"Dengan itu Ia telah menyatakan kemuliaan-Nya, dan murid-murid-Nya percaya kepada-Nya."
Mg Biasa II : Yes 62:1-5; 1Kor 12:4-11; Yoh 2:1-11
Pesta perkawinan pada umumnya dipersiapkan cukup lama, selain persiapan calon penganten yang bersangkutan kiranya juga persiapan aneka kebutuhan untuk pesta, seperti tempat pesta beserta dengan jamuan makan dan minumnya, tempat peresmian perkawinan dst.. Untuk itu pada umumnya orang juga mempersiapkan dana yang cukup besar, dengan harapan dapat menunjang segala kebutuhan pesta perkawinan, sehingga pesta perkawinan mengesan, menarik dan menggembirakan semua orang yang hadir dalam pesta tersebut. Jamuan makan dan minum pada umumnya juga memperoleh perhatian khusus, pengundang/pemilik pesta kiranya akan malu jika jamuan makan dan minum kurang mengesan bagi para tamu, apalagi jamuan makan dan minum kurang, sehingga tidak semua tamu dapat ikut jamuan makan dan minum. Itulah yang terjadi dalam peristiwa perkawinan di Kana, dimana Bunda Maria dan Yesus hadir, dan tiba-tiba Bunda Maria melihat bahwa anggur, sebagai jamuan minuman utama, nampak kurang; maka ia minta kepada Yesus untuk menolongnya. Akhirnya Yesus melakukan sesuatu, membuat mujizat air menjadi anggur yang paling lezat, sehingga tidak terjadi kekurangan lagi dan dengan demikian pemilik pesta tidak dipermalukan. Inilah mujizat pertama yang dilakukan oleh Yesus, mengubah air menjadi anggur, 'dengan itu Ia telah menyatakan kemuliaanNya, dan murid-muridNya percaya kepadaNya'.
"Dengan itu Ia telah menyatakan kemuliaan-Nya, dan murid-murid-Nya percaya kepada-Nya" ( Yoh 2:11).
Mujizat air menjadi anggur lezat kiranya merupakan sesuatu yang menggemparkan dan mengagumkan banyak orang. Sebagai orang beriman kepada Yesus kita dipanggil untuk meneladan Bunda Maria yang peka akan kebutuhan orang lain maupun Yesus yang mengubah air menjadi anggur:
1) Dalam kehidupan bersama sering kita hadapi saudara-saudari kita yang membutuhkan bantuan, entah secara pribadi atau organisatoris. Marilah kita buka mata dan telinga kita terhadap lingkungan hidup dimana kita berada/tinggal atau bekerja. Peristiwa senada atau seperti pesta perkawinan di Kana sering terjadi dalam kebersamaan hidup kita, dan kita ada di dalamnya, entah berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan atau sebagai penonton atau undangan. Kita hayati dan tingkatkan kepekaan sosial kita terhadap saudara-saudari dan sesama kita, lebih-lebih terhadap mereka yang miskin dan berkekurangan. Sekiranya kita tak mungkin memberi bantuan, baiklah dengan rendah hati kita minta bantuan atau partisipasi orang lain, sebagaimana Bunda Maria minta kepada Yesus.
2) Air ada dimana-mana, sedangkan anggur mungkin hanya ada di tempat-tempat tertentu saja, misalnya anggur misa hanya ada di gereja atau kapel, sedangkan anggur untuk diminum kiranya hanya dinikmati oleh orang-orang kaya atau segelintir orang saja. Marilah perubahan air menjadi anggur ini kita fahami dan hayati secara spiritual sosial. Air merupakan symbol kesederhanaan, hidup sehari-hari, yang biasa-biasa saja, sedangkan anggur merupakan symbol luar biasa atau istimewa, maka sebagai orang yang beriman kepada Yesus kita dipanggil untuk menjadikan atau menghayati apa-apa yang nampak biasa sebagai yang istimewa atau luar biasa. Dengan kata lain marilah kita hayati apa yang kita lakukan atau kerjakan setiap hari dalam dan dengan iman, dimana Tuhan senantiasa hadir dan berkarya dalam dan melalui diri kita yang lemah dan rapuh ini. Untuk itu mungkin baik setiap pagi hari kita berdoa seperti ini: "Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu" (Rat 3:22-23), dan tentu saja doa ini senantiasa menjiwai cara hidup dan cara bertindak kita selanjutnya. Kami berharap tidak ada seorang pun di antara kita yang melecehkan atau merendahkan pekerjaan-pekerjaan sederhana sebagaimana dikerjakan oleh para buruh, pembantu rumah tangga, sopir, ibu rumah tangga dst.., karena apa yang mereka kerjakan hemat saya senantiasa menjadikan atau menghayati yang sederhana sebagai yang istimewa atau luar biasa. Kebenaran ini akan menjadi nyata dan dapat anda percayai ketika mereka tidak ada/tidak bekerja karena cuti atau bepergian untuk sementara waktu. Dalam dan melalui yang sederhana akan nampak yang indah, mulia, dan isitimewa, itulah yang harus kita usahakan untuk dihayati dan disebarluaskan.
