"Barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam namaKu ia menyambut Aku."
(Yeh 2:8-3:4; Mat 18:1-5.10.12-14)
"Pada waktu itu datanglah murid-murid itu kepada Yesus dan bertanya: "Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga?" Maka Yesus memanggil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka, lalu berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga. Dan barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku." Ingatlah, jangan menganggap rendah seorang dari anak-anak kecil ini. Karena Aku berkata kepadamu: Ada malaikat mereka di sorga yang selalu memandang wajah Bapa-Ku yang di sorga. "Bagaimana pendapatmu? Jika seorang mempunyai seratus ekor domba, dan seekor di antaranya sesat, tidakkah ia akan meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di pegunungan dan pergi mencari yang sesat itu? Dan Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jika ia berhasil menemukannya, lebih besar kegembiraannya atas yang seekor itu dari pada atas yang kesembilan puluh sembilan ekor yang tidak sesat.Demikian juga Bapamu yang di sorga tidak menghendaki supaya seorang pun dari anak-anak ini hilang."(Mat 18:1-5.10.12-14), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St Maksimilianus Maria Kolbe, martir, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
· Mengurus, mendidik dan merawat anak-anak kecil memang tidak mudah, membutuhkan waktu dan tenaga yang banyak serta pengorbanan. Cukup banyak keluarga muda masa kini kurang perhatian dalam mendidik atau mengurus anak-anaknya, dan pada umumnya anak-anaknya diserahkan kepada pembantu atau perawat khusus bayi atau neneknya. Dengan kata lain orang suka menanam, namun enggan atau tak dapat merawatnya dengan baik dan memadai. Jika Yesus bersabda bahwa "Barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku.", kiranya merupakan ajakan atau peringatan bagi kita semua untuk senantiasa memperhatikan pendidikan atau pembinaan anak-anak sccara memadai. Kita juga dapat meneladan kemartiran St.Maksimilianus Maria Kolbe, yang telah merelakan diri untuk bersama dengan orang-orang tahanan, yang akhirnya meninggal dunia karena diracun; ia telah mengorbankan diri demi keselamatan dan kebahagiaan orang lain. Kami berharap para orangtua untuk dengan sungguh-sungguh berani memboroskan waktu dan tenaga guna merawat dan mendidik anak-anaknya, agar anak-anak kelak kemudian hari ketika tumbuh berkembang menjadi pribadi dewasa 'tidak hilang' alias tetap tumbuh berkembang sebagai pribadi yang cerdas beriman. Maklum masa kini kiranya cukup banyak anak-anak lebih taat pada para guru di sekolah daripada kepada orangtua atau bapak-ibunya, dan hal ini menunjukkan bahwa orangtua kurang memadai dalam mendidik dan mengasihi anaknya. Marilah kita sikapi anak-anak kita sebagai anak Tuhan, yang berarti harus kita sembah-sujud kepadanya alias membaktikan diri sepenuhnya demi perkembangan dan pertumbuhan anak. Tidak memperhatikan dan mendidik anak-anak dengan baik dan benar berarti mencelakakan diri sendiri maupun anak-anak di masa depan.
· "Hai anak manusia, makanlah gulungan kitab yang Kuberikan ini kepadamu dan isilah perutmu dengan itu." (Yeh 3:3). Kutipan ini kiranya mengingatkan dan mengajak kita semua, umat beriman atau beragama untuk senantiasa membaca dan merenungkan apa yang tertulis di dalam Kitab Suci, sehingga hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak dan perintah Tuhan. Dengan rendah hati setiap hari saya berusaha membaca dan merenungkan apa yang tertulis di dalam Kitab Suci serta kemudian menulis refleksi sederhana serta meneruskannya kepada anda sekalian. Semoga apa yang saya sampaikan kepada anda membantu untuk menghayati kutipan di atas. Makan 'gulungan Kitab' berarti melaksanakan atau menghayati apa yang tertulis dalam kitab tersebut. Maka baiklah saya ingatkan kepada kita semua: hendaknya aneka tata tertib dan aturan yang terkait dengan hidup, panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing kita 'makan sampai habis' alias kita laksanakan sebaik-baiknya. Biarlah tata tertib atau aturan sungguh mengusai atau merajai cara hidup dan cara bertindak kita. Sekali lagi kami ingatkan bahwa keunggulan hidup beriman atau beragama ada dalam pelaksanaan atau penghayatan, bukan wacana atau omongan. Semoga menyikapi dan melaksanakan aturan atau tata tertib tidak pilih-pilih apa yang menguntungkan dirinya sendiri saja, melainkan secara utuh dan total dilaksanakan atau diihayati. Sikapi dan hayati aneka tata tertib dan aturan dalam dan oleh kasih, maka akan terasa nikmat adanya.
"Atas petunjuk peringatan-peringatan-Mu aku bergembira, seperti atas segala harta. Ya, peringatan-peringatan-Mu menjadi kegemaranku, menjadi penasihat-penasihatku" (Mzm 119:14.24)
Ign 14 Agustus 2012
0 komentar:
Posting Komentar