"Berbahagialah matamu karena melihat dan telingamu karena mendengar"
(Sir 44:1.10-15; Mat 13:16-17)
" Tetapi berbahagialah matamu karena melihat dan telingamu karena
mendengar. Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya banyak nabi dan
orang benar ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak
melihatnya, dan ingin mendengar apa yang kamu dengar, tetapi tidak
mendengarnya" (Mat 13:16-17), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta
St.Yoakim dan Anna, orangtua SP Maria, hari ini saya sampaikan
catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
· Orangtua yang berhasil mendidik anak-anaknya dan kemudian
anak-anak tumbuh berkembang menjadi orang dewasa yang berguna bagi
hidup bersama dalam hidup menggereja maupun bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara, maka pada masa tuanya/lansianya akan berbahagia, karena
melihat dan mendengar anak-anak sukses atau berhasil. Maka dengan ini
kami berharap kepada para orangtua dapat meneladan Yoakim dan Anna,
orangtua SP Maria, yang kita kenangkan hari ini: hendaknya anda
sebagai orangtua sungguh mendidik dan membina anak-anaknya dengan baik
dan benar, karena orangtua merupakan pendidik utama dan pertama bagi
anak-anaknya. Mendidik berasal dari akar kata bahasa Latin 'educare',
yang berarti menuntun ke luar. Salah satu dampak negatif dari internet
yang begitu menguasai atau menyita waktu anak-anak adalah mereka akan
tumbuh berkembang menjadi manusia egois dan 'pengumpul', bukan sosial
dan pemberi. Memberi bagi kita umat beriman bukan sekedar kewajiban
moral belaka, melainkan merupakan suatu keharusan karena kita telah
menerima segala sesuatu yang telah kita nikmati dan kuasai serta
miliki saat ini dari Allah melalui sekian banyak orang yang telah
berbuat baik kepada kita atau memperhatikan kita dengan dan melalui
aneka cara dan bentuk. Kita tahu bahwa SP Maria telah menjadi teladan
hidup umat beriman, maka selayaknya kita juga mengusahakan agar
anak-anak kita tumbuh berkembang menjadi pribadi yang dapat menjadi
teladan atau inspirasi bagi orang lain untuk semakin beriman, semakin
membaktikan diri sepenuhnya kepada Allah. Secara khusus kami
mengingatkan dan mengajak keluarga-keluarga atau orangtua katolik
untuk mendidik dan membina anak-anaknya sedemikian rupa sehingga di
antara anak-anaknya ada yang terpanggil menjadi imam, bruder atau
suster. Bagi semua orangtua kami harapkan mendidik dan membina
anak-anak agar menjadi manusia bagi orang lain (to be man/woman
with/for others). Jika anak-anak anda tumbuh berkembang menjadi
pribadi yang demikian itu, percayalah bahwa anda akan semakin memiliki
banyak saudara atau sahabat, semakin tua atau tambah usia berarti
semakin berbahagia, dan pada waktunya nanti berbahagia selamanya
bersama Allah di sorga.
· "Yang berikut ini adalah orang kesayangan, yang kebajikannya tidak
sampai terlupa; semuanya tetap tinggal pada keturunannya sebagai
warisan baik yang berasal dari mereka. Keturunannya tetap setia kepada
perjanjian-perjanjian, dan anak-anak merekapun demikian pula
keadaannya. Keturunan mereka akan tetap tinggal untuk selama-lamanya,
dan kemuliaannya tidak akan dihapus" (Sir 44:10-13). Kita semua
kiranya mendambakan nama kita dengan segala kebajikan yang telah kita
lakukan tak akan dilupakan orang, dan senantiasa dikenang oleh
keturunannya atau generasi berikutnya terus menerus, seperti
santo-santa atau para pahlawan, dimana namanya diabadikan untuk
menamai gedung atau jalan. Maka baiklah jika anak-anak senantiasa
dididik dan dibina dalam aneka kebajikan dan tentu saja perlu teladan
orangtua. Anda sebagai orangtua kami harapkan menjadi pasangan hidup
yang social, yang senantiasa memperhatikan orang lain, terutama mereka
yang miskin dan berkekurangan. Sekali lagi kami berharap kepada
orangtua untuk mewariskan nilai-nilai atau keutamaan-keutamaan hidup,
bukan mewariskan harta benda atau uang. Nilai-nilai atau keutamaan
hidup tak akan mudah hilang atau musnah, melainkan semakin lama justru
semakin diingat dan dikenangkan oleh banyak orang. Alokasikan dan dan
tenaga yang memadai bagi pendidikan anak-anak anda, dan hendaknya
mendidik anak-anak agar tumbuh berkembang menjadi pribadi yang baik,
bukan pintar, orang yang senantiasa suka berbuat baik kepada orang
lain tanpa syarat. Didiklah anak-anak dalam semangat cintakasih dan
kebebasan Injili. Ketika anda memilih sekolah bagi anak-anaknya
hendaknya berusaha memilih sekolah yang sungguh memperhatikan
pembinaan moral atau budi pekerti bagi para peserta didiknya.
"TUHAN telah memilih Sion, mengingininya menjadi tempat kedudukan-Nya:
"Inilah tempat perhentian-Ku selama-lamanya, di sini Aku hendak diam,
sebab Aku mengingininya. Di sanalah Aku akan menumbuhkan sebuah tanduk
bagi Daud, Aku akan menyediakan sebuah pelita bagi orang yang Kuurapi.
