"Dia ini adalah benar Nabi yang akan datang ke dalam dunia."
(Kis 5:34-42; Yoh 6:1-15)
"Ketika Yesus memandang sekeliling-Nya dan melihat, bahwa orang banyak berbondong-bondong datang kepada-Nya, berkatalah Ia kepada Filipus: "Di manakah kita akan membeli roti, supaya mereka ini dapat makan?" Hal itu dikatakan-Nya untuk mencobai dia, sebab Ia sendiri tahu, apa yang hendak dilakukan-Nya. Jawab Filipus kepada-Nya: "Roti seharga dua ratus dinar tidak akan cukup untuk mereka ini, sekalipun masing-masing mendapat sepotong kecil saja." Seorang dari murid-murid-Nya, yaitu Andreas, saudara Simon Petrus, berkata kepada-Nya: "Di sini ada seorang anak, yang mempunyai lima roti jelai dan dua ikan; tetapi apakah artinya itu untuk orang sebanyak ini?" Kata Yesus: "Suruhlah orang-orang itu duduk." Adapun di tempat itu banyak rumput. Maka duduklah orang-orang itu, kira-kira lima ribu laki-laki banyaknya. Lalu Yesus mengambil roti itu, mengucap syukur dan membagi-bagikannya kepada mereka yang duduk di situ, demikian juga dibuat-Nya dengan ikan-ikan itu, sebanyak yang mereka kehendaki. Dan setelah mereka kenyang Ia berkata kepada murid-murid-Nya: "Kumpulkanlah potongan-potongan yang lebih supaya tidak ada yang terbuang." Maka mereka pun mengumpulkannya, dan mengisi dua belas bakul penuh dengan potongan-potongan dari kelima roti jelai yang lebih setelah orang makan. Ketika orang-orang itu melihat mujizat yang telah diadakan-Nya, mereka berkata: "Dia ini adalah benar-benar Nabi yang akan datang ke dalam dunia."Karena Yesus tahu, bahwa mereka hendak datang dan hendak membawa Dia dengan paksa untuk menjadikan Dia raja, Ia menyingkir pula ke gunung, seorang diri" (Yoh 6:5-15), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
· "Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan di Indonesia) pada Bulan Maret 2009 sebesar 32,53 juta (14,15 persen). Dibandingkan dengan penduduk miskin pada Bulan Maret 2008 yang berjumlah 34,96 juta (15,42 persen), berarti jumlah penduduk miskin turun sebesar 2,43 juta." (www.bps.go.id). Secara logis jika 25 % dari jumlah penduduk yang berada di atas garis kemiskinan dengan rela dan jiwa besar berani berkorban membantu mereka yang berada di bawah garis kemiskinan, rasanya jumlah mereka yang miskin di bawah garis kemiskinan segera hilang/terhapus. Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan mereka yang cukup kaya atau berkecukupan dalam hal harta benda dan uang untuk meneladan Yesus membagikan sebagaian harta benda atau kekayaannya bagi mereka yang miskin dan berkekurangan. Menurut hemat saya tidak cukup hanya membuat kejutan pada hari-hari khusus seperti Idul Fitri, Imlek, Paskah atau Natal, dst..membagikan sesuatu kepada yang miskin dan berkekurangan. Mungkin akan sulit untuk memberi makan seperti Yesus, tetapi hemat saya perhatian dan bantuan yang sangat mendesak pada saat ini antara lain beaya untuk pendidikan dan kesehatan, maka kami berharap kiranya ada gerakan memberi beasiswa kepada peserta didik yang miskin/dari keluarga miskin serta bantuan sosial kesehatan bagi mereka. Jika mereka memperoleh bantuan dalam hal pendidikan dan kesehatan, rasanya dalam hal lain mereka dengan kesederhanaan dan perjuangan mereka akan tetap dapat hidup sejahtera.
· "Biarkanlah mereka, sebab jika maksud dan perbuatan mereka berasal dari manusia, tentu akan lenyap, tetapi kalau berasal dari Allah, kamu tidak akan dapat melenyapkan orang-orang ini; mungkin ternyata juga nanti, bahwa kamu melawan Allah." (Kis 5:38-39), demikian kata Gamaliel, salah seorang tokoh Farisi yang berani berbeda pendapat dengan rekan-rekannya. Keterbukaan seorang tokoh dan pemimpin hidup bersama macam ini rasanya layak ditiru oleh siapapun yang berpengaruh dalam kehidupan bersama. Cintakasih dan kebebasan itulah yang hendaknya menjiwai hidup bersama, sehingga tidak ada tekanan, intimidasi atau ancaman maupun saling memojokkan dan menyalahkan. Masing-masing atau setiap orang diberi dan mendapat kesempatan serta kemungkinan untuk bertumbuh dan berkembang sesuai dengan tuntutan zaman atau keadaan. Para pemimpin atau atasan hendaknya juga sungguh terbuka terhadap aneka saran, masukan atau gagasan baru dari orang lain maupun bawahan atau anggotanya. Para pemimpin atau atasan hendaknya bersikap seperti motto bapak pendidikan kita, Ki Hajar Dewantoro, dalam memfungsikan jabatan atau kedudukannya, yaitu "ing arso asung tulodho, ing madyo ambangun karso, tut wuri handayani" (keteladanan, pemberdayaan dan motivasi). Ketiga motto, keteladanan, pemberdayaan dan motivasi memang tidak mungkin dipisahkan secara tegas dalam praksis, karena saling terkait: pada suatu saat keteladanan yang mendesak, saat lain mungkin pemberdayaan atau motivasi dst.. Tentu saja kami berharap sikap Gamaliel tersebut juga menjadi pedoman atau teladan bagi para orangtua maupun guru/pendidik di dalam keluarga dan sekolah-sekolah.
"Sesungguhnya, aku percaya akan melihat kebaikan TUHAN di negeri orang-orang yang hidup! Nantikanlah TUHAN! Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu! Ya, nantikanlah TUHAN " (Mzm 27:13-14)
Jakarta, 16 April 2010
0 komentar:
Posting Komentar