"Seketika itu juga lenyaplah penyakit kustanya".
(1Yoh 5:5-13; Luk 5:12-16)
"Pada suatu kali Yesus berada dalam sebuah kota. Di situ ada seorang yang penuh kusta. Ketika ia melihat Yesus, tersungkurlah ia dan memohon: "Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan aku." Lalu Yesus mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu, dan berkata: "Aku mau, jadilah engkau tahir." Seketika itu juga lenyaplah penyakit kustanya. Yesus melarang orang itu memberitahukannya kepada siapa pun juga dan berkata: "Pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam dan persembahkanlah untuk pentahiranmu persembahan seperti yang diperintahkan Musa, sebagai bukti bagi mereka." Tetapi kabar tentang Yesus makin jauh tersiar dan datanglah orang banyak berbondong-bondong kepada-Nya untuk mendengar Dia dan untuk disembuhkan dari penyakit mereka.Akan tetapi Ia mengundurkan diri ke tempat-tempat yang sunyi dan berdoa" (Luk 5:12-16), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
· Sabda atau 'kata-kata' yang penuh kuasa, antara lain mampu menyembuhkan orang sakit, itulah sabda Yesus. Dalam kenyataan hidup sehari-hari kiranya cukup banyak orang yang mudah terpengaruh atau dikuasai oleh kata-kata manis atau kasar. Yang manis misalnya berasal dari para penipu, sebagaimana dilakukan via HP, dengan menawarkan barang tertentu, dst., sedangkan yang kasar antara lain kemarahan orang lain. Bercermin atau berrefleksi dari Warta Gembira hari ini kiranya kita semua dipanggil untuk berkata-kata yang menyembuhkan, membahagiakan atau menyelamatkan, bukan menyakitkan atau membuat permusuhan dan kebencian. Kata-kata yang demikian itu kiranya keluar dari orang yang berhati suci, jernih dan bersih, yang dikuasai oleh Roh Kudus atau Allah. Kuasa penyembuhannya mungkin tidak sebesar sabda Yesus, tetapi apa yang dikatakan, entah berupa nasihat, saran, sapaan dst.. sungguh membuat orang menjadi semakin beriman, semakin mempersembahkan diri kepada Tuhan. Dengan kata lain kata yang keluar dari mulutnya adalah kata-kata bijak. Marilah kita bersama-sama mengusahakan dengan rendah hati dalam hal berkata bijak, antara lain dengan berkata benar sesuai dengan situasi dan kondisi. Secara khusus kami mengharapkan mereka yang sering berkata-kata, misalnya pastor/pendeta dalam berkotbah, para guru, orangtua, para penceramah, dst.. untuk menyampaikan kata-kata yang menyelamatkan dan membahagiakan, yang mendorong atau memotivasi para pendengarnya untuk semakin beriman, semakin mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan di dalam hidup dan kerja sehari-hari.
· "Siapakah yang mengalahkan dunia, selain dari pada dia yang percaya, bahwa Yesus adalah Anak Allah? Inilah Dia yang telah datang dengan air dan darah, yaitu Yesus Kristus, bukan saja dengan air, tetapi dengan air dan dengan darah. Dan Rohlah yang memberi kesaksian, karena Roh adalah kebenaran. Sebab ada tiga yang memberi kesaksian [di dalam sorga: Bapa, Firman dan Roh Kudus; dan ketiganya adalah satu. Dan ada tiga yang memberi kesaksian di bumi]: Roh dan air dan darah dan ketiganya adalah satu" (1Yoh 5:5-8). Roh, air dan darah menjadi satu, itulah kesaksian yang menyembuhkan dan membahagiakan. Roh merupakan symbol kuasa yang menggerakkan dan memberdayakan, air adalah symbol kesegaran atau kebugaran dan darah adalah symbol kehidupan. Hidup yang segar bugar dan dinamis itulah yang menjadi dambaan atau harapan semua orang; marilah kita usahakan bersama-sama hidup yang demikian itu. Untuk mengusahakannya antara lain kita harus menjaga kesegaran dan kebugaran tubuh kita, dan untuk itu hendaknya makan dan minum sesuai dengan motto 'empat sehat lima sempurna', cukup berolahraga maupun beristirahat, hidup teratur. Ketika tubuh dalam keadaan atau kondisi segar-bugar kiranya dengan mudah orang yang bersangkutan untuk berdoa atau beribadah dalam rangka mohon rahmat, terang dan kekuatan dari Tuhan. "Ora et labora", Berdoa dan bekerja, menjadi motto kita; berdoa dan bekerja bagaikan mata uang bermuka dua, dapat dibedakan namun tak dapat dipisahkan. Kami berharap cara hidup yang segar-bugar dan beribadah ini sedini mungkin dibiasakan atau dididikkan kepada anak-anak di dalam keluarga dan tentu saja dengan teladan konkret dari orangtua, ayah dan ibu. Hidup segar-bugar dan beribadah merupakan bentuk kesaksian iman.
"Megahkanlah TUHAN, hai Yerusalem, pujilah Allahmu, hai Sion! Sebab Ia meneguhkan palang pintu gerbangmu, dan memberkati anak-anakmu di antaramu. Ia memberikan kesejahteraan kepada daerahmu dan mengenyangkan engkau dengan gandum yang terbaik. Ia menyampaikan perintah-Nya ke bumi; dengan segera firman-Nya berlari" (Mzm 147:12-15).
Jakarta, 8 Januari 2010
0 komentar:
Posting Komentar