"Maria Magdalena pergi dan berkata kepada murid-murid: Aku telah
melihat Tuhan!"
(2Kor 5:14-17; Yoh 20:1.11-18)
"Pada hari pertama minggu itu, pagi-pagi benar ketika hari masih
gelap, pergilah Maria Magdalena ke kubur itu dan ia melihat bahwa batu
telah diambil dari kubur. Maria berdiri dekat kubur itu dan menangis.
Sambil menangis ia menjenguk ke dalam kubur itu, dan tampaklah olehnya
dua orang malaikat berpakaian putih, yang seorang duduk di sebelah
kepala dan yang lain di sebelah kaki di tempat mayat Yesus terbaring.
Kata malaikat-malaikat itu kepadanya: "Ibu, mengapa engkau menangis?"
Jawab Maria kepada mereka: "Tuhanku telah diambil orang dan aku tidak
tahu di mana Ia diletakkan." Sesudah berkata demikian ia menoleh ke
belakang dan melihat Yesus berdiri di situ, tetapi ia tidak tahu,
bahwa itu adalah Yesus. Kata Yesus kepadanya: "Ibu, mengapa engkau
menangis? Siapakah yang engkau cari?" Maria menyangka orang itu adalah
penunggu taman, lalu berkata kepada-Nya: "Tuan, jikalau tuan yang
mengambil Dia, katakanlah kepadaku, di mana tuan meletakkan Dia,
supaya aku dapat mengambil-Nya." Kata Yesus kepadanya: "Maria!" Maria
berpaling dan berkata kepada-Nya dalam bahasa Ibrani: "Rabuni!",
artinya Guru. Kata Yesus kepadanya: "Janganlah engkau memegang Aku,
sebab Aku belum pergi kepada Bapa, tetapi pergilah kepada
saudara-saudara-Ku dan katakanlah kepada mereka, bahwa sekarang Aku
akan pergi kepada Bapa-Ku dan Bapamu, kepada Allah-Ku dan Allahmu."
Maria Magdalena pergi dan berkata kepada murid-murid: "Aku telah
melihat Tuhan!" dan juga bahwa Dia yang mengatakan hal-hal itu
kepadanya." (Yoh 20:1.11-18), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta
St.Maria Magdalena hari ini, saya sampaikan catatan-catatan sederhana
sebagai berikut:
· Orang yang sungguh menghayati diri sebagai 'yang
terkasih/dikasihi' pada umumnya tidak memiliki ketakutan atau
kekhawatiran apapun, sebagaimana terjadi dalam diri Maria Magdalena
yang kita kenangkan hari ini. Pagi-pagi benar, sementara kebanyakan
orang masih tertidur pulas/nyenyak, Maria Magdalena sendirian pergi ke
kuburan. Kiranya banyak orang takut pagi-pagi benar atau malam hari
sendirian pergi ke kuburan, apalagi baru saja orang yang dimakamkan.
Maria pergi ke kuburan sebenarnya bermaksud untuk meminyaki kembali
Yesus yang telah wafat di kayu salib dan dimakamkan, mengingat waktu
pemakaman tergesa-gesa, sehingga kurang lengkap. Namun yang terjadi
sungguh diluar dugaan: ia bertemu dengan Yesus yang telah bangkit dari
mati, dan kemudian ia pun dengan ceria menyampaikan hal itu kepada
para rasul:"Aku telah melihat Tuhan". Maka dengan ini kami
mengaharapkan segenap kaum beriman untuk tidak takut dan was-was
memperbaiki apa yang kurang/tidak baik tanpa menunggu perintah. Jika
kita sungguh menghayati diri sebagai 'yang terkasih' kiranya kita
memiliki kepekaan terhadap orang lain, terutama mereka yang sungguh
membutuhkan bantuan, maka dengan ini kami mengajak anda sekalian untuk
menghayati diri sebagai 'yang terkasih', yang berarti siapapun
senantiasa mengasihi kita yang lemah dan rapuh ini. Kepada
saudara-saudari kita kiranya kita dipanggil meneladan Maria dengan
berkata :"Aku telah melihat Tuhan", yang hadir dalam diri
saudara-saudari kita yang membutuhkan bantuan. Marilah kita tingkatkan
dan perdalam kepekaan kita kepada orang lain, dengan kata lain marilah
saling peka satu sama lain sebagai saudara.
