"Anggur yang baru disimpan orang dalam kantong yang baru pula"
(Kej 27:1-5.15-29; Mat 9:14-17)
" Kemudian datanglah murid-murid Yohanes kepada Yesus dan berkata:
"Mengapa kami dan orang Farisi berpuasa, tetapi murid-murid-Mu tidak?"
Jawab Yesus kepada mereka: "Dapatkah sahabat-sahabat mempelai
laki-laki berdukacita selama mempelai itu bersama mereka? Tetapi
waktunya akan datang mempelai itu diambil dari mereka dan pada waktu
itulah mereka akan berpuasa. Tidak seorang pun menambalkan secarik
kain yang belum susut pada baju yang tua, karena jika demikian kain
penambal itu akan mencabik baju itu, lalu makin besarlah koyaknya.
Begitu pula anggur yang baru tidak diisikan ke dalam kantong kulit
yang tua, karena jika demikian kantong itu akan koyak sehingga anggur
itu terbuang dan kantong itu pun hancur. Tetapi anggur yang baru
disimpan orang dalam kantong yang baru pula, dan dengan demikian
terpeliharalah kedua-duanya." (Mat 9:14-17), demikian kutipan Warta
Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan
sederhana sebagai berikut:
· Sabda hari ini mengajak dan mengingatkan kita semua agar siap
sedia berubah ketika juga berubah status atau panggilan atau tugas
pengutusan, misalnya laki-laki dan perempuan dari bujangan kemudian
menjadi suami-isteri, muda-mudi yang terpanggil untuk menjadi imam.
bruder atau suster dan kemudian masuk ke seminari atau biara.
Demikian juga marilah kita sadari dan hayati bahwa sel-sel tubuh kita
setiap hari juga diperbaharui, maka selayaknya cara hidup dan cara
bertindak kita juga diperbaharui, berubah semakin baik dan semakin
mesra dengan Tuhan. Kita semua dipanggil untuk menjadi pembelajar,
'belajar menjadi…terus-menerus' sampai mati. Agar kita menjadi
pembelajar yang baik, siap sedia belajar terus-menerus, maka dari diri
kita diharapkan memiliki keutamaan kerendahan hati, terbuka terhadap
aneka kesempatan dan kemungkinan yang ada di lingkungan hidup atau
kerja kita. Memang untuk itu kita harus bermatiraga, mengendalikan
gerak dan derap langkah 'raga' atau anggota tubuh kita sedemikian rupa
sehingga hanya melakukan apa yang baik, bermoral dan berbudi pekerti
luhur. Dengan kata lain kita tidak hidup seenaknya sendiri, hanya
mengikuti selera pribadi. Era dan pengaruh digital sungguh luar biasa,
dimana orang tidak kenal lagi apa itu 'matiraga': gagal sedikit saja
langsung marah-marah, frustrasi, tak bergairah. Sebagai orang yang
beriman kepada Yesus Kristus, marilah kita tatap dan renungkan Dia
yang tergantung di kayu salib, karena setia dan taat kepada kehendak
Bapa yang mengutusNya. Salib atau penderitaan yang lahir dari
kesetiaan dan ketaatan kepada kehendak Allah merupakan jalan
kebahagiaan atau keselamatan sejati, maka jangan dihindari tetapi
hayati dengan sepenuh hati seraya mengandalkan rahmat Allah.
