"Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa"
(1Sam 1:9-20; Mrk 1:21-28)
"Mereka tiba di Kapernaum. Setelah hari Sabat mulai, Yesus segera masuk ke dalam rumah ibadat dan mengajar. Mereka takjub mendengar pengajaran-Nya, sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat. Pada waktu itu di dalam rumah ibadat itu ada seorang yang kerasukan roh jahat. Orang itu berteriak: "Apa urusan-Mu dengan kami, hai Yesus orang Nazaret? Engkau datang hendak membinasakan kami? Aku tahu siapa Engkau: Yang Kudus dari Allah." Tetapi Yesus menghardiknya, kata-Nya: "Diam, keluarlah dari padanya!" Roh jahat itu menggoncang-goncang orang itu, dan sambil menjerit dengan suara nyaring ia keluar dari padanya. Mereka semua takjub, sehingga mereka memperbincangkannya, katanya: "Apa ini? Suatu ajaran baru. Ia berkata-kata dengan kuasa. Roh-roh jahat pun diperintah-Nya dan mereka taat kepada-Nya."Lalu tersebarlah dengan cepat kabar tentang Dia ke segala penjuru di seluruh Galilea" (Mrk 1:21-28), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
· Nasihat atau ajaran para guru, pendeta atau pastor sering atau pada umumnya lebih berkuasa/berpengaruh pada anak-anak daripada dari orangtuanya, itulah kenyataan yang terjadi di beberapa kota besar di Indonesia, karena anak-anak sering merasa kurang menerima kasih sayang atau perhatian orangtua.Namun pengajaran Yesus lebih berkuasa dari para pengajar, guru, pendeta atau pastor, apalagi bagi mereka yang percaya kepadaNya. Sabda atau ajaran Yesus mampu mengusir dan mengalahkan roh-roh jahat. Maka sebenarnya jika kita hidup dan bertindak sesuai dengan ajaran atau sabda Yesus, kita pun juga mampu mengalahkan aneka kejahatan dan godaan setan. Dengan ini kami mengajak dan mengigatkan kita semua: marilah kita baca, renungkan dan hayati sabda-sabda Tuhan sebagaimana tertulis dalam Kitab Suci. Ingat bagi kita orang Katolik, setelah dibacakan Injil kita menanggapi "SabdaMu adalah jalan, kebenaran dan hidup kami", semoga kata-kata itu tidak hanya merdu di mulut atau nyanyian tetapi juga merdu dalam tindakan atau perilaku ini. Kita hidup sesuai dengan sabda Tuhan, berjalan mengarungi panggilan dan tugas pengutusan sesuai dengan ajaran-ajaranNya. Dengan cara demikian kita pasti akan mampu mengalahkan aneka kejahatan, dan ada kemungkinan cara hidup dan cara bertindak kita akan menjadi bahan perbincangan, omong-omong, bercakap-cakap banyak orang, dan banyak orang pun juga tergerak untuk semakin beirman, semakin mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan dalam dan melalui hidup sehari-hari. Secara khusus saya juga mendambakan para orangtua: hendaknya nasihat, kata-kata, ajaran orangtua sungguh berkuasa alias menjiwai cara hidup dan cara bertindak anak-anaknya, tentu dalam apa yang baik atau budi pekerti luhur.
· "TUHAN semesta alam, jika sungguh-sungguh Engkau memperhatikan sengsara hamba-Mu ini dan mengingat kepadaku dan tidak melupakan hamba-Mu ini, tetapi memberikan kepada hamba-Mu ini seorang anak laki-laki, maka aku akan memberikan dia kepada TUHAN untuk seumur hidupnya dan pisau cukur tidak akan menyentuh kepalanya." (1Sam 1:11), demikian doa Hana dari dan dalam kedalaman lubuk hatinya. Doa Hana pun terkabul, setahun setelah doa tersebut Hana melahirkan anak. Mungkin kita akan berkata bahwa doa Hana adalah doa yang penuh kuasa. Memang benar, doa yang sungguh lahir dari hati pasti akan berkuasa atau berpengaruh, bukan doa seperti kata-kata manis dan hampa. Ketika kita berdoa dengan sepenuh hati, jiwa, akal budi dan tubuh, maka apa yang kita doakan atau katakan dalam rupa doa tersebut secara otomatis menjiwai cara hidup dan cara bertindak kita, apalagi yang kita mohon kepada Tuhan adalah yang baik atau berbudi pekerti luhur, sebagaimana dimohon oleh Hana bahwa jika dianugerahi anak, maka anak itupun kemudian akan dipersembahkan kembali kepada Tuhan. Dengan ini kami mengingatkan dan mengajak kita semua: hendaknya dalam berdoa tidak hanya baik, manis dan merdu di mulut, melainkan di hati. Doa yang baik dan benar adalah hati yang seutuhnya terarah atau dipersembahkan kepada Tuhan, sehingga hati kita bersatu dengan Hati Tuhan, dan karena Tuhan mahasegalanya, maka hati kita pasti akan dikuasai atau dirajai olehNya, dan dengan demikian mau tidak mau kita pasti akan hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak atau perintahNya. Meneladan Hana kami mendambakan para orangtua, khususnya para ibu, untuk dengan jiwa besar dan hati rela berkorban mempersembahkan salah satu anaknya untuk menjadi imam, bruder atau suster, dan untuk itu sedini mungkin anak-anak perlu dibina dan dididik dengan baik ke arah 'man or woman with/for others'.
"Busur pada pahlawan telah patah, tetapi orang-orang yang terhuyung-huyung, pinggangnya berikatkan kekuatan. Siapa yang kenyang dahulu, sekarang menyewakan dirinya karena makanan, tetapi orang yang lapar dahulu, sekarang boleh beristirahat. Bahkan orang yang mandul melahirkan tujuh anak, tetapi orang yang banyak anaknya, menjadi layu.TUHAN mematikan dan menghidupkan, Ia menurunkan ke dalam dunia orang mati dan mengangkat dari sana. TUHAN membuat miskin dan membuat kaya; Ia merendahkan, dan meninggikan juga." (1Sam 2:4-7)
Jakarta, 12 Januari 2010
0 komentar:
Posting Komentar