"Ambil semuanya ini dari sini, jangan kamu membuat rumah Bapa-Ku menjadi tempat berjualan."
Pesta Pemberkatan Gereja Basilik Lateran: Yeh 47:1-2.8-9.12; 1Kor 3:9b-11.16-17; Yoh 2:13-22
Sebagai Ekonom Kuskupan Agung Semarang, saya pernah menegor dengan keras panitia pembangunan gedung gereja/kapel, panitia gerakan sosial paroki serta pengurus dewan paroki. Mengapa? Panitia pembangunan gereja/kapel telah menghabiskan sumbangan-sumbangan umat untuk beaya rapat panitia (makan, uang saku, transport dst..), panitia gerakan sosial memperkaya diri dengan 'korupsi'/ mengambil dana proyek untuk keperluan pribadi, pengurus dewan paroki seenaknya membebankan urusan pribadi pada anggaran paroki, dst. . Bukankah yang mereka lakukan sungguh tak terpuji, menjadikan "rumah Allah" untuk berbisnis, mencari keuntungan pribadi alias komersialisasi pelayanan sosial atau keagamaan? Peristiwa-peristiwa lain yang kiranya juga kurang terpuji adalah memfungsikan Perayaan Ekaristi untuk pengumpulan dana/sumbangan, yang utama dan pertama-tama adalah mengumpulkan dana/sumbangan bukan beribadat. Pesta Pemberkatan Gereja Basilik Lateran, gereja resmi Paus di Roma, hari ini mengingatkan dan mengajak kita semua untuk meluruskan atau memurnikan aneka macam bentuk pencemaran atau pelecehan tempat, sarana atau kegiatan beribadat atau keagamaan, maka marilah kita renungkan sabda-sabda hari ini.
"Ambil semuanya ini dari sini, jangan kamu membuat rumah Bapa-Ku menjadi tempat berjualan." (Yoh 2:16)
"Dalam tempat suci hanya dapat diizinkan hal-hal yang berguna bagi pelaksanaan atau peningkatan ibadat, kesalehan dan kebaktian, serta dilarang segala sesuatu yang tidak cocok dengan kesucian tempat itu. Namun Ordinaris dapat sekali-sekali memberi izin untuk penggunaan lain, asal tidak bertentangan dengan kesucian tempat itu" (KHK kan 1210). "Dengan kata tempat suci dimaksudkan gereja atau tempat suci lain yang dengan persetujuan Ordinaris wilayah sering dikunjungi kaum beriman untuk berziarah karena suatu alasan religius yang khusus" (KHK kan 1230).
Pemfungian tempat suci serta aneka kegiatan yang terkait atau ada hubungannya dengan tempat suci hendaknya mendorong dan membuat umat berbakti kepada Tuhan serta hidup saleh, semakin mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan melaluin sesamanya maupun lingkungan hidupnya. Memang yang sering menjadi godaan adalah harta benda atau uang: antar umat dapat saling bertengkar dan membenci karena pemanfaatan ruang dst.. Harta benda atau uang yang masuk ke dalam lingkungan tempat suci berasal dari umat Allah sebagai tanda syukur dan terima kasih atas segala kasih karunia atau anugerah Allah yang telah diterima dan dinikmatinya. Semakin orang sungguh beriman, bersyukur dan berterima kasih kepada Allah pada umumnya yang bersangkutan juga semakin sosial, semakin mengasihi sesamanya, terutama mereka yang miskin dan berkekurangan. Maka hendaknya harta benda atau uang yang diterima melalui tempat suci difungsikan untuk membina umat Allah agar semakin beriman, bersyukur dan berterima kasih dalam hidup sehari-hari.