· "Datanglah dekat-dekat dan ciumlah aku, anakku." Lalu datanglah
Yakub dekat-dekat dan diciumnyalah ayahnya. Ketika Ishak mencium bau
pakaian Yakub, diberkatinyalah dia, katanya: "Sesungguhnya bau anakku
adalah sebagai bau padang yang diberkati TUHAN.Allah akan memberikan
kepadamu embun yang dari langit dan tanah-tanah gemuk di bumi dan
gandum serta anggur berlimpah-limpah.Bangsa-bangsa akan takluk
kepadamu, dan suku-suku bangsa akan sujud kepadamu; jadilah tuan atas
saudara-saudaramu, dan anak-anak ibumu akan sujud kepadamu. Siapa yang
mengutuk engkau, terkutuklah ia, dan siapa yang memberkati engkau,
diberkatilah ia." (Kej 27:26-29). Menurut adat-istiadat yang menerima
berkat dari Iskak adalah Esau bukan Yakub, namun ternyata kehendak
Allah berbeda dengan adat-istiadat. Hal ini kiranya dapat menjadi
bahan pembelajaran atau refleksi kita, yaitu bahwa kita harus berani
memperbaiki adat-istiadat atau cara hidup dan cara bertindak atau
budaya yang tidak sesuai dengan kehendak Allah. Dengan kata lain yang
penting adalah kehendak Allah bukan adat-istiadat. Memang ada beberapa
orang yang begitu berpegang teguh pada adat-istiadat, misalnya
penentuan jodoh maupun saat peresmian sebagai suami-isteri, tata cara
pemakaman jenazah dst.. Sejauh adat-istiadat tersebut tidak berlawanan
dengan kehendak Allah, baiklah diikuti, sebaliknya jika tidak sesuai
dengan kehendak Allah hendaknya berani berubah. Kami percaya bahwa
proses pendidikan atau pembinaan yang dialami oleh anak-anak kita
pasti merubah atau memperbaiki adat-istiadat yang tidak sesuai dengan
kehendak Allah, maka ketika hal itu terjadi kami harapkan orangtua
tidak melawan atau membantahnya. Dengan kata lain kita semua dipanggil
untuk menjadi orang atau pribadi yang 'moderat', berani mendobrak
status quo yang menghambat hidup di era yang ditandai oleh aneka
perkembangan dan pertumbuhan. Tidak berubah berarti akan terlindas
oleh arus zaman yang begitu deras.
"Haleluya! Pujilah nama TUHAN, pujilah, hai hamba-hamba TUHAN, hai
orang-orang yang datang melayani di rumah TUHAN, di pelataran rumah
Allah kita! Pujilah TUHAN, sebab TUHAN itu baik, bermazmurlah bagi
nama-Nya, sebab nama itu indah!Sebab TUHAN telah memilih Yakub
bagi-Nya, Israel menjadi milik kesayangan-Nya." (Mzm 135:1-4)
Ign 6 Juli 2013
(Kej 27:1-5.15-29; Mat 9:14-17)
" Kemudian datanglah murid-murid Yohanes kepada Yesus dan berkata:
"Mengapa kami dan orang Farisi berpuasa, tetapi murid-murid-Mu tidak?"
Jawab Yesus kepada mereka: "Dapatkah sahabat-sahabat mempelai
laki-laki berdukacita selama mempelai itu bersama mereka? Tetapi
waktunya akan datang mempelai itu diambil dari mereka dan pada waktu
itulah mereka akan berpuasa. Tidak seorang pun menambalkan secarik
kain yang belum susut pada baju yang tua, karena jika demikian kain
penambal itu akan mencabik baju itu, lalu makin besarlah koyaknya.
Begitu pula anggur yang baru tidak diisikan ke dalam kantong kulit
yang tua, karena jika demikian kantong itu akan koyak sehingga anggur
itu terbuang dan kantong itu pun hancur. Tetapi anggur yang baru
disimpan orang dalam kantong yang baru pula, dan dengan demikian
terpeliharalah kedua-duanya." (Mat 9:14-17), demikian kutipan Warta
Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan
sederhana sebagai berikut:
· Sabda hari ini mengajak dan mengingatkan kita semua agar siap
sedia berubah ketika juga berubah status atau panggilan atau tugas
pengutusan, misalnya laki-laki dan perempuan dari bujangan kemudian
menjadi suami-isteri, muda-mudi yang terpanggil untuk menjadi imam.
bruder atau suster dan kemudian masuk ke seminari atau biara.
