" Aku tidak akan memakannya lagi sampai ia beroleh kegenapannya dalam Kerajaan Allah."
(Dan 5:1-6.13-14.16-17.23-28; Luk 22:12-19)
"Lalu orang itu akan menunjukkan kepadamu sebuah ruangan atas yang besar yang sudah lengkap, di situlah kamu harus mempersiapkannya." Maka berangkatlah mereka dan mereka mendapati semua seperti yang dikatakan Yesus kepada mereka. Lalu mereka mempersiapkan Paskah. Ketika tiba saatnya, Yesus duduk makan bersama-sama dengan rasul-rasul-Nya. Kata-Nya kepada mereka: "Aku sangat rindu makan Paskah ini bersama-sama dengan kamu, sebelum Aku menderita. Sebab Aku berkata kepadamu: Aku tidak akan memakannya lagi sampai ia beroleh kegenapannya dalam Kerajaan Allah." Kemudian Ia mengambil sebuah cawan, mengucap syukur, lalu berkata: "Ambillah ini dan bagikanlah di antara kamu. Sebab Aku berkata kepada kamu: mulai dari sekarang ini Aku tidak akan minum lagi hasil pokok anggur sampai Kerajaan Allah telah datang." Lalu Ia mengambil roti, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka, kata-Nya: "Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku." (Luk 22:12-19), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
· "Kegenapan dalam Kerajaan Allah" artinya saat Yesus mempersembahkan Diri seutuhnya dengan wafat di kayu salib demi keselamatan dan kebahagiaan kita semua, terutama jiwa kita. Maka pada akhir tahun Liturgi ini kita juga dipanggil untuk mawas diri : sejauh mana setelah mengarungi perjalanan iman selama ini kita siap sedia untuk mempersembahkan diri kepada Allah melallui saudara-saudari atau sesama kita demi keselamatan jiwa kita sendiri maupun jiwa orang lain. Yesus mempersiapkan diri dengan makan bersama dengan sahabat-sahabatnya, para rasul, sebagai ajakan bagi mereka untuk meneladanNya. Marilah kita mawas diri apakah hati, jiwa, akal budi dan tenaga atau tubuh kita sungguh telah kita baktikan sepenuhnya kepada Allah melalui pelayanan bagi sesama atau saudara-saudari kita. Dalam hal ini kiranya para suami-isteri atau bapak-ibu telah memiliki pengalaman dalam saling menyerahkan diri atau mengasihi satu sama lain, maka kami berharap pengalaman tersebut terus diperdalam dan disebarluaskan dalam cara hidup dan cara bertindak setiap hari serta kami berharap para orangtua dapat menjadi teladan bagi anak-anaknya dalam saling menyerahkan atau membaktikan diri sepenuhnya. Kepada para pelajar atau mahasiswa kami ajak mawas diri apakah sungguh-sungguh membaktikan diri untuk belajar, mengerahkan waktu dan tenaga sepenuhnya untuk belajar sehingga semakin terampil belajar; demikian para pekerja kami harapkan sungguh mengerahkan waktu dan tenaga terhadap pekerjaan yang dibebankan atau yang menjadi tanggungjawabnya. Semoga kita semua juga siap sedia sewaktu-waktu harus mempersembahkan diri secara total kepada Allah artinya dipanggil Allah sewaktu-waktu alias meninggal dunia.
· "Lalu dibawalah Daniel menghadap raja. Bertanyalah raja kepada Daniel: "Engkaukah Daniel itu, salah seorang buangan yang telah diangkut oleh raja, ayahku, dari tanah Yehuda? Telah kudengar tentang engkau, bahwa engkau penuh dengan roh para dewa, dan bahwa padamu terdapat kecerahan, akal budi dan hikmat yang luar biasa. Kepadaku telah dibawa orang-orang bijaksana, para ahli jampi, supaya mereka membaca tulisan ini dan memberitahukan maknanya kepadaku, tetapi mereka tidak sanggup mengatakan makna perkataan itu." (Dan 5:13-16). Pada diri Daniel memang "terdapat kecerahan, akal budi dan hikmat yang luar biasa", sehingga sanggup membaca tulisan dan mengatakan makna tulisan atau perkataan itu, sementara orang-orang bijak lainnya tak mampu. Sebagai orang beriman kita semua dipanggil untuk seperti Daniel, yang memiliki kecerahan, akal budi dan hikmat yang luar biasa. Untuk itu kiranya kita harus bekerja keras belajar terus-menerus melalui aneka cara atau bentuk, entah belajar di sekolah/perguruan tinggi atau belajar dari kehidupan sehari-hari. Dalam kehidupan sehari-hari kiranya banyak hal dan peristiwa yang dapat menjadi sarana atau wahana pembelajaran kita. Maka marilah kita dengan rendah hati membuka mata dan telinga kita untuk mencermati aneka hal dan peristiwa guna mengambil apa-apa yang dapat mendewasakan pribadi maupun iman kita, sehingga kita cerdas beriman. Orang yang cerdas beriman di mana pun dan kapan pun akan fungsional untuk menyelamatkan diri, saudara-saudari maupun lingkungan hidup dan kerjanya. Marilah kita bekerjasama, saling membantu dalam mengusahakan kecerdasan beriman atau kecerdasan spiritual.
"Pujilah Tuhan, hai matahari dan bulan, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya.Pujilah Tuhan, hai segala bintang di langit, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya. Pujilah Tuhan, hai segala hujan dan embun, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya. Pujilah Tuhan, hai segala angin, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya. Pujilah Tuhan, hai api dan panas terik, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya. Pujilah Tuhan, hai kedinginan dan pembekuan, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya" (Dan 3:62-67)
Ign 23 November 2011
0 komentar:
Posting Komentar