· "Kasih Kristus yang menguasai kami, karena kami telah mengerti,
bahwa jika satu orang sudah mati untuk semua orang, maka mereka semua
sudah mati. Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka
yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia,
yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka. Sebab itu kami
tidak lagi menilai seorang juga pun menurut ukuran manusia" (2Kor
5:14-16). Sebagai orang beriman kita dipanggil untuk 'tidak lagi
menilai seorang juga pun menurut ukuran manusia", melainkan menurut
ukuran Allah. Menilai menurut ukuran Allah berarti lebih melihat
keutamaan-keutamaan atau nilai-nilai kehidupan yang ada dalam diri
saudara-saudari kita, yang menjiwai cara hidup dan cara bertindak
mereka. Dengan kata lain kita harus lebih menghormati mereka yang
lebih suci daripada kita, bukan yang lebih kaya atau pandai dan
berpangkat daripada kita. Allah lebih melihat apa yang ada di dalam
lubuk hati, bukan yang kelihatan secara fisik, bukan kecantikan atau
ketampanan. Maka kita jangan terjebak pada wanita-wanita cantik atau
laki-laki tampan yang sebenarnya mengajak kita untuk berpikiran jahat.
Memang kita berharap semoga mereka yang dianugerahi kecantikan atau
ketampanan juga memiliki hati yang suci dan bersih. Marilah kita
didik dan bina anak-anak untuk memiliki hati yang suci dan bersih, dan
tentu saja para orangtua atau bapak-ibu juga dapat menjadi teladan
dalam hal kesucian dan kebersihan hati, karena Allah sungguh hidup dan
berkarya dalam diri kita yang lemah dan rapuh ini.
"Ya Allah, Engkaulah Allahku, aku mencari Engkau, jiwaku haus
kepada-Mu, tubuhku rindu kepada-Mu, seperti tanah yang kering dan
tandus, tiada berair.Demikianlah aku memandang kepada-Mu di tempat
kudus, sambil melihat kekuatan-Mu dan kemuliaan-Mu. Sebab kasih
setia-Mu lebih baik dari pada hidup; bibirku akan memegahkan
Engkau.Demikianlah aku mau memuji Engkau seumur hidupku dan menaikkan
tanganku demi nama-Mu." (Mzm 63:2-5)
Ign 22 Juli 2013
(2Kor 5:14-17; Yoh 20:1.11-18)
"Pada hari pertama minggu itu, pagi-pagi benar ketika hari masih
gelap, pergilah Maria Magdalena ke kubur itu dan ia melihat bahwa batu
telah diambil dari kubur. Maria berdiri dekat kubur itu dan menangis.
Sambil menangis ia menjenguk ke dalam kubur itu, dan tampaklah olehnya
dua orang malaikat berpakaian putih, yang seorang duduk di sebelah
kepala dan yang lain di sebelah kaki di tempat mayat Yesus terbaring.
Kata malaikat-malaikat itu kepadanya: "Ibu, mengapa engkau menangis?"
Jawab Maria kepada mereka: "Tuhanku telah diambil orang dan aku tidak
tahu di mana Ia diletakkan." Sesudah berkata demikian ia menoleh ke
belakang dan melihat Yesus berdiri di situ, tetapi ia tidak tahu,
bahwa itu adalah Yesus. Kata Yesus kepadanya: "Ibu, mengapa engkau
menangis? Siapakah yang engkau cari?" Maria menyangka orang itu adalah
penunggu taman, lalu berkata kepada-Nya: "Tuan, jikalau tuan yang
mengambil Dia, katakanlah kepadaku, di mana tuan meletakkan Dia,
supaya aku dapat mengambil-Nya." Kata Yesus kepadanya: "Maria!" Maria
berpaling dan berkata kepada-Nya dalam bahasa Ibrani: "Rabuni!",
artinya Guru. Kata Yesus kepadanya: "Janganlah engkau memegang Aku,
sebab Aku belum pergi kepada Bapa, tetapi pergilah kepada
saudara-saudara-Ku dan katakanlah kepada mereka, bahwa sekarang Aku
akan pergi kepada Bapa-Ku dan Bapamu, kepada Allah-Ku dan Allahmu."