Demikian juga marilah kita sadari dan hayati bahwa sel-sel tubuh kita
setiap hari juga diperbaharui, maka selayaknya cara hidup dan cara
bertindak kita juga diperbaharui, berubah semakin baik dan semakin
mesra dengan Tuhan. Kita semua dipanggil untuk menjadi pembelajar,
'belajar menjadi…terus-menerus' sampai mati. Agar kita menjadi
pembelajar yang baik, siap sedia belajar terus-menerus, maka dari diri
kita diharapkan memiliki keutamaan kerendahan hati, terbuka terhadap
aneka kesempatan dan kemungkinan yang ada di lingkungan hidup atau
kerja kita. Memang untuk itu kita harus bermatiraga, mengendalikan
gerak dan derap langkah 'raga' atau anggota tubuh kita sedemikian rupa
sehingga hanya melakukan apa yang baik, bermoral dan berbudi pekerti
luhur. Dengan kata lain kita tidak hidup seenaknya sendiri, hanya
mengikuti selera pribadi. Era dan pengaruh digital sungguh luar biasa,
dimana orang tidak kenal lagi apa itu 'matiraga': gagal sedikit saja
langsung marah-marah, frustrasi, tak bergairah. Sebagai orang yang
beriman kepada Yesus Kristus, marilah kita tatap dan renungkan Dia
yang tergantung di kayu salib, karena setia dan taat kepada kehendak
Bapa yang mengutusNya. Salib atau penderitaan yang lahir dari
kesetiaan dan ketaatan kepada kehendak Allah merupakan jalan
kebahagiaan atau keselamatan sejati, maka jangan dihindari tetapi
hayati dengan sepenuh hati seraya mengandalkan rahmat Allah.
· "Datanglah dekat-dekat dan ciumlah aku, anakku." Lalu datanglah
Yakub dekat-dekat dan diciumnyalah ayahnya. Ketika Ishak mencium bau
pakaian Yakub, diberkatinyalah dia, katanya: "Sesungguhnya bau anakku
adalah sebagai bau padang yang diberkati TUHAN.Allah akan memberikan
kepadamu embun yang dari langit dan tanah-tanah gemuk di bumi dan
gandum serta anggur berlimpah-limpah.Bangsa-bangsa akan takluk
kepadamu, dan suku-suku bangsa akan sujud kepadamu; jadilah tuan atas
saudara-saudaramu, dan anak-anak ibumu akan sujud kepadamu. Siapa yang
mengutuk engkau, terkutuklah ia, dan siapa yang memberkati engkau,
diberkatilah ia." (Kej 27:26-29). Menurut adat-istiadat yang menerima
berkat dari Iskak adalah Esau bukan Yakub, namun ternyata kehendak
Allah berbeda dengan adat-istiadat. Hal ini kiranya dapat menjadi
bahan pembelajaran atau refleksi kita, yaitu bahwa kita harus berani
memperbaiki adat-istiadat atau cara hidup dan cara bertindak atau
budaya yang tidak sesuai dengan kehendak Allah. Dengan kata lain yang
penting adalah kehendak Allah bukan adat-istiadat. Memang ada beberapa
orang yang begitu berpegang teguh pada adat-istiadat, misalnya
penentuan jodoh maupun saat peresmian sebagai suami-isteri, tata cara
pemakaman jenazah dst.. Sejauh adat-istiadat tersebut tidak berlawanan
dengan kehendak Allah, baiklah diikuti, sebaliknya jika tidak sesuai
dengan kehendak Allah hendaknya berani berubah. Kami percaya bahwa
proses pendidikan atau pembinaan yang dialami oleh anak-anak kita
pasti merubah atau memperbaiki adat-istiadat yang tidak sesuai dengan
kehendak Allah, maka ketika hal itu terjadi kami harapkan orangtua
tidak melawan atau membantahnya. Dengan kata lain kita semua dipanggil
untuk menjadi orang atau pribadi yang 'moderat', berani mendobrak
status quo yang menghambat hidup di era yang ditandai oleh aneka
perkembangan dan pertumbuhan. Tidak berubah berarti akan terlindas
oleh arus zaman yang begitu deras.
"Haleluya! Pujilah nama TUHAN, pujilah, hai hamba-hamba TUHAN, hai
orang-orang yang datang melayani di rumah TUHAN, di pelataran rumah
Allah kita! Pujilah TUHAN, sebab TUHAN itu baik, bermazmurlah bagi
nama-Nya, sebab nama itu indah!Sebab TUHAN telah memilih Yakub
bagi-Nya, Israel menjadi milik kesayangan-Nya." (Mzm 135:1-4)
Ign 6 Juli 2013
0 komentar:
Posting Komentar