"Bekerjalah bukan untuk makanan yang akan dapat binasa"
(Kis 6: 8-19; Yoh 6:22-29)
"Pada keesokan harinya orang banyak, yang masih tinggal di seberang, melihat bahwa di situ tidak ada perahu selain dari pada yang satu tadi dan bahwa Yesus tidak turut naik ke perahu itu bersama-sama dengan murid-murid-Nya, dan bahwa murid-murid-Nya saja yang berangkat. Tetapi sementara itu beberapa perahu lain datang dari Tiberias dekat ke tempat mereka makan roti, sesudah Tuhan mengucapkan syukur atasnya. Ketika orang banyak melihat, bahwa Yesus tidak ada di situ dan murid-murid-Nya juga tidak, mereka naik ke perahu-perahu itu lalu berangkat ke Kapernaum untuk mencari Yesus. Ketika orang banyak menemukan Yesus di seberang laut itu, mereka berkata kepada-Nya: "Rabi, bilamana Engkau tiba di sini?" Yesus menjawab mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kamu mencari Aku, bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang. Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu; sebab Dialah yang disahkan oleh Bapa, Allah, dengan meterai-Nya." Lalu kata mereka kepada-Nya: "Apakah yang harus kami perbuat, supaya kami mengerjakan pekerjaan yang dikehendaki Allah?" Jawab Yesus kepada mereka: "Inilah pekerjaan yang dikehendaki Allah, yaitu hendaklah kamu percaya kepada Dia yang telah diutus Allah." (Yoh 6:22-29), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
· Hampir semua pekerja, entah sebagai buruh, direktur, manajer, pengusaha, pegawai, dst..pada umumnya bekerja keras sepanjang hari. Para pekerja di Jakarta dan sekitarnya misalnya, pada umumnya pagi-pagi benar mereka berangkat untuk bekerja dan baru sore/malam hari pulang ke rumah, bahkan ada yang lembur sampai tengah malam. Semua itu dikerjakan demi kesejahteraan hidup keluarganya, dan rasanya hal itu benar adanya. Namun berrefleksi atas sabda Yesus hari ini "Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal" , kami mengajak dan mengingatkan anda sekalian agar dalam sibuk bekerja tidak melupakan atau menyingkirkan 'hidup yang kekal', yaitu nilai-nilai atau keutamaan-keutamaan yang menyelamatkan jiwa kita. Dengan kata lain hendaknya dalam bekerja sungguh dijiwai atau dihidupi dengan iman alias dalam semangat iman kita masing-masing kita berkerja. Salah satu bentuk pengahaytan iman selama bekerja antara lain jujur dan disiplin selama bekerja, apalagi bagi yang mengurus atau mengelola administrasi dan uang. Jujur dan disiplin ini rasanya sungguh mendesak untuk dihayati dan disebarkan selama bekerja dimanapun dan kapanpun. Siapapun yang jujur dan disiplin selama bekerja kiranya merupakan bentuk penghayatan kepercayaan kepada Dia yang diutus Allah, dan dengan demikian yang bersangkutan sendiri juga akan semakin banyak dipercaya orang lain. Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan siapapun yang berpengaruh dalam kerja di kantor atau perusahaan dst.. sungguh menegakkan kejujuran dan kedisiplinan.
· "Mereka tidak sanggup melawan hikmatnya dan Roh yang mendorong dia berbicara" (Kis 6:10), demikian berita perihal debat antara orang-orang Yahudi dan Stefanus, yang penuh dengan Roh Kudus. Karena mereka tidak dapat melawan Stefanus, maka para petinggi mereka menghasut mereka untuk mengatakan bahwa Stefanus mengucapkan kata-kata hujat terhadap Musa dan Allah. Hasutan itupun sampai ke Mahkamah Agama sehingga Stefanus disidang untuk diadili, namun ketika sedang diadili wajahnya bersinar bagaikan malaikat. Kita semua kiranya dipanggil untuk meneladan Stefanus, tanpa takut dan gentar menghadapi aneka tekanan, ancaman dan provokasi asal kita jujur dan disiplin dalam kerja. Memang ada rumor bahwa orang jujur akan hancur, tetapi rasanya untuk sementara saja, karena seterusnya atau selamanya akan mujur alias ceria dan bahagia. Sebaliknya kami berseru kepada mereka yang sering karena irihati lalu menteror dan mengancam orang-orang yang jujur dan disiplin, sebagaimana dilakukan oleh orang-orang Yahudi. Anda yang berbuat demikian karena irihati pasti akan kalah atau dipermalukan di muka umum. Kepada mereka yang berani meneladan Stefanus hendaknya tetap ceria dan bergairah ketika menghadapi ancaman atau pengadilan yang tidak adil. Kegairahan dan keceriaan anda pasti akan mendorong orang yang menyaksikan agar bertobat, menyesali kejahatannya dan kemudian melakukan apa yang baik, hidup dan bertindak jujur serta disiplin.
"Sekalipun pemuka-pemuka duduk bersepakat melawan aku, hamba-Mu ini merenungkan ketetapan-ketetapan-Mu. Ya, peringatan-peringatan-Mu menjadi kegemaranku, menjadi penasihat-penasihatku. Jalan-jalan hidupku telah aku ceritakan dan Engkau menjawab aku -- ajarkanlah ketetapan-ketetapan-Mu kepadaku. Buatlah aku mengerti petunjuk titah-titah-Mu, supaya aku merenungkan perbuatan-perbuatan-Mu yang ajaib "
(Mzm 119:23-24.26-27)
Jakarta, 19 April 2010
0 komentar:
Posting Komentar