"Mengapa kamu takut kamu yang kurang percaya?"
(Kej 19:15-29; Mat 8:23-27)
"Lalu Yesus naik ke dalam perahu dan murid-murid-Nya pun
mengikuti-Nya. Sekonyong-konyong mengamuklah angin ribut di danau itu,
sehingga perahu itu ditimbus gelombang, tetapi Yesus tidur. Maka
datanglah murid-murid-Nya membangunkan Dia, katanya: "Tuhan,
tolonglah, kita binasa." Ia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu
takut, kamu yang kurang percaya?" Lalu bangunlah Yesus menghardik
angin dan danau itu, maka danau itu menjadi teduh sekali. Dan heranlah
orang-orang itu, katanya: "Orang apakah Dia ini, sehingga angin dan
danau pun taat kepada-Nya?" (Mat 8:23-27), demikian kutipan Warta
Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan
sederhana sebagai berikut:
· Hidup dan bekerja masa ini harus menghadapi aneka tantangan,
masalah dan hambatan yang membuat orang takut. Ketakutan itu
sebenarnya telah terjadi pada masa anak-anak masih belajar, misalnya
takut menghadapi ujian atau ulangan, sehingga melakukan tindakan yang
tidak baik, tidak terpuji, misalnya menyontek. Ketakutan yang demikian
itu berkembang menjadi takut menghadapi kesulitan-kesulitan atau
tugas-tugas berat dalam kehidupan bersama di tengah masyarakat.
Ketakutan hemat kami juga merupakan salah satu 'hasil/warisan' masa
Orde Baru, dimana para pejabat tinggi (presiden, gubernur dst..) takut
diturunkan atau digeser dari jabatan atau kedudukan, dan kemudian
membuat kebijakan atau peraturan guna melindungi diri. Memang penakut
memiliki dua kemungkinan: melindungi diri atau menutup diri dan
kemungkinan yang lain adalah membuka diri terhadap Penyelenggaraan
Ilahi, bantuan orang-orang baik hati yang siap sedia membantu
mengurangi atau menghilangkan ketakutan. Sebagai orang beriman kami
harapkan ketika takut segera membuka diri kepada Penyelenggaraan
Ilahi, dan ingatlah serta hayati bahwa Allah senantiasa menyertai
kita, tak pernah meninggalkan kita. Di dunia ini kiranya cukup banyak
orang yang baik hati. Kebijakan yang muncul dari ketakutan akan
mendorong orang ke penderitaan yang harus dialami orang lain yang kena
kebijakan tersebut. Kami berharap kepada para pemimpin atau siapapun
yang berpengaruh dalam kehidupan bersama untuk tidak menjadi penakut,
melainkan pemberani. Berani bukan karena sombong, melainkan berani
karena memperoleh dukungan Allah melalui sekian banyak orang yang
telah memilihnya menjadi pemimpin. Maka sebagai pemimpin hendaknya
sungguh melayani mereka yang harus dipimpin, jika menghayati
kepemimpinan dengan melayani tiada ketakutan sedikitpun, dan setiap
kebijakannya senantiasa menyelamatkan atau membahagiakan.
· "Bangunlah, bawalah isterimu dan kedua anakmu yang ada di sini,
supaya engkau jangan mati lenyap karena kedurjanaan kota ini." (Kej
19:15), demikian kata malaikat kepada Lot. Lot pun melaksanakan apa
yang dikatakan oleh malaikat tersebut sehingga terbebaskan dari
bencana yang menghancurkan kotanya. Tindakan atau perilaku amoral
merebak di sana-sini dan merupakan ancaman kehidupan bersama; ada
kemugkinan kita tidak mampu mengatasinya, karena kelemahan dan
kekurangan kita. Maka baiklah ketika kita tak mampu mengatasinya,
marilah untuk sementara kita menyingkir, meninggalkan tempat. Hal yang
sama hemat saya terkait dengan aneka harta benda atau sarana-prasarana
kehidupan, yang dapat menghancurkan atau merusak kehidupan iman kita.