Maria Magdalena pergi dan berkata kepada murid-murid: "Aku telah
melihat Tuhan!" dan juga bahwa Dia yang mengatakan hal-hal itu
kepadanya." (Yoh 20:1.11-18), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta
St.Maria Magdalena hari ini, saya sampaikan catatan-catatan sederhana
sebagai berikut:
· Orang yang sungguh menghayati diri sebagai 'yang
terkasih/dikasihi' pada umumnya tidak memiliki ketakutan atau
kekhawatiran apapun, sebagaimana terjadi dalam diri Maria Magdalena
yang kita kenangkan hari ini. Pagi-pagi benar, sementara kebanyakan
orang masih tertidur pulas/nyenyak, Maria Magdalena sendirian pergi ke
kuburan. Kiranya banyak orang takut pagi-pagi benar atau malam hari
sendirian pergi ke kuburan, apalagi baru saja orang yang dimakamkan.
Maria pergi ke kuburan sebenarnya bermaksud untuk meminyaki kembali
Yesus yang telah wafat di kayu salib dan dimakamkan, mengingat waktu
pemakaman tergesa-gesa, sehingga kurang lengkap. Namun yang terjadi
sungguh diluar dugaan: ia bertemu dengan Yesus yang telah bangkit dari
mati, dan kemudian ia pun dengan ceria menyampaikan hal itu kepada
para rasul:"Aku telah melihat Tuhan". Maka dengan ini kami
mengaharapkan segenap kaum beriman untuk tidak takut dan was-was
memperbaiki apa yang kurang/tidak baik tanpa menunggu perintah. Jika
kita sungguh menghayati diri sebagai 'yang terkasih' kiranya kita
memiliki kepekaan terhadap orang lain, terutama mereka yang sungguh
membutuhkan bantuan, maka dengan ini kami mengajak anda sekalian untuk
menghayati diri sebagai 'yang terkasih', yang berarti siapapun
senantiasa mengasihi kita yang lemah dan rapuh ini. Kepada
saudara-saudari kita kiranya kita dipanggil meneladan Maria dengan
berkata :"Aku telah melihat Tuhan", yang hadir dalam diri
saudara-saudari kita yang membutuhkan bantuan. Marilah kita tingkatkan
dan perdalam kepekaan kita kepada orang lain, dengan kata lain marilah
saling peka satu sama lain sebagai saudara.
· "Kasih Kristus yang menguasai kami, karena kami telah mengerti,
bahwa jika satu orang sudah mati untuk semua orang, maka mereka semua
sudah mati. Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka
yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia,
yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka. Sebab itu kami
tidak lagi menilai seorang juga pun menurut ukuran manusia" (2Kor
5:14-16). Sebagai orang beriman kita dipanggil untuk 'tidak lagi
menilai seorang juga pun menurut ukuran manusia", melainkan menurut
ukuran Allah. Menilai menurut ukuran Allah berarti lebih melihat
keutamaan-keutamaan atau nilai-nilai kehidupan yang ada dalam diri
saudara-saudari kita, yang menjiwai cara hidup dan cara bertindak
mereka. Dengan kata lain kita harus lebih menghormati mereka yang
lebih suci daripada kita, bukan yang lebih kaya atau pandai dan
berpangkat daripada kita. Allah lebih melihat apa yang ada di dalam
lubuk hati, bukan yang kelihatan secara fisik, bukan kecantikan atau
ketampanan. Maka kita jangan terjebak pada wanita-wanita cantik atau
laki-laki tampan yang sebenarnya mengajak kita untuk berpikiran jahat.
Memang kita berharap semoga mereka yang dianugerahi kecantikan atau
ketampanan juga memiliki hati yang suci dan bersih. Marilah kita
didik dan bina anak-anak untuk memiliki hati yang suci dan bersih, dan
tentu saja para orangtua atau bapak-ibu juga dapat menjadi teladan
dalam hal kesucian dan kebersihan hati, karena Allah sungguh hidup dan
berkarya dalam diri kita yang lemah dan rapuh ini.
"Ya Allah, Engkaulah Allahku, aku mencari Engkau, jiwaku haus
kepada-Mu, tubuhku rindu kepada-Mu, seperti tanah yang kering dan
tandus, tiada berair.Demikianlah aku memandang kepada-Mu di tempat
kudus, sambil melihat kekuatan-Mu dan kemuliaan-Mu. Sebab kasih
setia-Mu lebih baik dari pada hidup; bibirku akan memegahkan
Engkau.Demikianlah aku mau memuji Engkau seumur hidupku dan menaikkan
tanganku demi nama-Mu." (Mzm 63:2-5)
Ign 22 Juli 2013
0 komentar:
Posting Komentar