"Siapa yang datang dari sorga adalah di atas semuanya".
(Kis 5:27-33; Yoh 3:31-36)
"Siapa yang datang dari atas adalah di atas semuanya; siapa yang berasal dari bumi, termasuk pada bumi dan berkata-kata dalam bahasa bumi. Siapa yang datang dari sorga adalah di atas semuanya. Ia memberi kesaksian tentang apa yang dilihat-Nya dan yang didengar-Nya, tetapi tak seorang pun yang menerima kesaksian-Nya itu. Siapa yang menerima kesaksian-Nya itu, ia mengaku, bahwa Allah adalah benar. Sebab siapa yang diutus Allah, Dialah yang menyampaikan firman Allah, karena Allah mengaruniakan Roh-Nya dengan tidak terbatas. Bapa mengasihi Anak dan telah menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya. Barangsiapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal, tetapi barangsiapa tidak taat kepada Anak, ia tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap ada di atasnya." (Yoh 3:31-36), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
· Kita semua diciptakan oleh Allah, maka boleh dikatakan bahwa kita semua berasal dari Allah atau 'datang dari sorga', maka sebagai ciptaan terluhur dan termulia di dunia ini kita dipanggil untuk senantiasa berada 'diatas ciptaan-ciptaan Allah yang lain di dunia' ini, misalnya aneka jenis binatang dan tanaman, flora dan fauna, apalagi harta benda atau uang sebagai hasil karya manusia. Dengan kata lain kita semua hendaknya senantiasa berbakti kepada Allah dalam hidup mendunia saat ini, dan tidak berbakti kepada ciptaan lainnya atau harta benda dan uang alias 'berbakti kepada berhala modern'. Masa kini rasanya masih cukup banyak orang yang berbakti kepada berhala-berhala modern tersebut, dengan lebih menggantungkan/mengandalkan diri kepada manusia, binatang, tanaman atau harta benda dan uang daripada Allah. Gejala atau tandanya adalah ketika kehilangan harta benda, uang, tanaman, binatang atau manusia mengalami stress berkepanjangan, bahkan ada yang sampai hendak bunuh diri. Kita dipanggil untuk berada di atas ciptaan lainnya di dunia ini berarti ciptaan-citpaan tersebut kita sikapi dan fungsikan sebagai sarana atau wahana untuk semakin menyucikan diri, semakin berbakti/beriman kepada Allah. Sarana adalah sarana bukan tujuan, maka janganlah menjadikan sarana menjadi tujuan. Dengan ini juga kami berharap, seiring dengan kecenderungan pemanasan global yang terus berlangsung, kepada kita semua untuk tidak seenaknya membabat hutan, membuang sampah sembarangan, menghemat pemakaian air maupun tenaga listrik dan bahan-bahan baker, dst.. Pengalaman menunjukkan ketika kita serakah memfungsikan ciptaan-ciptaan tersebut muncul tanah longsor, banjir bandang dll, yang menyengsarakan dan mencelakakan banyak orang.
· "Kita harus lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia" (Kis 5:29), demikian jawaban Petrus dan rasul lainnya menanggapi tekanan atau larangan dalam mewartakan Kabar Baik. Taat kepada Allah dalam hidup sehari-hari di dunia saat ini antara lain dapat kita hayati dengan mentaati siapapun yang lebih dekat dan mesra bersama dan bersatu dengan Allah alias suci. Mereka yang lebih suci selayaknya kita taati, bukan karena lebih tua, berpangkat, berkedudukan, kaya, pandai dst… Secara kronologis dan sosial kiranya kita harus mengakui bahwa anak-anak lebih suci daripada orangtuanya, para peserta didik lebih suci daripada para gurunya, generasi muda lebih suci daripada generasi tua, dst... Maka dengan ini kami berseru: hendaknya para orangtua lebih taat kepada anak-anaknya artinya melayani dan mengabdi anak-anak demi kebahagiaan dan kesejahteraan mereka masa kini maupun masa depan, demikian para guru terhadap para peserta didik, generasi tua terhadap generasi muda. Tanda bahwa orangtua, guru atau generasi tua melayani anak-anak, peserta didik atau generasi muda dengan baik dan memadai adalah anak-anak, peserta didik, generasi muda ketika menjadi dewasa akan lebih baik, lebih suci, lebih cerdas, lebih dewasa, dst.. daripada orangtua, guru atau generasi tua. Salah satu cara melayani anak-anak, peserta didik dan generasi muda antara lain memberi kesempatan dan kemungkinan bagi mereka untuk belajar dan dididik sebaik dan seluas mungkin. Ketika kita terbiasa melayani mereka yang lebih muda dari kita kiranya kita dalam hidup sehari-hari juga akan lebih taat kepada Allah daripada manusia, lebih mentaati mereka yang bekehendak baik tanpa pandang bulu, SARA, usia dst… Jika kita semua hidup dan bertindak dengan taat keapada Allah berarti kebersamaan hidup kita dijiwai oleh cintakasih dan dengan demikian kita saling mengasihi.
"Aku hendak memuji TUHAN pada segala waktu; puji-pujian kepada-Nya tetap di dalam mulutku. Karena TUHAN jiwaku bermegah; biarlah orang-orang yang rendah hati mendengarnya dan bersukacita. Muliakanlah TUHAN bersama-sama dengan aku, marilah kita bersama-sama memasyhurkan nama-Nya! Aku telah mencari TUHAN, lalu Ia menjawab aku, dan melepaskan aku dari segala kegentaranku. Tujukanlah pandanganmu kepada-Nya, maka mukamu akan berseri-seri, dan tidak akan malu tersipu-sipu" (Mzm 34:2-6)
Jakarta, 15 April 2010 .
0 komentar:
Posting Komentar