Mg Biasa XXVII: 2Raj 4:42-44: Ef 4:1-6; Yoh 6:1-15
"Di sini ada seorang anak, yang mempunyai lima roti jelai dan dua ikan; tetapi apakah artinya itu untuk orang sebanyak ini?"
Orang-orang yang tergolong miskin di Indonesia masih cukup banyak, meskipun untuk sementara orang semakin kaya dan sejahtera. Jika dicermati anggaran pemerintah Indonesia telah dialokasikan jumlah yang cukup besar, melalui Departemen Sosia, Agama maupun Pendidikan, namun jumlah dana yang langsung disampaikan kepada orang-orang miskin hanya sedikit dan sebagian dana anggaran dikorupsi oleh para pejabat maupun para pegawai yang terkait dan berkarya dalam departemen-departemen tersebut di atas. Indonesia ini sebenarnya kaya akan hasil bumi serta pendapatan dari pajak cukup besar, dan dengan demikian sebenarnya memiliki kekayaan yang memadai untuk seluruh rakyat guna hidup sejahtera dan bahagia. Sekali lagi korupsi dalam pengelolaan atau pengurusan pajak masih meraja lela, demikian juga hasil bumi hanya dinikmati oleh segelintir orang, maka rakyat miskin semakin bertambah. Dalam Warta Gembira hari ini dikisahkan Yesus karena tergerak hatiNya oleh belaskasihan menggandakan roti dan ikan untuk memberi makan ribuan orang yang sedang kelaparan, maka kami berharap anda sekalian berbesar hati dan rela berkorban, meneladan seorang anak yang rela mempersembahkan semuanya bekal lima roti dan dua ekor ikan kepada Tuhan, untuk dibagikan kepada mereka yang miskin dan kelaparan.
"Yesus mengambil roti itu, mengucap syukur dan membagi-bagikannya kepada mereka yang duduk di situ, demikian juga dibuat-Nya dengan ikan-ikan itu, sebanyak yang mereka kehendaki" (Yoh 6:11)
Berdoa dan bersyukur itulah yang dilakukan oleh Yesus dalam mengadakan mujizat penggandaan roti dan ikan. Sebagai orang beriman kita semua dipanggil untuk senantiasa berdoa dan bersyukur dalam perjalanan hidup, panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing. Memang hemat saya isi doa kita yang utama dan pertama-tama hemat saya adalah syukur, bersyukur karena kita dianugerahi hidup serta segala sesuatu yang kita butuhkan untuk hidup, sehingga kita dapat hidup sebagaimana adanya pada saat ini. Sekali lagi kami ingatkan kita semua bahwa segala sesuatu yang kita miliki dan kuasai serta telah kita nikmati sampai kini adalah anugerah Allah yang telah kita terima melalui sekian banyak orang yang telah berbuat baik kepada kita, mengasihi dan memperhatikan kita melalui aneka cara dan bentuk.
Allah telah menyediakan aneka kebutuhan bagi manusia agar dapat hidup sejahtera dan damai bahagia, dan segala jenis harta benda yang tercipta berkat kerjasama kita manusia juga pada dirinya bersifat sosial, maka semakin memiliki aneka jenis harta benda hendaknya senantiasa hidup sosial. Sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus kiranya setiap hari kita berdoa Bapa Kami, yang diajarkan oleh Yesus, dan diantaranya kita berdoa "Berilah kami rejeki hari ini". Isi doa ini tidak lain adalah permohonan kita agar kita senantiasa hidup sederhana dan tidak berfoya-foya, tidak serakah sebagaimana dilakukan banyak orang yang berusaha mengumpulkan harta benda dan uang untuk tujuh turunan, sehingga orang lain tidak memperoleh bagian. Kita dapat meneladan tokoh dunia, misalnya Mahadma Gandi dan Ibu Teresa dari India, yang sungguh hidup sangat sederhana serta memperhatikan mereka yang miskin, berkekurangan, dan kurang diperhatikan.
Kepada mereka yang mempekerjakan orang dalam usahanya kami harapkan memberi imbal jasa atau gaji yang memadai untuk hidup layak kepada para pegawai, buruh atau pembantunya. Ingatlah, sadari dan hayati bahwa segala usaha maupun hasil usaha anda sangat tergantung dari mereka, yang bekerja membantu dan menjalankan usaha anda, tanpa mereka usaha anda tidak dapat berlangsung dan berkembang sebagaimana adanya pada saat ini. Sebagai warga masyarakat kami harapkan kita peka terhadap saudara-saudari kita yang miskin, menderita dan berkekurangan, dan hendaknya kita solider terhadap mereka dengan memberikan sebagian harta benda dan kekayaan kita bagi mereka.
Sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus, kiranya kita juga dipanggil meneladan kenabianNya, sehingga siapapun yang bertemu dengan kita atau kita layani akan berkata sebagaimana orang-orang yang telah menikmati penggandaan roti dan ikan berkata "Dia ini adalah benar-benar nabi yang akan datang ke dalam dunia" . Dengan kata lain biarlah mereka yang bertemu dengan kita atau kita layani senantiasa menyaksikan Allah yang hidup dan berkarya dalam diri kita yang lemah dan rapuh ini. Marilah kita sebarluaskan kebenaran ilahi antara lain bahwa manusia adalah makhluk sosial, demikian juga aneka jenis harta benda pada dirinya bersifat sosial.
"Sebab itu aku menasihatkan kamu, aku, orang yang dipenjarakan karena Tuhan, supaya hidupmu sebagai orang-orang yang telah dipanggil berpadanan dengan panggilan itu. Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu." (Ef 4:1-2)
Sebagai orang beriman kita semua dipanggil untuk hidup dan bertindak "rendah hati, lemah lembut, sabar dan saling membantu dalam kasih". Maka kepada mereka yang hidup dan bertindak sombong, kasar dan tergesa-gesa serta kurang mengasihi dan membantu alias egois kami harapkan bertobat atau memperbaharui diri menjadi rendah hati, lemah lembut, sabar dan saling membantu dalam kasih. Sekali lagi kami ingatkan dan angkat bahwa penghayatan rendah hati pada masa kini antara lain dapat kita wujudkan dengan tidak mengeluh atau menggerutu ketika kita harus menghadapi masalah, tantangan, hambataan atau gangguan dalam cara hidup dan cara bertindak kita yang setia pada iman, panggilan dan tugas pengutusan. Kerendahan hati merupakan keutamaan dasar dan utama yang harus kita hayati dan sebarluaskan.
Marilah kita saling membantu dalam dan dengan kasih, lembah lembut dan sabar satu sama lain. Hendaknya pertama-tama kita sadari dan hayati bahwa masing-masing dari kita dapat tumbuh dan berkembang sebagaimana adanya pada saat ini karena bantuan orang lain yang begitu banyak dan melimpah, sejak kita dilahirkan dari rahim ibu kita masing-masing. Kasih tidak dapat dibatasi, maka hendaknya kita membantu siapapun, tanpa pandang bulu atau SARA, lebih-lebih mereka yang miskin dan berkekurangan. "Sabar adalah sikap daan perilaku yang menunjukkan kemampuan dalam mengendalikan gejolak-gejolak diri dan tetap bertahan seperti keadaan semula dalam menghadapi berbagai rangsangan atau masalah. Ini diwujudkan dalam perilaku dan sikap dan menerima apa pun. Perilaku ini diwujudkan dalam hubungannya dengan diri sendiri" (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 24). Dalam membantu orang lain kiranya kita tak akan terlepas dari aneka rangsangan dan masalah yang mendorong kita untuk marah, menggerutu, mengeluh atau tidak sabar.
"Berikanlah kepada orang-orang itu, supaya mereka makan, sebab beginilah firman TUHAN: Orang akan makan, bahkan akan ada sisanya." (2Raj 4:43), demikian firman Tuhan melalui Elisa. Kutipan ini kiranya semakin memperjelas, memperteguh dan menguatkan kita untuk saling membantu satu sama lain dalam hidup dan kerja bersama. Sekali lagi anda semua kami ajak untuk memperhatikan dan membantu saudara-saudari kita yang kelaparan karena keterbatasan-keterbatasannya. Jika anda tidak tahu kepada siapa harus membantu, maka salurkan bantuan anda melalui yayasan sosial yang dapat dipercaya atau secara langsung mendatangi panti-panti asuhan yang mengasuh mereka yang miskin dan berkekurangan maupun yang mengurus dan mengelola bayi-bayi sebagai korban perkosaan atau pergaulan seks bebas.
"Mata sekalian orang menantikan Engkau, dan Engkau pun memberi mereka makanan pada waktunya; Engkau yang membuka tangan-Mu dan yang berkenan mengenyangkan segala yang hidup. TUHAN itu adil dalam segala jalan-Nya dan penuh kasih setia dalam segala perbuatan-Nya. TUHAN dekat pada setiap orang yang berseru kepada-Nya, pada setiap orang yang berseru kepada-Nya dalam kesetiaan" (Mzm 145:15-18)
Ign 29 Juli 2012
0 komentar:
Posting Komentar