Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Sabtu, 26 Oktober 2013

5Juli

"Mengapa gurumu makan bersama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?"

(Kej 23:1-4.19; 24:1-8.62-67; Mat 9:9-13)

"Setelah Yesus pergi dari situ, Ia melihat seorang yang bernama Matius
duduk di rumah cukai, lalu Ia berkata kepadanya: "Ikutlah Aku." Maka
berdirilah Matius lalu mengikut Dia. Kemudian ketika Yesus makan di
rumah Matius, datanglah banyak pemungut cukai dan orang berdosa dan
makan bersama-sama dengan Dia dan murid-murid-Nya. Pada waktu orang
Farisi melihat hal itu, berkatalah mereka kepada murid-murid Yesus:
"Mengapa gurumu makan bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang
berdosa?" Yesus mendengarnya dan berkata: "Bukan orang sehat yang
memerlukan tabib, tetapi orang sakit. Jadi pergilah dan pelajarilah
arti firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan
persembahan, karena Aku datang bukan untuk memanggil orang benar,
melainkan orang berdosa." (Mat 9:9-13), demikian kutipan Warta Gembira
hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan
sederhana  sebagai berikut:

·   Anak bodoh dan kurang ajar pada umumnya dijauhi oleh
teman-temannya, pendosa atau penjahat pada umumnya diisolir atau
disingkirkan dengan kejam. Dalam kehidupan sehari-hari kita dengan
mudah mengadili orang yang melakukan kejahatan atau dosa tanpa
mengenali lebih mendalam orang yang bersangkutan. Ada orang terpaksa
melakukan apa yang jahat atau berdosa di mata masyarakat, karena
keterbatasan dirinya atau menjadi korban kejahatan orang lain serta
harus mempertahankan hidup yang dianugerahkan oleh Tuhan kepadanya.
Matius, yang dikisahkan dalam Warta Gembira hari ini, adalah pegawai
pemungut cukai atau pegawai pajak. Sebagaimana terjadi di Indonesia
urusan perpajakan pada umumnya sarat dengan uang pelicin atau korupsi,
yang dilakukan oleh para pegawai pajak. Memang ada orang yang
sebenarnya tidak setuju dengan hal itu, tetapi karena keterbatasan
dirinya, yaitu jika mereka menolak kebiasaan uang pelicin atau korupsi
pasti akan dikeluarkan sebagai pegawai. Nampaknya belum ada orang yang
siap sedia diperlakukan demikian. Minus malum: kepada anda yang
terjerat dalam struktur kerja yang tidak adil, saya harapkan tidak
ikut melakukan ketidak-adilan, dan sekiranya menerima imbalan yang
berasal dari yang pelicin atau korupsi baiklah dikembalikan alias
tidak digunakan bagi diri sendiri atau keluarganya, melainkan
sumbangkan kepada mereka yang miskin dan berkekurangan. Tentu saja
kami berharap kepada anda, yang terjerat dalam struktur yang tak adil,
tetap berusaha dengan rendah hati dan tekun mengurangi ketidak adilan
tersebut, syukur pada suatu saat dapat memusnahkannya. Perdalam dan
kembangkan keutamaan 'belas kasihan' dalam diri anda, karena dengan
demikian anda akan memiliki keberanian untuk memberantas korupsi atau
ketidak adilan yang ada. Kami juga berharap kepada para orangtua
maupun guru/pendidik untuk dengan 'belas kasihan' mendidik dan
mendampingi anak/peserta didik yang nakal, bodoh, kurang terdidik atau
kurang ajar.

·    "Awas, jangan kaubawa anakku itu kembali ke sana. TUHAN, Allah
yang empunya langit, yang telah memanggil aku dari rumah ayahku serta
dari negeri sanak saudaraku, dan yang telah berfirman kepadaku, serta
yang bersumpah kepadaku, demikian: kepada keturunanmulah akan
Kuberikan negeri ini -- Dialah juga akan mengutus malaikat-Nya
berjalan di depanmu, sehingga engkau dapat mengambil seorang isteri
dari sana untuk anakku" (Kej 24:6-7), demikian kata Abraham, yang
telah lanjut usia, kepada hambanya. Abraham minta kepada hambanya
untuk mencarikan isteri bagi Iskak anaknya sesuai dengan kehendak
Tuhan. Dengan kata lain hidup sebagai suami-isteri harus dijiwai oleh
atau dengan cintakasih dan kebebasan. Kutipan di atas ini kiranya
menjadi inspirasi bagi umat manusia bahwa 'jodoh' ada di tangan Tuhan,
dengan kata lain pasangan hidup merupakan anugerah Tuhan, rahmat
Tuhan. Maka kepada orangtua kami harapkan tidak melakukan paksaan
kepada anaknya perihal jalan hidup yang akan ditempuhnya, entah mau
berkeluarga atau tidak menikah dengan menjadi imam, bruder atau
suster. Kepada rekan muda-mudi atau remaja yang merasa terpanggil
hidup berkeluarga kami harapkan mencari pasangan hidup sesuai dengan
kehendak Tuhan, artinya cintakasih tak usah dikejar-kejar, karena pada
waktunya dianugerahkan kepada anda oleh Tuhan. Bukankah pengalaman
menunjukkan bahwa pertemuan jodoh alias awal ketertarikan untuk hidup
sebagai suam-isteri sering tak disengaja, datang begitu saja atau
tiba-tiba? Kami berharap kepada rekan muda-mudi maupun remaja setia
menjaga kesucian diri, sehingga lebih memiliki kemungkinan dan
keterbukaan untuk menerima anugerah Tuhan dalam hal panggilan hidup.
Malaikat Tuhan akan menuntun jalan anda ke arah mana,  ke jalan
panggilan hidup yang membahagiakan dan menyelamatkan anda.

"Haleluya! Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk
selama-lamanya kasih setia-Nya.Siapakah yang dapat memberitahukan
keperkasaan TUHAN, memperdengarkan segala pujian kepada-Nya?
Berbahagialah orang-orang yang berpegang pada hukum, yang melakukan
keadilan di segala waktu! Ingatlah aku, ya TUHAN, demi kemurahan
terhadap umat-Mu, perhatikanlah aku, demi keselamatan dari pada-Mu,"
(Mzm 106:1-4)

Ign 5 Juli 2013

0 komentar: