(Ef 3:8-12; Yoh 15:9-17)
"Seperti Bapa telah mengasihi Aku, demikianlah juga Aku telah mengasihi kamu; tinggallah di dalam kasih-Ku itu. Jikalau kamu menuruti perintah-Ku, kamu akan tinggal di dalam kasih-Ku, seperti Aku menuruti perintah Bapa-Ku dan tinggal di dalam kasih-Nya. Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya sukacita-Ku ada di dalam kamu dan sukacitamu menjadi penuh. Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu. Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya. Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu. Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku. Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu. Inilah perintah-Ku kepadamu: Kasihilah seorang akan yang lain." (Yoh 15:9-17), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Fransiskus dari Sales, Uskup dan Pujangga Gereja, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
· Uskup adalah penerus para rasul, sahabat-sahabat Yesus, dalam mewartakan Kabar Baik serta menggembalakan umat Allah. Maka para uskup juga dapat disebut sebagai sahabat-sahabat Yesus, namun demikian hemat saya siapapun yang beriman kepada Yesus juga sahabat-sahabat Yesus. Sebagai sahabat Yesus kita dipanggil untuk menghayati atau melaksanakan perintahNya, yaitu "Kasihilah seorang akan yang lain", dan " Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya.". Memberikan nyawa berarti mempersembahkan atau mengarahkan cita-cita, dambaan, harapan, tenaga dan waktu, dengan kata lain jika kita dipanggil untuk saling memberikan nyawa berarti kita dipanggil untuk saling berbagi cita-cita, dambaan, harapan, tenaga dan waktu dengan saudara-saudari atau sahabat-sahabat kita. Pengalaman mendalam saling mengasihi ini kiranya telah dihayati oleh para suami-isteri, maka kami berharap kepada para suami-isteri atau bapak-ibu untuk menjadi teladan dalam saling mengasihi kepada anak-anaknya serta mendidik dan mengajarkan anak-anak sedini mungkin untuk saling mengasihi dengan kakak-adik maupun rekan sebayanya, sehingga kelak kemudian hari anak-anak tumbuh berkembang saling mengasihi dengan siapapun tanpa pandang bulu. Pengalaman atau pembekalan anak-anak di dalam keluarga merupakan modal yang besar sekali bagi mereka dalam hidup bersama dalam lingkungan yang lebih luas setelah mereka 'pisah' dari keluarga atau orangtuanya.
· "Di dalam Dia kita beroleh keberanian dan jalan masuk kepada Allah dengan penuh kepercayaan oleh iman kita kepada-Nya" (Ef 3:12). Kutipan ini secara kebetulan juga menjadi pengalaman iman dalam rangka menanggapi panggilan Tuhan untuk menjadi 'Sabahat Yesus' (SY), dan akhirnya saya pilih menjadi motto tahbisan imamat saya untuk menjiwai perjalanan penghayatan imamat sampai saat ini. Rasanya kutipan itu juga senada dengan motto yang dipakai oleh Mgr.A.Soegijapranata SJ maupun Bapak Kardinal Julius Darmaatmadja SJ 'in nomine Iesu' (Dalam Nama Yesus). Maka kami mengajak anda sekalian umat beriman dan khususnya yang beriman kepada Yesus Kristus untuk senantiasa hidup dan bertindak 'di dalam Dia', karena dengan demikian 'kita beroleh keberanian dan jalan kepada Allah dengan penuh kepercayaan oleh iman kita kepadaNya". Di dalam Dia (Tuhan) kita akan memiliki keberanian untuk menghadapi aneka masalah dan tantangan dalam kehidupan kita sehari-hari, sehingga kita juga semakin beriman, semakin membaktikan diri seutuhnya kepada Tuhan. Maka marilah kita senantiasa berada di dalam Tuhan, hidup dan bertindak bersamaNya dimana pun dan kapanpun. Kita sadari dan hayati bahwa Tuhan hadir dimana-mana dan berkarya terus menerus tanpa kenal ruang dan waktu, maka dimana dan kapan saja kita akan dapat bersama denganNya atau berada di dalam Tuhan. Tanda bahwa kita senantiasa di dalam Tuhan antara lain kita senantiasa hidup berbudi pekerti luhur dalam situasi dan kondisi apapun, kapan pun dan dimana pun, dan dengan demikian juga senantiasa berbuat baik kepada orang lain, melakukan apa yang baik, membahagiakan dan menyelamatkan, terutama keselamatan jiwa manusia. Didik dan dampingilah anak-anak anda agar senantiasa di dalam Tuhan, karena ia adalah ciptaan Tuhan, yang diciptakan sesuai dengan gambar atau citraNya.
"Percayalah kepada TUHAN dan lakukanlah yang baik, diamlah di negeri dan berlakulah setia, dan bergembiralah karena TUHAN; maka Ia akan memberikan kepadamu apa yang diinginkan hatimu. Serahkanlah hidupmu kepada TUHAN dan percayalah kepada-Nya, dan Ia akan bertindak; Ia akan memunculkan kebenaranmu seperti terang, dan hakmu seperti siang" (Mzm 37:3-6)
Ign 24 Januari 2012
0 komentar:
Posting Komentar