" Ia diberi nama Yesus, yaitu nama yang disebut oleh malaikat sebelum Ia dikandung ibu-Nya."
HR SP MARIA BUNDA ALLAH: Bil 6: 22-27; Gal 4:4-7; Luk 2:16-21
Pertama-tama kami ucapkan 'SELAMAT TAHUN BARU 2011', semoga segala sesuatu juga menjadi baru. Hari ini sarat dengan pesta atau kenangan, antara lain Tahun Baru, Hari Perdamaian Sedunia, Pesta Nama Serikat Yesus, dst.. Dalam Warta Gembira juga dikisahkan perihal pemberian nama Yesus kepada Sang Penyelamat Dunia, yang baru saja datang atau lahir. Nama yang diberikan kepada Penyelamat Dunia telah disampaikan oleh malaikat kepada Bunda Maria dalam warta gembira bahwa Maria akan mengandung karena Roh Kudus. Maka baiklah mengawali tahun baru ini kami mengajak kita semua untuk mawas diri juga perihal nama yang dikenakan kepada kita masing-masing; kami percaya nama yang kita kenakan pada diri kita masing-masing memiliki arti, makna atau tujuan yang baik dan mulia. Nama yang dikenakan kepada kita masing-masing kiranya juga merupakan buah 'perdamaian bersama' artinya hasil curhat bersama dari mereka yang memberi nama pada kita. Dengan kata lain kami berharap kita semua memperbaharui diri kita masing-masing sesuai dengan dambaan, cita-cita atau harapan yang tercetus atau diikhrarkan ketika nama diberikan kepada kita masing-masing.
"Ketika genap delapan hari dan Ia harus disunatkan, Ia diberi nama Yesus, yaitu nama yang disebut oleh malaikat sebelum Ia dikandung ibu-Nya" (Luk 2:21)
Memperbaharui berarti berubah: kiranya sejak kita dilahirkan dari rahim ibu kita masing-masing sampai kini kita terus mengalami perubahan, entah secara phisik, sosial, emosional, rational maupun spiritual. Pertanyaannya ialah apakah kita berubah menjadi semakin baik atau buruk, dan tentu saja masing-masing dari kita berharap untuk berubah semakin baik, semakin dikasihi oleh Tuhan dan sesama manusia. Masing-masing dari kita sejak masih berada di dalam kandungan atau rahim ibu kiranya nama sudah direncanakan untuk diberikan kepada kita oleh orangtua atau bapak-ibu kita masing-masing, maka baiklah dalam rangka mawas diri kita bertanya kepada orangtua atau bapak-ibu kita masing-masing: apakah yang menjadi dambaan atau cita-cita mereka bagi kita.
Sebagai contoh perihal pemberian nama Yesus antara lain dikatakan bahwa " Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya, dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan."(Luk 1:32-33), Yesus juga disebut 'Emmanuel' yang berarti Allah menyertai kita. Dengan kata lain kehadiran atau kedatangan Yesus merupakan perwujudan penyertaan Allah pada seluruh ciptaanNya di dunia ini, terutama manusia, untuk merajai dan menguasai ciptaanNya agar selamat dan senantiasa dalam keadaan damai sejahtera.
Nama-nama yang diberikan kepada kita kiranya juga memiliki dambaan atau cita-cita agar kita tumbuh berkembang menjadi pribadi yang damai sejahtera dan selamat serta dengan demikian dapat berpartisipasi dalam menyelamatkan atau mensejahterakan orang lain melalui cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari dimanapun dan kapanpun. "There is no peace without justice, there is no justice without forgiveness" ='Tiada perdamaian tanpa keadilan, tiada keadilan tanpa kasih pengampunan" , demikian pesan Perdamaian Paus Yohanes Paulus II memasuki Millennium Ketiga. Hemat saya pesan tersebut masih up to date pada masa kini untuk kita hayati dan sebarluaskan. Keadilan dasar atau sejati hemat saya adalah hormat terhadap harkat martabat manusia atau menunjungi tinggi harkat martabat manusia. Buah keadilan sejati antara lain keselamatan jiwa manusia. Maka baiklah memasuki tahun 2011 ini kita galakkan atau tingkatkan gerakan untuk memperjuangkan dan membela keadilan. Kami berharap mereka yang berfungsi sebagai penegak keadilan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara seperti hakim, jaksa dan polisi untuk memberi teladan dalam perjuangan dan penegakan keadilan. Hendaknya keadilan ini sedini mungkin dibiasakan didalam diri anak-anak di dalam keluarga dan kemudian diperkembangkan serta diperdalam di sekolah-sekolah atau karya pendidikan formal.
"Kamu bukan lagi hamba, melainkan anak; jikalau kamu anak, maka kamu juga adalah ahli-ahli waris, oleh Allah" (Gal 4:7)
Kita semua adalah anak-anak Allah alias saudara atau sahabat satu sama lain. Baiklah dengan rendah hati kami mengajak rekan-rekan anggota Serikat Yesus, yang telah menyatakan diri untuk menjadi sahabat-sahabat Yesus. Sebagaimana Yesus datang sebagai pembawa damai sejahtera, maka hendaknya sebagai sahabat-sahabat Yesus dimanapun dan kapanpun senantiasa membawa damai sejahtera. Maka baiklah kita renungkan doa dari St.Fransiskus Assisi ini (ingat bahwa Ignatius Loyola belajar cukup banyak perihal semangat St.Fransiskus Assisi):
"Tuhan, jadikanlah aku pembawa damai. Bila terjadi kebencian, jadikanlah aku pembawa cintakasih. Bila terjadi penghinaan, jadikanlah aku pembawa pengampunan. Bila terjadi perselisihan, jadikanlah aku pembawa kerukunan. Bila terjadi kebimbangan, jadikanlah aku pembawa kepastian. Bila terjadi kesesatan, jadikanlah aku pembawa kebenaran. Bila terjadi kecemasan, jadikanlah aku pembawa harapan. Bila terjadi kesedihan, jadikanlah aku pembawa kegembiraan. Bila terjadi kegelapan, jadikanlah aku pembawa terang" (PS no 221).
Marilah kita sebagai ahli-ahli waris atau 'anak-anak Allah' membangun, memperdalam dan menyebar-luaskan perdamaian. Masing-masing dari kita dapat memilih salah satu dari doa St.Fransiskus Assisi tersebut, yang sesuai dengan lingkungan hidup kita masing-masing Kepada saudara-saudari kita kiranya kita juga dapat menyampaikan pesan, sebagaimana disampaikan oleh Harun kepada anak-anaknya,yaitu : "TUHAN memberkati engkau dan melindungi engkau; TUHAN menyinari engkau dengan wajah-Nya dan memberi engkau kasih karunia; TUHAN menghadapkan wajah-Nya kepadamu dan memberi engkau damai sejahtera." (Bil 6:24-27). Maka hendaknya kita juga jangan takut dan gentar untuk menyebar-luaskan damai sejahtera, meskipun untuk itu harus menghadapi aneka tantangan, hambatan, masalah atau penderitaan. Bersama dan bersatu dengan Tuhan kita akan mampu mengatasi aneka tantangan, hambatan, masalah atau penderitaan serta menjadikannya sebagai wahana pendewasaan kepribadian atau iman kita.
Kami berharap siapapun yang berpengaruh dalam kehidupan bersama dapat menjadi teladan dalam rangka menghayati dan menyebar-luaskan perdamaian. Hendaknya aneka perbedaan yang ada di antara kita, entah beda SARA, pengalaman, pangkat, fungsi dan kedudukan menjadi sarana untuk saling memperkaya dan memperkuat dalam menghayati dan menyebarluaskan perdamaian. Secara khusus juga kami mengajak para orangtua atau bapak-ibu untuk sungguh menghayati janji perkawinan yaitu saling mengasihi baik dalam untung dan malang, sehat maupun sakit sampai mati, agar perdamaian sejati terjadi dalam hidup berkeluarga. Pengalaman hidup damai sejati didalam keluarga akan menjadi kekuatan atau modal untuk membangun dan memperdalam di dalam kehidupan bersama yang lebih luas, entah di masyarakat maupun tempat kerja/tugas.
"Kiranya Allah mengasihani kita dan memberkati kita, kiranya Ia menyinari kita dengan wajah-Nya, supaya jalan-Mu dikenal di bumi, dan keselamatan-Mu di antara segala bangsa. Kiranya suku-suku bangsa bersukacita dan bersorak-sorai, sebab Engkau memerintah bangsa-bangsa dengan adil, dan menuntun suku-suku bangsa di atas bumi. Kiranya bangsa-bangsa bersyukur kepada-Mu, ya Allah, kiranya bangsa-bangsa semuanya bersyukur kepada-Mu" (Mzm 67:2-3.5-6).
Jakarta, 1 Januari 2011
0 komentar:
Posting Komentar