantangan, masalah dan godaan dalam hidup kita. Hadapi, sikapi, perlakukan segala sesuatu dalam dan oleh kasih, dan barangsiapa tidak saling mengasihi berarti tidak beriman, tidak kenal Allah.
"Lebih baik berlindung pada TUHAN dari pada percaya kepada manusia. Lebih baik berlindung pada TUHAN dari pada percaya kepada para bangsawan Bukakanlah aku pintu gerbang kebenaran, aku hendak masuk ke dalamnya, hendak mengucap syukur kepada TUHAN. Inilah pintu gerbang TUHAN, orang-orang benar akan masuk ke dalamnya. Aku bersyukur kepada-Mu, sebab Engkau telah menjawab aku dan telah menjadi keselamatanku" (Mzm 118:8-9.19-21).
Jakarta, 2 Desember 2010
.
.
0 komentar:
Posting Komentar