Jika harta benda atau sarana-prasarana menjadi ancaman hidup beriman,
hendaknya harta benda atau sarana-prasarana tersebut ditinggalkan.
Pada masa kini antara lain HP dapat merusak kehidupan beriman; memang
kita tak mungkin terlepas sama sekali dari HP. Kami berharap kita
menggunakan HP agar kita semakin beriman, semakin membaktikan diri
sepenuhnya kepada Allah, semakin membuat kita setia pada panggilan dan
tugas pengutusan kita masing-masing. Aneka sarana-prasarana yang
mengganggu penghayatan hidup beriman atau melemahkan dan menghancurkan
panggilan dan tugas pengutusan, hendaknya juga disingkirkan atau
ditinggalkan. Marilah kita sadari dan hayati bahwa Allah telah
menganugerahi kita anggota-anggota tubuh yang bagus guna melaksanakan
tugas pengutusan atau menghayati panggilan, maka hendaknya jangan
memanjakan anggota tubuh kita alias malas bekerja keras dengan
anggota-anggota tubuh kita. Ingat dan hayati bahwa sebagai orang
beriman kita dipanggil Allah untuk 'bekerja', menguasai dan mengolah
bumi seisinya, maka jangan sampai kita dikuasai oleh aneka macam
produksi bumi atau manusia di bumi ini.
"Janganlah mencabut nyawaku bersama-sama orang berdosa, atau hidupku
bersama-sama orang penumpah darah,yang pada tangannya melekat
perbuatan mesum, dan yang tangan kanannya menerima suapan.Tetapi aku
ini hidup dalam ketulusan; bebaskanlah aku dan kasihanilah aku.Kakiku
berdiri di tanah yang rata; aku mau memuji TUHAN dalam jemaah." (Mzm
26:9-12)
Ign 2 Juli 2013
(Kej 19:15-29; Mat 8:23-27)
"Lalu Yesus naik ke dalam perahu dan murid-murid-Nya pun
mengikuti-Nya. Sekonyong-konyong mengamuklah angin ribut di danau itu,
sehingga perahu itu ditimbus gelombang, tetapi Yesus tidur. Maka
datanglah murid-murid-Nya membangunkan Dia, katanya: "Tuhan,
tolonglah, kita binasa." Ia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu
takut, kamu yang kurang percaya?" Lalu bangunlah Yesus menghardik
angin dan danau itu, maka danau itu menjadi teduh sekali. Dan heranlah
orang-orang itu, katanya: "Orang apakah Dia ini, sehingga angin dan
danau pun taat kepada-Nya?" (Mat 8:23-27), demikian kutipan Warta
Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan
sederhana sebagai berikut:
· Hidup dan bekerja masa ini harus menghadapi aneka tantangan,
masalah dan hambatan yang membuat orang takut. Ketakutan itu
sebenarnya telah terjadi pada masa anak-anak masih belajar, misalnya
takut menghadapi ujian atau ulangan, sehingga melakukan tindakan yang
tidak baik, tidak terpuji, misalnya menyontek. Ketakutan yang demikian
itu berkembang menjadi takut menghadapi kesulitan-kesulitan atau
tugas-tugas berat dalam kehidupan bersama di tengah masyarakat.
