Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Sabtu, 26 Oktober 2013

1Juli

"Aku akan mengikut Engkau ke mana saja Engkau pergi."

(Kej 18: 16-33; Mat 8:18-22)

" Ketika Yesus melihat orang banyak mengelilingi-Nya, Ia menyuruh
bertolak ke seberang. Lalu datanglah seorang ahli Taurat dan berkata
kepada-Nya: "Guru, aku akan mengikut Engkau, ke mana saja Engkau
pergi." Yesus berkata kepadanya: "Serigala mempunyai liang dan burung
mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk
meletakkan kepala-Nya." Seorang lain, yaitu salah seorang murid-Nya,
berkata kepada-Nya: "Tuhan, izinkanlah aku pergi dahulu menguburkan
ayahku." Tetapi Yesus berkata kepadanya: "Ikutlah Aku dan biarlah
orang-orang mati menguburkan orang-orang mati mereka." (Mat 8:18-22),
demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan
sederhana sebagai berikut:

·   Sebagai orang beriman kiranya kita semua ingin mengikuti dan
melaksanakan kehendak dan perintah Tuhan dimana pun dan kapan pun,
dalam kondisi dan situasi apapun. Namun dalam kenyataan ketika kita
menghadapi kesulitan, tantangan dan masalah sering ingkar terhadap
iman kita, dengan mengajukan alasan-alasan yang kelihatan logis dan
dapat diterima siapapun, misalnya 'melayat'. Dan memang dalam
kenyataan ketika ada pegawai atau karyawan minta izin untuk melayat
pada umumnya pasti dikabulkan. Apa yang dimaksudkan dalam Warta
Gembira hari ini kiranya bukan 'melayat' dalam arti sesungguhnya,
melainkan keyakinan yang ada pada diri kita yang tak mungkin dirubah
atau diperbaharui, orang yang bersikap mental 'status quo'. Kita semua
dipanggil untuk setia pada iman kita dalam kondisi dan situasi apapun,
dan untuk itu memang harus siap sedia 'meninggalkan diri', tidak hidup
dan bertindak semata-mata mengikuti keinginan atau selera pribadi.
Semoga dalam otak atau pikiran kita yang ada semata-mata hanya
kehendak Tuhan, sehingga kita senantiasa melaksanakan atau menghayati
kehendak Tuhan. Meskipun harus menghadapi tantangan, masalah dan
hambatan kita tak pernah mengingkari iman kita, sebaliknya menjadikan
tantangan, masalah dan hambatan sebagai wahana untuk memperdalam dan
memurnikan iman kita. Dengan kata lain marilah kita perdalam dan
perkembangan keutamaan 'ketaatan' dalam cara hidup dan cara bertindak
kita dimana pun dan kapan pun. Pertama-tama memang kita harus mentaati
aneka tata tertib atau aturan tertulis yang terkait dengan hidup,
panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing, kemudian
memperkembangkan ke dalam ketaatan kepada kehendak Tuhan. Marilah kita
dobrak atau hancurkan keyakinan atau mitos yang mengganggu penghayatan
iman, yang ada dalam diri kita masing-masing.

·    "Sesungguhnya banyak keluh kesah orang tentang Sodom dan Gomora
dan sesungguhnya sangat berat dosanya. Baiklah Aku turun untuk
melihat, apakah benar-benar mereka telah berkelakuan seperti keluh
kesah orang yang telah sampai kepada-Ku atau tidak; Aku hendak
mengetahuinya." (Kej 18:20-21), demikian firman Tuhan, menanggapi umat
yang berkeluh kesah karena penderitaan yang dialaminya. Memang dalam
kenyataan hidup sehari-hari orang ingat akan Tuhan ketika sedang
menderita, tetapi kalau sedang hidup enak atau berpesta lupa akan
Tuhan.  Kutipan di atas ini hemat saya menunjukkan betapa besar kasih
dan perhatian Tuhan terhadap kita, manusia yang lemah dan berdosa ini.
Kasih dan perhatianNya melimpah pada kita semua melalui sekian banyak
yang menanggapi keluh-kesah, jeritan, permohonan dan dambaan kita
dalam hidup kita sehari-hari. Maka dari itu marilah kita juga
mengasihi dan memperhatikan siapapun yang sungguh membutuhkan kasih
dan perhatian, dengan kata lain marilah kita menjadi orang-orang yang
penuh kasih dan perhatian terhadap orang lain. Sebaliknya ketika kita
sedang mengalami kesulitan hendaknya juga tidak malu minta bantuan
orang lain; kesulitan jangan ditangani sendiri agar kita tidak jatuh
ke kesombongan. Kami percaya ketika kita mengeluh dan mengesah
sekaligus juga berjanji untuk hidup baik, bermoral dan berbudi pekerti
luhur, maka semoga dengan bantuan orang lain kita dapat mewujudkan
janji tersebut. Memang pertama-tama dan terutama di dalam keluarga
kita masing-masing hendaknya saling mengasihi dan memperhatikan,
karena dengan demikian anak-anak ketika tumbuh berkembang menjadi
dewasa pasti akan hidup saling mengasihi dan memperhatikan. Kasih dan
perhatian kita hendaknya juga diwujudkan dalam hal-hal kecil dan
sederhana, kerjakan hal-hal kecil dan sederhana dengan kasih yang
besar, sebagaimana dihayati oleh Ibu Teresa dari Calcuta. Kita juga
dapat meneladan Muhamad Nuh di Bangladesh yang menerima hadiah Nobel
Perdamaian karena memperhatikan mereka yang miskin dan berkekurangan.

"Pujilah TUHAN, hai jiwaku! Pujilah nama-Nya yang kudus, hai segenap
batinku! Pujilah TUHAN, hai jiwaku, dan janganlah lupakan segala
kebaikan-Nya! Dia yang mengampuni segala kesalahanmu, yang
menyembuhkan segala penyakitmu, Dia yang menebus hidupmu dari lobang
kubur, yang memahkotai engkau dengan kasih setia dan rahmat," (Mzm
103:1-4)

Ign 1 Juli 2013

0 komentar: