"Dengan banyak nasihat lain Yohanes memberitakan Injil kepada orang banyak"
Mg Adven III : Zef 3:14-18a; Flp 4:4-7; Luk 3:10-18
Ketika Mgr Leo Soekoto SJ alm. dipanggil Tuhan di RS St.Elisabeth - Semarang, kebetulan saya saat bertugas sebagai Ekonom Kuskupan Agung Semarang dan saya diberi tugas untuk mengurus pemakaman. Maka saya segera menghubumgi beberapa orang yang terbiasa membantu kami via tilpon untuk datang di Wisma Uskup guna membicarakan upacara pemakaman Mgr Leo Soekoto SJ. Cukup menarik dan mengesan reaksi mereka dan hampir semua bertanya: "Apa yang harus saya kerjakan?'. Pertanyaan macam itu atau kesiap-sediaan untuk melakukan sesuatu kiranya juga ada dalam diri kita masing-masing, setelah berpartisipasi dalam kegiatan Adven, tentu saja bertanya perihal apa yang harus dilakukan agar layak menyambut pesta Natal, kenangan akan Kelahiran Penyelamat Dunia, sebagaimna ditanyakan oleh orang-orang yang telah mendengarkan pewartaan Yohanes Pembaptis. Maka marilah kita renungkan jawaban-jawaban Yohanes Pembaptis di bawah ini:
"Barangsiapa mempunyai dua helai baju, hendaklah ia membaginya dengan yang tidak punya, dan barangsiapa mempunyai makanan, hendaklah ia berbuat juga demikian."
(Luk 3:11)
Solidaritas atau "to be man or woman with/for others" dan "preferential option for/with the poor", itulah yang harus kita hayati dan sebar-luaskan serta meninggalkan aneka macam bentuk egoisme. Secara khusus marilah kita perhatikan saudara-saudari atau sesama kita yang berkekurangan dalam hal pakaian dan makanan, kekurangan gizi. Gerakan ini kiranya merupakan persiapan yang baik untuk menyambut kedatangan Yesus, "yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia" (Flp 2:6-7).
Gerakan ini kiranya pertama-tama dan terutama kita lakukan di lingkungan hidup dan kerja kita setiap hari, dan kemudian berkembang sejauh kemungkinan dan kesempatan yang ada, pertama-tama secara pribadi dan kemudian secara organisatoris. Para pembantu rumah tangga hendaknya diberi imbalan dan perlakuan yang adil, yang mensejahterakan hidup mereka; demikian para pekerja atau buruh hendaknya diberi imbalan atau gaji yang memadai. Hendaknya jangan bermain sandiwara: kepada pembantu dan pegawai diberi gaji atau imbalan pas-pasan atau bahkan kurang, tetapi memberi sumbangan besar bagi orang lain, yang jauh. Sejahterakan dahulu mereka yang hidup dan bekerja dengan kita, dan kemudian kita bersama-sama, secara organisatoris atau kelompok/keluarga, membantu orang lain yang sungguh membutuhkan.
"Jangan menagih lebih banyak dari pada yang telah ditentukan bagimu." (Luk 3:13)
Kutipan di atas ini kiranya diarahkan kepada para rentenir, dan mungkin di antara anda tidak ada yang menjadi rentenir; kutipan di atas ini baik menjadi permenungan atau refleksi bagi orang yang punya uang atau para pengelola uang. Pinjam-meminjam uang ada aturan mainnya; jika meminjamkan uang kepada orang lain hendaknya dengan bunga paling tinggi sesuai dengan apa yang diperlakukan di kantor Pegadaian, syukur tanpa bunga akan lebih mulia ketika yang meminjam adalah mereka yang miskin dan berkekurangan. Kami mengajak anda sekalian jika ada teman anda yang menjadi rentenir hendaknya ditegor keras: membiarkan atau pura-pura tidak tahu terhadap teman yang menjadi rentenir hemat saya berarti setuju alias mendukung. Di masa Adven, menjelang Pesta Natal dan Tahun Baru ini, mungkin baik bagi mereka yang meminjamkan uang kepada yang miskin dan berkekurangan untuk mempertimbangkan: jika yang bersangkutan nampak sulit mengembalikan pinjaman, alangkah indahnya jika pinjaman atau hutang mereka dibebaskan sebagai hadiah Natal dan Tahun Baru.
"Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang."(Fil 4:5), demikian peringatan atau ajakan Paulus kepada umat di Filipi, kepada kita semua. Kebaikan yang dapat diketahui semua orang berarti menjadi nyata atau terwujud dalam tindakan atau perilaku. Marilah di masa Adven ini, menjelang Pesta Natal, kita berbuat baik kepada siapapun secara konkret, atau paling tidak cara hidup dan cara bertindak kita hendaknya tidak menimbulkan kesulitan atau masalah bagi orang lain, melainkan menjadi wahana dan motivasi bagi orang lain untuk berbuat baik.
"Jangan merampas dan jangan memeras dan cukupkanlah dirimu dengan gajimu"
(Luk 3:14).
Pesan di atas ini mengajak kita semua untuk hidup sederhana, tidak berfoya-foya atau boros. Maka kepada semua saja kami harapkan untuk hidup sesuai dengan gaji yang diterima, tidak mencari tambahan dengan mengadakan perampasan atau pemerasan. Sayang di Indonesia ini mereka yang katanya berjanji untuk melayani rakyat, yaitu para pegawai negeri atau pejabat pelayanan masyarakat, tetapi memeras rakyat dengan aneka macam pungutan dan 'beaya administrasi'. Sudah menjadi rahasia umum bahwa 'para pelayan masyarakat' yang bekerja dalam pengurusan tanah, izin-izin, proyek, sumbangan, dst.. senantiasa memeras dan merampas seenaknya dengan istilah beaya administrasi, uang lelah, uang pelancar, dst…
Kasus Bibit-Candra, Kepolisian dan KPK, mendorong pemerintah untuk memberantas aneka mafia hukum, yang memang sarat dengan pemerasan dan perampasan. Semoga apa yang diprogramkan dan diteriakkan tersebut tidak berhenti dalam wacana atau polemik, tetapi terwujud dan menjadi nyata dalam hidup dan kerja yang bersih dari aneka macam bentuk pemerasan dan perampasan. Dalam perhitungan sederhana: tidak mungkin pejabat yang bekerja untuk beberapa tahun, 5 s/d 10 tahun, memiliki kekayaan milyardan atau bahkan trilyunan rupiah jika mereka tidak merampas dan memeras melalui aneka kegiatan proyek atau perizinan dll. Kepada para pengusaha kami harapkan jika tidak menentukan harga seenaknya saja. "Cukupkanlah dirimu dengan gajimu", demikian pesan yang layak direnungkan dan dihayati.
Yang dapat memeras dan merampas adalah mereka yang berada di ranah/poros pelayanan publik dan bisnis: para pelayan publik dan bisnis berkolusi serta tidak melayani rakyat pasti akan memeras dan merampas rakyat. Jika sungguh hendak bebas dari pemerasan dan perampasan, silahkan berpihak dan bersama dengan rakyat atau komunitas. Jika hidup bersama tidak baik, maka dapat dipastikan para penentu kebijakan, yaitu para penguasa dan pengusaha/bisnis tidak memihak atau bersama dengan rakyat atau komunitas. Kami berharap para penguasa dan bisnis memihak atau bersama dengan rakyat atau komunitas.
"Sungguh, Allah itu keselamatanku; aku percaya dengan tidak gementar, sebab TUHAN ALLAH itu kekuatanku dan mazmurku, Ia telah menjadi keselamatanku." Maka kamu akan menimba air dengan kegirangan dari mata air keselamatan.Pada waktu itu kamu akan berkata: "Bersyukurlah kepada TUHAN, panggillah nama-Nya, beritahukanlah perbuatan-Nya di antara bangsa-bangsa, masyhurkanlah, bahwa nama-Nya tinggi luhur! Bermazmurlah bagi TUHAN, sebab perbuatan-Nya mulia; baiklah hal ini diketahui di seluruh bumi" (Yes 12:2-5)
Jakarta, 13 November 2009
0 komentar:
Posting Komentar