"Ada rupa-rupa karunia, tetapi satu Roh. Dan ada rupa-rupa pelayanan, tetapi satu Tuhan. Dan ada berbagai-bagai perbuatan ajaib, tetapi Allah adalah satu yang mengerjakan semuanya dalam semua orang" (1Kor 12:4-6).
Apa yang dikatakan oleh Paulus kepada umat di Korintus di atas ini kiranya merupakan suatu ajakan atau peringatan bagi kita semua untuk saling menghargai jabatan, tugas dan pekerjaan kita masing-masing serta saling bekerjasama. Kesatuan dalam keragaman atau keragaman dalam kesatuan, bineka tunggal ika, itulah pedoman atau motto kehidupan yang harus kita hayati. Maka baiklah kami mengajak anda sekalian untuk mawas diri dalam tiga ranah atau bidang kehidupan dimana kita ada di dalamnya, yaitu: keluarga, tempat kerja/tugas dan organisasi/paguyuban:
1) Keluarga: Di dalam keluarga ada bapak, ibu, anak dan mungkin juga pembantu rumah tangga dan saudara-saudari yang lain. Masing-masing pribadi/anggota keluarga memiliki tugas dan fungsi masing-masing, yang berbeda satu sama lain. Kami berharap di dalam keluarga dapat dibiasakan hidup saling menghargai, melayani dan menghormati maupun bekerjasama. Pengalaman relasi antar anggota keluarga: suami dan isteri, orangtua dan anak-anak, kakak dan adik, anggota keluarga dan pekerja/pembantu rumah tangga yang lain merupakan modal atau kekuatan yang akan berpengaruh dan dapat diperdalam dalam kehidupan yang lebih luas seperti di tempat kerja/tugas maupun organisasi.
2) Tempat kerja/tugas: Di tempat kerja atau tugas antara lain ada direktur/manajer, kepala bagian, aneka macam pegawai seperti sopir, satpam, adminitrasi, operator tilpon, petugas kebersihan, dst.. , ada senior dan yunior, yang berpengalaman dan kurang berpengalaman, pegawai lama dan baru dst.. Sering terjadi bahwa mereka yang merasa di atas dan berpengalaman dengan mudah merendahkan atau melecehkan mereka yang dibawah dan kurang berpengalaman. "Tua-tua keladi makin tua makin berisi dan menunduk", begitulah kata sebuah pepatah. Mereka yang diatas dan berpengalaman yang berarti lebih berisi dan matang/dewasa hendaknya juga semakin rendah hati, memberi teladan cara hidup dan cara bertindak rendah hati. Pada umumnya yang baru, kurang berpengalaman dan di bawah menghormati yang lama dan berpengalaman serta di atas, maka hendaknya hal itu juga ditanggapi dengan rendah hati. Kerjasama dan kegotorong-royongan dalam kerja dan tugas hendaknya diperdalam dan diteguhkan terus menerus.
3) Organisasi/paguyuban; Dalam organisasi atau paguyuban juga ada berbagai fungsi, seperti ketua, sekretaris, bendahara, pembantu umum, anggota, dst… Hendaknya fungsi sungguh dihayati sebagai fungsi, bukan gengsi atau kehormatan duniawi, artinya masing-masing menghayati fungsinya sebaik dan seoptimal mungkin tanpa irihati terhadap yang lain. Masing-masing hendaknya menghayati apa yang dikatakan oleh Yesaya ini: "Sebab seperti seorang muda belia menjadi suami seorang anak dara, demikianlah Dia yang membangun engkau akan menjadi suamimu, dan seperti girang hatinya seorang mempelai melihat pengantin perempuan, demikianlah Allahmu akan girang hati atasmu" (Yes 62:5). Kebersamaan dalam organisasi atau pauguyuban hendanya bagaikan kebersamaan pengantin baru, yang penuh keceriaan, harapan, cita-cata, dambaan dan kegirangan.
"Nyanyikanlah nyanyian baru bagi TUHAN, menyanyilah bagi TUHAN, hai segenap bumi! Menyanyilah bagi TUHAN, pujilah nama-Nya, kabarkanlah keselamatan yang dari pada-Nya dari hari ke hari. Ceritakanlah kemuliaan-Nya di antara bangsa-bangsa dan perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib di antara segala suku bangsa" (Mzm 96:1-3)
Jakarta, 17 Januari 2010
0 komentar:
Posting Komentar