Kami berharap kepada kita semua untuk tidak takut dan tidak gentar menegor dan mengingatkan orang-orang yang mengkomersilkan tempat suci serta kegiatan-kegiatan yang terkait dengan tempat suci. Segala sesuatu atau aneka macam sarana-prasarana yang berada di tempat suci dan mengganggu umat untuk semakin suci dan saleh hendaknya disingkirkan. Kami berharap juga ketika memasuki atau berada di dalam tempat suci sungguh hening, tidak bersendau-gurau, bercanda dst… Secara khusus kami berharap ketika berpartisipasi dalam ibadat atau Perayaan Ekaristi hendaknya tidak terlambat, syukur datang lebih awal guna persiapan. Persiapan untuk beribadat atau berpartisipasi dalam Perayaan Ekaristi sungguh penting. Mereka yang bertugas dalam penyelenggaraan ibadat atau Perayaan Ekaristi hendaknya sungguh mempersiapkan diri dengan baik sebelumnya, misalnya para pembaca/lektor, petugas koor maupun pemimpin ibadat. Maka bagi kita semua marilah kita renungkan sapaan Paulus kepada umat di Korintus di bawah ini.
"Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu? Jika ada orang yang membinasakan bait Allah, maka Allah akan membinasakan dia. Sebab bait Allah adalah kudus dan bait Allah itu ialah kamu" (1Kor 3:16-17)
Sebagai orang beriman kita adalah 'bait Allah' dan 'Roh Allah diam di dalam diri kita', sehingga cara hidup dan cara bertindak kita berbuah atau memperdalam buah-buah Roh seperti "kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri." (Gal 5:22-23). Karena masing-masing dari kita adalah 'bait Allah' berarti kita juga saling berbakti satu sama lain dimanapun dan kapanpun. Saling berbakti berarti saling melayani, membahagiakan dan menyelamatkan dan tiada satupun yang saling melecehkan, dengan demikian kebersamaan hidup kita manarik, memikat dan mempesona.
Sebagai 'bait Allah' kemanapun pergi atau dimanapun berada kita senantiasa menghidupkan dan menggairahkan orang lain, sebagaimana digambarkan oleh Yeheskiel bagaikan air mengalir atau sungai,
"sehingga ke mana saja sungai itu mengalir, segala makhluk hidup yang berkeriapan di sana akan hidup. Ikan-ikan akan menjadi sangat banyak, sebab ke mana saja air itu sampai, air laut di situ menjadi tawar dan ke mana saja sungai itu mengalir, semuanya di sana hidup" (Yeh 47:9). Berbagai pengalaman dan pengamatan menunjukkan bahwa mereka yang datang ke tempat suci pada umumnya merasa disegarkan dan digairahkan dalam hidup beriman, maka selayaknya siapapun yang mendatangi kita sebagai 'bait Allah' juga semakin disegarkan dan digairahkan dalam hidup beriman, demikian pun pula kemana kita pergi.
Marilah kehadiran atau sepak terjang kita dimanapun dan kapanpun kita usahakan menarik, memikat, mempesona, menggairahkan dan menghidupkan orang lain. Tentu saja diri kita sendiri harus sungguh hidup, bergairah dan dinamis, tidak putus asa atau frustrasi meskipun harus menghadapi aneka tantangan, hambatan atau masalah. Tanda bahwa kita sungguh hidup antara lain senantiasa siap berubah atau dirubah sesuai dengan tuntutan zaman atau perkembangan yang sedang berlangsung, sehingga juga memberi pengharapan kepada orang lain. Kita senantiasa berubah menjadi lebih baik, lebih suci, lebih beriman, lebih mempersembahkan diri kepada Tuhan dan dengan demikian juga semakin dikasihi oleh Tuhan dan sesama manusia. Kita menjadi pewarta-pewarta kabar gembira yang menghibur dan menggembirakan orang lain. Kehadiran dan sepak terjang kita menjadi berkat atau rahmat bagi saudara-saudari kita.
"Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti. Sebab itu kita tidak akan takut, sekalipun bumi berubah, sekalipun gunung-gunung goncang di dalam laut; Kota Allah, kediaman Yang Mahatinggi, disukakan oleh aliran-aliran sebuah sungai. Allah ada di dalamnya, kota itu tidak akan goncang; Allah akan menolongnya menjelang pagi "
(Mzm 46:2-3.5-6)
Jakarta, 9 November 2010
.
0 komentar:
Posting Komentar