Ketakutan hemat kami juga merupakan salah satu 'hasil/warisan' masa
Orde Baru, dimana para pejabat tinggi (presiden, gubernur dst..) takut
diturunkan atau digeser dari jabatan atau kedudukan, dan kemudian
membuat kebijakan atau peraturan guna melindungi diri. Memang penakut
memiliki dua kemungkinan: melindungi diri atau menutup diri dan
kemungkinan yang lain adalah membuka diri terhadap Penyelenggaraan
Ilahi, bantuan orang-orang baik hati yang siap sedia membantu
mengurangi atau menghilangkan ketakutan. Sebagai orang beriman kami
harapkan ketika takut segera membuka diri kepada Penyelenggaraan
Ilahi, dan ingatlah serta hayati bahwa Allah senantiasa menyertai
kita, tak pernah meninggalkan kita. Di dunia ini kiranya cukup banyak
orang yang baik hati. Kebijakan yang muncul dari ketakutan akan
mendorong orang ke penderitaan yang harus dialami orang lain yang kena
kebijakan tersebut. Kami berharap kepada para pemimpin atau siapapun
yang berpengaruh dalam kehidupan bersama untuk tidak menjadi penakut,
melainkan pemberani. Berani bukan karena sombong, melainkan berani
karena memperoleh dukungan Allah melalui sekian banyak orang yang
telah memilihnya menjadi pemimpin. Maka sebagai pemimpin hendaknya
sungguh melayani mereka yang harus dipimpin, jika menghayati
kepemimpinan dengan melayani tiada ketakutan sedikitpun, dan setiap
kebijakannya senantiasa menyelamatkan atau membahagiakan.
· "Bangunlah, bawalah isterimu dan kedua anakmu yang ada di sini,
supaya engkau jangan mati lenyap karena kedurjanaan kota ini." (Kej
19:15), demikian kata malaikat kepada Lot. Lot pun melaksanakan apa
yang dikatakan oleh malaikat tersebut sehingga terbebaskan dari
bencana yang menghancurkan kotanya. Tindakan atau perilaku amoral
merebak di sana-sini dan merupakan ancaman kehidupan bersama; ada
kemugkinan kita tidak mampu mengatasinya, karena kelemahan dan
kekurangan kita. Maka baiklah ketika kita tak mampu mengatasinya,
marilah untuk sementara kita menyingkir, meninggalkan tempat. Hal yang
sama hemat saya terkait dengan aneka harta benda atau sarana-prasarana
kehidupan, yang dapat menghancurkan atau merusak kehidupan iman kita.
Jika harta benda atau sarana-prasarana menjadi ancaman hidup beriman,
hendaknya harta benda atau sarana-prasarana tersebut ditinggalkan.
Pada masa kini antara lain HP dapat merusak kehidupan beriman; memang
kita tak mungkin terlepas sama sekali dari HP. Kami berharap kita
menggunakan HP agar kita semakin beriman, semakin membaktikan diri
sepenuhnya kepada Allah, semakin membuat kita setia pada panggilan dan
tugas pengutusan kita masing-masing. Aneka sarana-prasarana yang
mengganggu penghayatan hidup beriman atau melemahkan dan menghancurkan
panggilan dan tugas pengutusan, hendaknya juga disingkirkan atau
ditinggalkan. Marilah kita sadari dan hayati bahwa Allah telah
menganugerahi kita anggota-anggota tubuh yang bagus guna melaksanakan
tugas pengutusan atau menghayati panggilan, maka hendaknya jangan
memanjakan anggota tubuh kita alias malas bekerja keras dengan
anggota-anggota tubuh kita. Ingat dan hayati bahwa sebagai orang
beriman kita dipanggil Allah untuk 'bekerja', menguasai dan mengolah
bumi seisinya, maka jangan sampai kita dikuasai oleh aneka macam
produksi bumi atau manusia di bumi ini.
"Janganlah mencabut nyawaku bersama-sama orang berdosa, atau hidupku
bersama-sama orang penumpah darah,yang pada tangannya melekat
perbuatan mesum, dan yang tangan kanannya menerima suapan.Tetapi aku
ini hidup dalam ketulusan; bebaskanlah aku dan kasihanilah aku.Kakiku
berdiri di tanah yang rata; aku mau memuji TUHAN dalam jemaah." (Mzm
26:9-12)
Ign 2 Juli 2013
0 komentar:
Posting Komentar