Pesta Pembaptisan Tuhan: Yes 42:1-4.6-7; Kis 10:34-38; Mat 3:13-17
"Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan."
Pesta Pembaptisan Tuhan: Yes 42:1-4.6-7; Kis 10:34-38; Mat 3:13-17
"Melalui pembaptisan orang-orang dimasukkan ke dalam misteri Paska Kristus: mereka mati, dikuburkan dan dibangkitkan bersama Dia; mereka menerima roh pengangkatan menjadi putera, dan dalam roh itu kita berseru 'Abba, Bapa'; demikianlah mereka menjadi penyembah sejati, yang dicari oleh Bapa" (Konsili Vatikan II: SC no 6). Dari kutipan ini dapat kita temukan beberapa unsur yang terkait dengan pembaptisan, yaitu : inisiasi, persaudaraan sejati dan penyembah sejati. Maka baiklah dalam rangka mengenangkan pesta pembaptisan Tuhan hari ini kita kenangkan juga rahmat pembaptisan yang telah kita terima.
"Orang dimasukkan ke dalam misteri Paska Kristus"
Dibaptis berarti disisihkan atau dipersembahkan seutuhnya kepada Tuhan, dengan kata lain orang yang telah dibaptis boleh dikatakan suci alias senantiasa hidup bersama dan bersatu dengan Tuhan. Symbol dalam upacara pembaptisan sarat dengan makna kesucian tersebut, antara lain air yang berfungsi membersihkan, kain putih lambang kesucian dan lilin bernyala yang melambangkan terang artinya orang yang dibaptis senantiasa membawa terang dimanapun berada atau kemanapun pergi.
Baptis merupakan rahmat atau anugerah Allah dan dengan anugerah Allah ini yang dibaptis diharapkan menghayati misteri Paska Kristus, yaitu wafat dan kebangkitanNya, maka ketika dibaptis orang berjanji 'hanya mau mengabdi Tuhan Allah saja serta menolak semua godaan setan'. Untuk menghayati janji ini kita tak mungkin hanya mengandalkan diri sendiri tanpa anugerah atau rahmat Allah. Godaan setan pada masa kini sungguh berat, antara lain menggejala dalam tawaran harta benda/uang, pangkat/kedudukan dan kehormatan dunia. Orang yang tak mampu mengalahkan godaan setan ini akan menjadi 'gila akan harta benda/uang, kedudukan/pangkat dan kehormatan dunia', sehingga ketika tiada harta benda/uang, pangkat/kedudukan dan kehormatan duniawi orang sungguh 'gila atau sinthing'
Dibaptis juga berarti menempuh hidup baru, hidup yang dijiwai oleh Roh Kudus atau sabda-sabda Tuhan, sehingga cara hidup dan cara bertindaknya dijiwai atau menghasilkan keutamaan-keutamaan seperti "kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri" (Gal 5:22-23). Orang yang telah dibaptis sungguh menjadi 'anak kekasih Tuhan, cara hidup dan cara bertindaknya berkenan di hati Tuhan'. Dengan kata lain kita semua yang telah dibaptis sama-sama menjadi 'anak Tuhan', maka kita semua adalah saudara atau sahabat.
"Menerima roh pengangkatan menjadi putera, dan dalam roh itu kita berseru 'Abba,Bapa'
"Sesungguhnya aku telah mengerti, bahwa Allah tidak membedakan orang. Setiap orang dari bangsa mana pun yang takut akan Dia dan yang mengamalkan kebenaran berkenan kepada-Nya." (Kis 10:34-35), demikian kata Petrus. "Bangsa mana pun yang takut akan Dia dan yang mengamalkan kebenaran berkenan kepadaNya", inilah yang sebaiknya kita renungkan dan hayati. Takut akan Tuhan dan mengamalkan kebenaran bagaikan mata uang bermuka dua, dapat dibedakan namun tak dapat dipisahkan.
