"Dari mana diperolehNya hikmat itu"
(Im 23:1.4-11.15-16.27.34b-37; Mat 13:54-58)
" Setibanya di tempat asal-Nya, Yesus mengajar orang-orang di situ di
rumah ibadat mereka. Maka takjublah mereka dan berkata: "Dari mana
diperoleh-Nya hikmat itu dan kuasa untuk mengadakan mujizat-mujizat
itu? Bukankah Ia ini anak tukang kayu? Bukankah ibu-Nya bernama Maria
dan saudara-saudara-Nya: Yakobus, Yusuf, Simon dan Yudas? Dan bukankah
saudara-saudara-Nya perempuan semuanya ada bersama kita? Jadi dari
mana diperoleh-Nya semuanya itu?" Lalu mereka kecewa dan menolak Dia.
Maka Yesus berkata kepada mereka: "Seorang nabi dihormati di
mana-mana, kecuali di tempat asalnya sendiri dan di rumahnya." Dan
karena ketidakpercayaan mereka, tidak banyak mujizat diadakan-Nya di
situ" (Mat 13:54-58), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan
sederhana sebagai berikut:
· Pada umumnya orang memang kurang menghormati atau menghargai
orang-orang dekat, yang setiap hari hidup dan bekerja bersama, bahkan
ada kecenderungan semakin kenal berarti semakin melihat kekurangan dan
keterbatasan orang lain serta tak melihat kelebihan dan kemampuan yang
ada. Saya pribadi pernah disapa oleh mantan guru SMP saya ketika saya
bertemu dengan yang bersangkutan dalam suatu retret guru yang saya
damping: "Slirane biyen nakal, kok saiki dadi room?" (= Anda dulu
nakal, sekarang menjadi pastor?). Orang-orang yang bersikap mental
demikian itu tidak percaya kepada perkembangan dan pertumbuhan yang
dianugerahkan oleh Allah sebagai wujud karya penciptaanNya yang tak
kenal henti, terus-menerus. Allah senantiasa menganugerahkan hikmatNya
kepada siapapun yang membuka diri terhadap penyelenggaraan dan
karyaNya, maka marilah kita senantiasa membuka diri. Dengan kata lain
sebagai orang beriman kita semua dipanggil untuk memiliki sikap mental
'belajar menjadi..', menuju ke kepenuhan diri sebagai 'gambar atau
citra Allah'. Kepada para orangtua atau generasi pendahulu kami
harapkan dengan rendah hati melihat dan mengakui perkembangan dan
pertumbuhan anak-anak atau generasi muda/penerus, yang memang ada
kemungkinan memiliki keterampilan atau kecakapan melebihi dari apa
yang dibayangkan. Dengan kata lain jika anak-anak atau peserta didik
di kemudian hari tidak tumbuh berkembang sebagai pribadi yang lebih
baik, lebih bermoral dan lebih berbudi pekerti luhur dari orangtua
atau gurunya, berarti yang salah adalah orangtua atau gurunya. Kepada
generasi muda atau remaja dan anak-anak kami harapkan mengusahakan
sikap mental 'belajar menjadi..' terus menerus. Miliklah kerterbukaan
diri terhadap aneka kemungkinan dan kesempatan untuk tumbuh dan
berkembang, serta jangan sia-siakan kesempatan dan kemungkinan
tersebut.
· "Inilah hari-hari raya yang ditetapkan TUHAN, hari-hari pertemuan
kudus, yang harus kamu maklumkan masing-masing pada waktunya yang
tetap. Dalam bulan yang pertama, pada tanggal empat belas bulan itu,
pada waktu senja, ada Paskah bagi TUHAN." (Im 23:4-5). Kutipan ini
kiranya erat sekali dengan penentuan hari raya Paskah, sebagaimana
kita rayakan setiap tahun. Dari kutipan di atas ini mungkin baik kita
renungkan kata-kata 'ada Paskah bagi Tuhan'. Mengimani kata-kata ini
bagi kita tidak lain adalah harus dengan bergairah siap sedia untuk
berubah terus menerus, tentu saja berubah ke yang lebih baik, lebih
bermoral dan berbudi pekerti luhur. Kita semua kiranya setiap hari
menerima informasi, ajaran atau nasihat baik, entah melalui pembacaan
buku, berpartisipasi dalam aneka lolakarya/seminar, dan tentu saja
selama belajar di sekolah atau peruguruan tinggi. Kami berharap aneka
informasi, ajaran dan nasihat baik tersebut dapat menjiwai cara hidup
dan cara bertindak anda, maka sekiranya saat ini lupa, marilah kita
kenangkan atau ingat-ingat lagi. Kita imani aneka informasi, ajaran
dan nasihat baik tersebut sebagai kehendak Allah yang kita terima
melalui orang-orang yang telah berbuat baik dan memperhatikan kita
melalui aneka cara dan bentuk. Jika kita dapat mengimani demikian itu,
kiranya kita tidak akan mudah melupakan informasi, ajaran atau nasihat
tersebut. Maka kepada generasi muda atau anak-anak kami ajak untuk
dengan rendah hati mengimani aneka nasihat, saran dan petuah baik dari
orangtua atau guru sebagai kehendak Allah, dengarkan dan cecap
dalam-dalam semuanya itu. Semoga anda sebagai generasi muda semakin
berhikmat sesuai dengan perkembangan yang ada. Masa depan membutuhkan
pribadi-pribadi yang sungguh berhikmat.
"Angkatlah lagu, bunyikanlah rebana, kecapi yang merdu, diiringi
gambus. Tiuplah sangkakala pada bulan baru, pada bulan purnama, pada
hari raya kita.Sebab hal itu adalah suatu ketetapan bagi Israel, suatu
hukum dari Allah Yakub" (Mzm 81:3-5)
Ign 2 Agustus 2013
(Im 23:1.4-11.15-16.27.34b-37; Mat 13:54-58)
" Setibanya di tempat asal-Nya, Yesus mengajar orang-orang di situ di
rumah ibadat mereka. Maka takjublah mereka dan berkata: "Dari mana
diperoleh-Nya hikmat itu dan kuasa untuk mengadakan mujizat-mujizat
itu? Bukankah Ia ini anak tukang kayu? Bukankah ibu-Nya bernama Maria
dan saudara-saudara-Nya: Yakobus, Yusuf, Simon dan Yudas? Dan bukankah
saudara-saudara-Nya perempuan semuanya ada bersama kita? Jadi dari
mana diperoleh-Nya semuanya itu?" Lalu mereka kecewa dan menolak Dia.
Maka Yesus berkata kepada mereka: "Seorang nabi dihormati di
mana-mana, kecuali di tempat asalnya sendiri dan di rumahnya." Dan
karena ketidakpercayaan mereka, tidak banyak mujizat diadakan-Nya di
situ" (Mat 13:54-58), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan
sederhana sebagai berikut:
· Pada umumnya orang memang kurang menghormati atau menghargai
orang-orang dekat, yang setiap hari hidup dan bekerja bersama, bahkan
ada kecenderungan semakin kenal berarti semakin melihat kekurangan dan
keterbatasan orang lain serta tak melihat kelebihan dan kemampuan yang
ada. Saya pribadi pernah disapa oleh mantan guru SMP saya ketika saya
bertemu dengan yang bersangkutan dalam suatu retret guru yang saya
damping: "Slirane biyen nakal, kok saiki dadi room?" (= Anda dulu
nakal, sekarang menjadi pastor?). Orang-orang yang bersikap mental
demikian itu tidak percaya kepada perkembangan dan pertumbuhan yang
dianugerahkan oleh Allah sebagai wujud karya penciptaanNya yang tak
kenal henti, terus-menerus. Allah senantiasa menganugerahkan hikmatNya
kepada siapapun yang membuka diri terhadap penyelenggaraan dan
karyaNya, maka marilah kita senantiasa membuka diri. Dengan kata lain
sebagai orang beriman kita semua dipanggil untuk memiliki sikap mental
'belajar menjadi..', menuju ke kepenuhan diri sebagai 'gambar atau
citra Allah'. Kepada para orangtua atau generasi pendahulu kami
harapkan dengan rendah hati melihat dan mengakui perkembangan dan
pertumbuhan anak-anak atau generasi muda/penerus, yang memang ada
kemungkinan memiliki keterampilan atau kecakapan melebihi dari apa
yang dibayangkan. Dengan kata lain jika anak-anak atau peserta didik
di kemudian hari tidak tumbuh berkembang sebagai pribadi yang lebih
baik, lebih bermoral dan lebih berbudi pekerti luhur dari orangtua
atau gurunya, berarti yang salah adalah orangtua atau gurunya. Kepada
generasi muda atau remaja dan anak-anak kami harapkan mengusahakan
sikap mental 'belajar menjadi..' terus menerus. Miliklah kerterbukaan
diri terhadap aneka kemungkinan dan kesempatan untuk tumbuh dan
berkembang, serta jangan sia-siakan kesempatan dan kemungkinan
tersebut.
· "Inilah hari-hari raya yang ditetapkan TUHAN, hari-hari pertemuan
kudus, yang harus kamu maklumkan masing-masing pada waktunya yang
tetap. Dalam bulan yang pertama, pada tanggal empat belas bulan itu,
pada waktu senja, ada Paskah bagi TUHAN." (Im 23:4-5). Kutipan ini
kiranya erat sekali dengan penentuan hari raya Paskah, sebagaimana
kita rayakan setiap tahun. Dari kutipan di atas ini mungkin baik kita
renungkan kata-kata 'ada Paskah bagi Tuhan'. Mengimani kata-kata ini
bagi kita tidak lain adalah harus dengan bergairah siap sedia untuk
berubah terus menerus, tentu saja berubah ke yang lebih baik, lebih
bermoral dan berbudi pekerti luhur. Kita semua kiranya setiap hari
menerima informasi, ajaran atau nasihat baik, entah melalui pembacaan
buku, berpartisipasi dalam aneka lolakarya/seminar, dan tentu saja
selama belajar di sekolah atau peruguruan tinggi. Kami berharap aneka
informasi, ajaran dan nasihat baik tersebut dapat menjiwai cara hidup
dan cara bertindak anda, maka sekiranya saat ini lupa, marilah kita
kenangkan atau ingat-ingat lagi. Kita imani aneka informasi, ajaran
dan nasihat baik tersebut sebagai kehendak Allah yang kita terima
melalui orang-orang yang telah berbuat baik dan memperhatikan kita
melalui aneka cara dan bentuk. Jika kita dapat mengimani demikian itu,
kiranya kita tidak akan mudah melupakan informasi, ajaran atau nasihat
tersebut. Maka kepada generasi muda atau anak-anak kami ajak untuk
dengan rendah hati mengimani aneka nasihat, saran dan petuah baik dari
orangtua atau guru sebagai kehendak Allah, dengarkan dan cecap
dalam-dalam semuanya itu. Semoga anda sebagai generasi muda semakin
berhikmat sesuai dengan perkembangan yang ada. Masa depan membutuhkan
pribadi-pribadi yang sungguh berhikmat.
"Angkatlah lagu, bunyikanlah rebana, kecapi yang merdu, diiringi
gambus. Tiuplah sangkakala pada bulan baru, pada bulan purnama, pada
hari raya kita.Sebab hal itu adalah suatu ketetapan bagi Israel, suatu
hukum dari Allah Yakub" (Mzm 81:3-5)
Ign 2 Agustus 2013
0 komentar:
Posting Komentar