Musuh-musuhnya akan Kukenakan pakaian penuh malu, tetapi di atas
kepalanya akan bersemarak mahkotanya." (Mzm 132:13-14.17-18)
Ign 26 Juli 2013
(Sir 44:1.10-15; Mat 13:16-17)
" Tetapi berbahagialah matamu karena melihat dan telingamu karena
mendengar. Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya banyak nabi dan
orang benar ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak
melihatnya, dan ingin mendengar apa yang kamu dengar, tetapi tidak
mendengarnya" (Mat 13:16-17), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta
St.Yoakim dan Anna, orangtua SP Maria, hari ini saya sampaikan
catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
· Orangtua yang berhasil mendidik anak-anaknya dan kemudian
anak-anak tumbuh berkembang menjadi orang dewasa yang berguna bagi
hidup bersama dalam hidup menggereja maupun bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara, maka pada masa tuanya/lansianya akan berbahagia, karena
melihat dan mendengar anak-anak sukses atau berhasil. Maka dengan ini
kami berharap kepada para orangtua dapat meneladan Yoakim dan Anna,
orangtua SP Maria, yang kita kenangkan hari ini: hendaknya anda
sebagai orangtua sungguh mendidik dan membina anak-anaknya dengan baik
dan benar, karena orangtua merupakan pendidik utama dan pertama bagi
anak-anaknya. Mendidik berasal dari akar kata bahasa Latin 'educare',
yang berarti menuntun ke luar. Salah satu dampak negatif dari internet
yang begitu menguasai atau menyita waktu anak-anak adalah mereka akan
tumbuh berkembang menjadi manusia egois dan 'pengumpul', bukan sosial
dan pemberi. Memberi bagi kita umat beriman bukan sekedar kewajiban
moral belaka, melainkan merupakan suatu keharusan karena kita telah
menerima segala sesuatu yang telah kita nikmati dan kuasai serta
miliki saat ini dari Allah melalui sekian banyak orang yang telah
berbuat baik kepada kita atau memperhatikan kita dengan dan melalui
aneka cara dan bentuk. Kita tahu bahwa SP Maria telah menjadi teladan
hidup umat beriman, maka selayaknya kita juga mengusahakan agar
anak-anak kita tumbuh berkembang menjadi pribadi yang dapat menjadi
teladan atau inspirasi bagi orang lain untuk semakin beriman, semakin
membaktikan diri sepenuhnya kepada Allah. Secara khusus kami
mengingatkan dan mengajak keluarga-keluarga atau orangtua katolik
untuk mendidik dan membina anak-anaknya sedemikian rupa sehingga di
antara anak-anaknya ada yang terpanggil menjadi imam, bruder atau
suster. Bagi semua orangtua kami harapkan mendidik dan membina
anak-anak agar menjadi manusia bagi orang lain (to be man/woman
with/for others). Jika anak-anak anda tumbuh berkembang menjadi
pribadi yang demikian itu, percayalah bahwa anda akan semakin memiliki
banyak saudara atau sahabat, semakin tua atau tambah usia berarti
semakin berbahagia, dan pada waktunya nanti berbahagia selamanya
bersama Allah di sorga.
· "Yang berikut ini adalah orang kesayangan, yang kebajikannya tidak
sampai terlupa; semuanya tetap tinggal pada keturunannya sebagai
warisan baik yang berasal dari mereka. Keturunannya tetap setia kepada
perjanjian-perjanjian, dan anak-anak merekapun demikian pula
keadaannya. Keturunan mereka akan tetap tinggal untuk selama-lamanya,
dan kemuliaannya tidak akan dihapus" (Sir 44:10-13). Kita semua
kiranya mendambakan nama kita dengan segala kebajikan yang telah kita
lakukan tak akan dilupakan orang, dan senantiasa dikenang oleh
keturunannya atau generasi berikutnya terus menerus, seperti
santo-santa atau para pahlawan, dimana namanya diabadikan untuk
menamai gedung atau jalan. Maka baiklah jika anak-anak senantiasa
dididik dan dibina dalam aneka kebajikan dan tentu saja perlu teladan
orangtua. Anda sebagai orangtua kami harapkan menjadi pasangan hidup
yang social, yang senantiasa memperhatikan orang lain, terutama mereka
yang miskin dan berkekurangan. Sekali lagi kami berharap kepada
orangtua untuk mewariskan nilai-nilai atau keutamaan-keutamaan hidup,
bukan mewariskan harta benda atau uang. Nilai-nilai atau keutamaan
hidup tak akan mudah hilang atau musnah, melainkan semakin lama justru
semakin diingat dan dikenangkan oleh banyak orang. Alokasikan dan dan
tenaga yang memadai bagi pendidikan anak-anak anda, dan hendaknya
mendidik anak-anak agar tumbuh berkembang menjadi pribadi yang baik,
bukan pintar, orang yang senantiasa suka berbuat baik kepada orang
lain tanpa syarat. Didiklah anak-anak dalam semangat cintakasih dan
kebebasan Injili. Ketika anda memilih sekolah bagi anak-anaknya
hendaknya berusaha memilih sekolah yang sungguh memperhatikan
pembinaan moral atau budi pekerti bagi para peserta didiknya.
"TUHAN telah memilih Sion, mengingininya menjadi tempat kedudukan-Nya:
"Inilah tempat perhentian-Ku selama-lamanya, di sini Aku hendak diam,
sebab Aku mengingininya. Di sanalah Aku akan menumbuhkan sebuah tanduk
bagi Daud, Aku akan menyediakan sebuah pelita bagi orang yang Kuurapi.
Musuh-musuhnya akan Kukenakan pakaian penuh malu, tetapi di atas
kepalanya akan bersemarak mahkotanya." (Mzm 132:13-14.17-18)
Ign 26 Juli 2013
0 komentar:
Posting Komentar