Apa yang disebut benar senantiasa berlaku universal, dimana saja dan kapan saja, tidak terikat oleh ruang dan waktu. Orang yang berusaha mengamalkan kebenaran senantiasa berkehendak baik, dan kami percaya kita semua berkehendak baik, namun sering wujud atau realisasinya dapat berbeda-beda, maka baiklah kita sinerjikan kehendak baik kita, antara lain dengan saling mensharingkan kehendak baik dengan rendah hati dan keterbukaan. "Allah tidak membedakan orang", inilah pegangan atau acuan kita dalam usaha mensinerjikan kehendak baik kita. Maka hendaknya aneka perbedaan yang ada di antara kita dijadikan daya tarik atau daya pikat untuk saling mengenal, mendekat dan bersahabat. Memang pertama-tama dan terutama kita harus dapat menghayati apa yang sama di antara kita agar dapat menghayati apa yang berbeda sebagai daya tarik atau daya pikat. Yang sama di antara kita antara lain: sama-sama manusia, ciptaan Allah, yang diciptakan sesuai dengan gambar atau citra Allah, sama-sama mendambakan hidup bahagia dan damai-sejahtera, dst..
Karena kita sama-sama 'anak', maka kita adalah saudara, dan dengan demikian dipanggil untuk hidup dan bertindak dalam persaudaraan sejati. Persaudaraan sejati sungguh mendesak dan up to date untuk kita hayati dan sebarluaskan dalam kehidupan bersama masa kini. Kami berharap anak-anak di dalam keluarga sedini mungkin dididik dan dibiasakan hidup bersaudara atau bersahabat dengan siapapun, tanpa membedakan SARA, usia dll.. Jika kita berhasil menghayati hidup penuh persaudaraan di dalam keluarga, maka kita memiliki modal atau kekuatan untuk membangun dan mengusahakan persaudaraan sejati dalam lingkungan hidup yang lebih luas. Persaudaraan sejati antar kita merupakan wujud persaudaraan atau persahabatan kita dengan Tuhan. Bersaudara atau bersahabat dengan Tuhan mau tak mau kita harus bersembah sujud atau berbakti kepadaNya. Maka marilah kita mawas diri sebagai yang telah dibaptis perihal panggilan untuk 'menjadi penyembah sejati'
"Mereka menjadi penyembah sejati"
Jika orang sungguh menjadi penyembah sejati, maka ia akan mendengarkan suara Tuhan, sebagaimana disabdakan kepada Yesaya ini :"Aku ini, TUHAN, telah memanggil engkau untuk maksud penyelamatan, telah memegang tanganmu; Aku telah membentuk engkau dan memberi engkau menjadi perjanjian bagi umat manusia, menjadi terang untuk bangsa-bangsa, untuk membuka mata yang buta, untuk mengeluarkan orang hukuman dari tempat tahanan dan mengeluarkan orang-orang yang duduk dalam gelap dari rumah penjara." (Yes 42:6-7). Menjadi penyembah sejati memang tak melupakan hidup doa, sehingga mau tak mau akan dipanggil 'menjadi terang untuk bangsa-bangsa, dst..'.
Menjadi terang untuk bangsa-bangsa berarti cara hidup dan cara bertindaknya menjadi jalan atau petunjuk untuk hidup baik dan benar atau berbudi pekerti luhur. Dibaptis memang memiliki dimensi panggilan missioner atau diutus, diutus untuk menjadi jalan atau petunjuk bagi orang lain menuju Tuhan, untuk bersembah-sujud kepada Tuhan. Maka dengan ini kami mengingatkan kita semua yang telah dibaptis untuk mawas diri: apakah cara hidup dan cara bertindak kita sungguh memikat dan menarik bagi orang lain, sehingga mereka meniru cara hidup dan cara bertindak kita, tentu saja cara hidup atau cara bertindak yang baik atau berbudi pekerti luhur. Maka ketika ada saudara-saudari kita yang telah dibaptis, entah imam, bruder atau suster atau awam, yang hidup dan bertindak tidak baik, hendaknya diperingatkan dan ditanyai "Apakah anda telah dibaptis? Ingat akan janji baptis anda!"
"Kepada TUHAN, hai penghuni sorgawi, kepada TUHAN sajalah kemuliaan dan kekuatan! Berilah kepada TUHAN kemuliaan nama-Nya, sujudlah kepada TUHAN dengan berhiaskan kekudusan! Suara TUHAN di atas air, Allah yang mulia mengguntur, TUHAN di atas air yang besar. Suara TUHAN penuh kekuatan, suara TUHAN penuh semarak." (Mzm 29:1-4)
Jakarta,9 Januari 2011
0 komentar:
Posting Komentar