Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Jumat, 07 Oktober 2011

8 Okt

"Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya"

(Yl 3:12-21; Luk 11:27-28)


" Ketika Yesus masih berbicara, berserulah seorang perempuan dari antara orang banyak dan berkata kepada-Nya: "Berbahagialah ibu yang telah mengandung Engkau dan susu yang telah menyusui Engkau." Tetapi Ia berkata: "Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya." (Luk 11:27-28), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Tidak ada seorang pun di dunia ini yang tidak mendambakan hidup bahagia, damai sejahtera, sehat wal'afiat lahir maupun batin; kita semua mendambakannya. Jika kita sungguh mendambakannya maka marilah dengan sungguh-sungguh dan bekerja keras kita 'mendengarkan firman Allah dan memeliharanya atau melaksanakannya' dalam hidup kita sehari-hari. Mendengarkan merupakan kegiatan atau pekerjaan yang memang berat, karena menuntut kerendahan hati serta keterbukaan diri sepenuhnya. Ingat dan sadari bahwa apa yang kita dengarkan sejak kita berada di dalam rahim ibu kita masing-masing sampai kini sungguh mempengaruhi atau menjiwai cara hidup dan cara bertindak kita masa kini. Karena Allah adalah maha segalanya, maka jika kita sungguh mendengarkan firmanNya mau tak mau harus melaksanakan perintah atau kehendakNya alias melaksanakan firmanNya, dan dengan demikian kita pasti akan hidup bahagia, damai sejahtera dan sehat wal'afiat. Firman Allah telah diterjemahkan atau dibahasakan kedalam aneka tata tertib atau aturan yang terkait dengan hidup, panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing, maka baiklah aneka tata tertib atau aturan   tersebut kita laksanakan sepenuhnya. Mungkin setiap hari kita dapat melatih atau mendidik diri dalam hal pelaksanaan tata tertib atau aturan, karena dimana-mana kita temukan tata tertib dan aturan. Jika kita setia dan dapat dengan mudah melaksanakan tata tertib atau aturan yang sederhana dalam hidup sehari-hari, maka ada kemungkinan bagi kita untuk melaksanakan firman Allah. "Ingatlah juga bahwa dari kecil engkau sudah mengenal Kitab Suci yang dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun engkau kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus. Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran." (2Tim 3:15-16)

·   "Baiklah bangsa-bangsa bergerak dan maju ke lembah Yosafat, sebab di sana Aku akan duduk untuk menghakimi segala bangsa dari segenap penjuru" (Yl 3:12). Kutipan ini kiranya baik untuk kita renungkan atau refleksikan. Marilah kutipan di atas ini kita sikapi sebagai firman Allah terhadap kita semua, dimana Allah akan menghakimi kita, umatNya. Apa yang disebut dengan penghakiman tidak lain adalah mencari kebenaran, maka Allah akan mencari orang-orang benar. Orang-orang benar adalah orang yang suci, yang senantiasa mendengarkan dan melaksanakan firman Allah dalam hidup sehari-hari kapan pun dan dimana pun. Orang benar adalah orang yang setia pada iman, panggilan dan tugas pengutusannya.  "Setia adalah sikap dan perilaku yang menunjukkan keterikatan dan kepedulian atas perjanjian yang telah dibuat" (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 24). Apa yang telah kita janjikan marilah kita taati dan laksanakan, dan hendaknya jangan ingkar janji sedikitpun. Tak henti-hentinya  saya mengingatkan kita semua yang telah dibaptis untuk setia pada janji baptis, yaitu hanya mau mengabdi Tuhan saja serta menolak aneka godaan setan. Jika kita setia pada janji baptis maka dengan mudah kita setia pada janji-janji berikutnya seperti janji perkawinan, janji imamat, kaul membiara, janji pelajar, janji pekerja atau pegawai, sumpah jabatan dst..  Mengabdi Tuhan berarti Tuhan menjadi 'tuan' kita dan kita senantiasa melaksanakan perintah-perintahNya kapan pun dan dimana pun. Sedangkan menolak godaan setan berarti tidak pernah mengikuti rayuan setan untuk berbuat dosa atau berbuat jahat. Godaan atau rayuan setan menggejala dalam tawaran kenikmatan yang terkait dengan harta benda/uang, pangkat/kedudukan/jabatan dan kehormatan duniawi. Di kalangan muda-mudi atau juga orang dewasa mungkin menghadapi rayuan setan berupa kenikmatan seksual, yang menyimpang dari tatanan moral. Hendaknya ketika menerima rayuan langsung ditolak tegas, dan jangan dipikir-pikir atau dipertimbangkan, karena dengan demikian anda pasti akan takluk kepada rayuannya jika masih pikir-pikir serta mempertimbangkannya.

"TUHAN adalah Raja! Biarlah bumi bersorak-sorak, biarlah banyak pulau bersukacita! Awan dan kekelaman ada sekeliling Dia, keadilan dan hukum adalah tumpuan takhta-Nya. Gunung-gunung luluh seperti lilin di hadapan TUHAN, di hadapan Tuhan seluruh bumi.Langit memberitakan keadilan-Nya, dan segala bangsa melihat kemuliaan-Nya" (Mzm 97:1-2.5-6)

Ign 8 Oktober 2011


0 komentar: