"Anggur yang baru harus disimpan dalam kantong yang baru pula"
(1Kor 4:1-5; Luk 5:33-39)
"Orang-orang Farisi itu berkata pula kepada Yesus: "Murid-murid Yohanes sering berpuasa dan sembahyang, demikian juga murid-murid orang Farisi, tetapi murid-murid-Mu makan dan minum." Jawab Yesus kepada mereka: "Dapatkah sahabat mempelai laki-laki disuruh berpuasa, sedang mempelai itu bersama mereka? Tetapi akan datang waktunya, apabila mempelai itu diambil dari mereka, pada waktu itulah mereka akan berpuasa." Ia mengatakan juga suatu perumpamaan kepada mereka: "Tidak seorang pun mengoyakkan secarik kain dari baju yang baru untuk menambalkannya pada baju yang tua. Jika demikian, yang baru itu juga akan koyak dan pada yang tua itu tidak akan cocok kain penambal yang dikoyakkan dari yang baru itu. Demikian juga tidak seorang pun mengisikan anggur yang baru ke dalam kantong kulit yang tua, karena jika demikian, anggur yang baru itu akan mengoyakkan kantong itu dan anggur itu akan terbuang dan kantong itu pun hancur. Tetapi anggur yang baru harus disimpan dalam kantong yang baru pula. Dan tidak seorang pun yang telah minum anggur tua ingin minum anggur yang baru, sebab ia akan berkata: Anggur yang tua itu baik." (Luk 5:33-19), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
· Memasuki 'hidup baru' kiranya hampir dialami oleh semua orang, misalnya baptisan baru, pelajar/ murid/mahasiswa baru, keluarga baru, imam/bruder/suster baru, pekerja baru, dst.. Dalam memasuki 'hidup baru' senantiasa harus menghadapi tata tertib atau aturan yang berlaku yang harus ditaati dan dilaksanakan. Sabda hari ini mengingatkan dan mengajak kita semua bahwa di dalam menempuh dan menghayati 'hidup/panggilan baru' kita diajak untuk sungguh hidup baru, yang berarti senantiasa siap sedia untuk berubah dan diperbaharui agar tumbuh berkembang menjadi pribadi-pribadi yang sungguh telah memasuki hidup atau panggilan baru. Dengan kata lain kita semua harus senantiasa siap sedia untuk berubah, dan ingatlah serta sadari bahwa yang abadi di dunia ini adalah perubahan, maka bagi mereka yang tak bersedia berubah akan ketinggalan zaman serta menderita sengsara dalam hidupnya. Pertama-tama kami mengingatkan kita semua umat katolik untuk setia menghayati janji baptis yang telah diikrarkan. Kepada para pelajar/murid atau mahasiswa kami ajak untuk setia menghayati janji pelajar atau mahasiswa yang ada di dalam tempat pendidikan masing-masing, kepada mereka yang berkeluarga, sebagai suami-isteri hendaknya setia pada pasangan masing-masing dan bersama-sama menghayati atau melaksanakan janji perkawinan sampai mati alias tidak bercerai. Akhirnya kepada rekan-rekan imam, bruder dan suster kami ajak dapat menjadi teladan dalam kesetiaan pada semangat pendiri, janji atau kaul-kaul.
· "Demikianlah hendaknya orang memandang kami: sebagai hamba-hamba Kristus, yang kepadanya dipercayakan rahasia Allah. Yang akhirnya dituntut dari pelayan-pelayan yang demikian ialah, bahwa mereka ternyata dapat dipercayai.Bagiku sedikit sekali artinya entahkah aku dihakimi oleh kamu atau oleh suatu pengadilan manusia. Malahan diriku sendiri pun tidak kuhakimi." (1Kor 4:1-3), demikian kesaksian, yang kiranya dapat menjadi bahan atau refleksi kita semua, umat beriman. "Dapat dipercaya" itulah kiranya yang baik kita refleksikan. Orang yang dapat dipercaya pada umumnya setia dan taat pada panggilan dan tugas pengutusan dalam situasi dan kondisi macam apapun dan dimana pun. "Setia adalah sikap dan perilaku yang menunjukkan keterikatan dan kepedulian atas perjanjian yang telah dibuat. Ini diwujudkan dalam perilaku tetap memilih dan mempertahankan perjanjian yang telah dibuat dari godaan-godaan yang lebih menguntungkan" (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka-Jakarta 1997, hal 24-25). Godaan-godaan yang menggoncang dan akhirnya dapat meruntuhkan kesetiaan kita pada masa kini sangat banyak, entah itu berupa penyelewengan atau perselingkuhan. Penyelewengan sering terjadi di kalangan para pelajar maupun pekerja , sedangkan perselingkungan terjadi di kalangan orang-orang terpanggil, entah terpanggil menjadi suami dan isteri, maupun imam, bruder dan suster. Perselingkungan di kalangan pekerja atau pegawai yang telah bersuami atau beristeri pada umumnya terjadi pada jam-jam istirahat, dan menurut informasi yang kami terima perselingkungan antar pegawai atau pekerja sering dilakukan di hotel-hotel atau penginapan kelas melati, yang dapat dibooking atau dipesan dengan hitungan jam. Jam istirahat yang sebenarnya dimaksudkan untuk makan siang digunakan berselingkuh dengan rekan kerja atau kenalan.
"Percayalah kepada TUHAN dan lakukanlah yang baik, diamlah di negeri dan berlakulah setia, dan bergembiralah karena TUHAN; maka Ia akan memberikan kepadamu apa yang diinginkan hatimu. Serahkanlah hidupmu kepada TUHAN dan percayalah kepada-Nya, dan Ia akan bertindak; Ia akan memunculkan kebenaranmu seperti terang, dan hakmu seperti siang" (Mzm 37:3-6)
Ign 7 September 2012
0 komentar:
Posting Komentar