Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Selasa, 04 Juni 2013

5Juni


"Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya"

(Kis 26:19-23; Yoh 10:11-16)

"Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi
domba-dombanya; sedangkan seorang upahan yang bukan gembala, dan yang
bukan pemilik domba-domba itu sendiri, ketika melihat serigala datang,
meninggalkan domba-domba itu lalu lari, sehingga serigala itu menerkam
dan mencerai-beraikan domba-domba itu. Ia lari karena ia seorang
upahan dan tidak memperhatikan domba-domba itu. Akulah gembala yang
baik dan Aku mengenal domba-domba-Ku dan domba-domba-Ku mengenal Aku
sama seperti Bapa mengenal Aku dan Aku mengenal Bapa, dan Aku
memberikan nyawa-Ku bagi domba-domba-Ku. Ada lagi pada-Ku domba-domba
lain, yang bukan dari kandang ini; domba-domba itu harus Kutuntun juga
dan mereka akan mendengarkan suara-Ku dan mereka akan menjadi satu
kawanan dengan satu gembala" (Yoh 10:11-16), demikian kutipan Warta
Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta
St.Bonifasius, Uskup dan Martir, hari ini saya sampaikan
catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Kutipan Warta Gembira hari ini kiranya bagus sekali untuk
direfleksikan oleh para gembala umat atau pemimpin dan pemuka agama,
dan mungkin juga bagi para pemimpin kehidupan bersama dalam bentuk
apapun. Sebagai gembala atau pemimpin kita dipanggil untuk
"menyerahkan nyawa" bagi para domba atau mereka yang harus kita
pimpin. Nyawa berarti gairah, semangat, cita-cita atau harapan atau
dambaan, yang pada umumnya untuk itu kita akan mengerahkan seluruh
tenaga dan waktu agar menjadi nyata atau terwujud. Pengalaman yang
demikian ini kiranya telah dialami secara mendalam oleh pasangan
suami-isteri yang mendambakan kelahiran atau anugerah seorang anak.
Kepada para gembala maupun pemimpin kami harapkan sungguh
mempersembahkan tenaga dan waktunya bagi para gembala atau yang harus
dipimpin, sehingga mereka selamat, damai sejahtera, sehat wal'afiat
fisik maupun spiritual, jasmani maupun rohani. Untuk itu hendaknya
dengan rendah hati didengarkan suka-duka umat atau rakyat, dan secara
konkret hendaknya turun kebawah menyapa dan mendengarkan umat atau
rakyat, jangan hanya duduk-duduk di kursi empuk di kamar atau kantor
saja. Hendaknya juga ingat bahwa anda menjadi gembala atau pemimpin
merupakan pilihan umat atau rakyat, dengan kata lain anda adalah wakil
umat atau rakyat, dan ketua anda adalah umat atau rakyat. Maka tidak
melayani umat atau rakyat dengan baik berarti anda tidak layak sebagai
gembala atau pemimpin. Memang hidup dan bertindak melayani dengan
rendah hati sungguh membutuhkan perjuangan dan pengorbanan alias
menghayati rahmat kemartiran. Bahaya dan ancaman dalam aneka bentuk
mengintai umat atau rakyat, dan ada sebagai gembala atau pemimpin
harus melindungi mereka dari bahaya atau ancaman.

·   "Oleh pertolongan Allah aku dapat hidup sampai sekarang dan
memberi kesaksian kepada orang-orang kecil dan orang-orang besar. Dan
apa yang kuberitakan itu tidak lain dari pada yang sebelumnya telah
diberitahukan oleh para nabi dan juga oleh Musa, yaitu, bahwa Mesias
harus menderita sengsara dan bahwa Ia adalah yang pertama yang akan
bangkit dari antara orang mati, dan bahwa Ia akan memberitakan terang
kepada bangsa ini dan kepada bangsa-bangsa lain." (Kis 26:22-23).
Kutipan ini kiranya dapat menjadi bahan permenungan atau refleksi bagi
siapapun yang merasa terpanggil untuk menjadi saksi penyelamatan
Allah. Allah menghendaki agar dunia seisinya, seluruh umat manusia
selamat dan damai sejahtera, tanpa pandang bulu atau SARA. Sepak
terjang atau kinerja kita dimana pun dan kapan pun hendaknya menjadi
'terang bagi semua bangsa'. Kehadiran dan sepak terjang kita
senantiasa menjadi fasilitator bagi orang lain untuk semakin beriman,
semakin hidup suci, semakin hidup baik, bermoral dan berbudi pekerti
luhur. Mereka yang mengalami kebingungan karena kehadiran kita menjadi
jelas dan terang benderang, mereka yang putus asa menjadi bergairah,
yang sakit menjadi sembuh, yang berkekurangan menjadi berkecukupan.
Semoga cara hidup dan cara bertindak kita dimana pun dan kapan pun
senantiasa mendorong, memotivasi dan menggerakkan orang lain untuk
semakin beriman, semakin selamat dan sejahtera. Kiranya pada masa kini
kita juga dapat meneladan Paus Fransiskus, dimana cara hidup dan cara
bertindaknya yang sederhana dan rendah hati telah membuka hati para
pemimpin dunia, menggairahkan karena ada sesuatu yang sungguh
menjanjikan demi perubahan dunia ini semakin baik dan damai.

"Aku mengasihi TUHAN, sebab Ia mendengarkan suaraku dan permohonanku.
Sebab Ia menyendengkan telinga-Nya kepadaku, maka seumur hidupku aku
akan berseru kepada-Nya." (Mzm 116:1-2)

Ign 5 Juni 2013

0 komentar: