Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Jumat, 07 September 2012

Minggu Biasa XXIII

Mg Biasa XXIII: Yes 35:4-7a; Yak 2:1-5; Mrk 7: 31-37
"Ia menjadikan segala-galanya baik, yang tuli dijadikan-Nya mendengar, yang bisu dijadikan-Nya berkata-kata."

Orang yang sakit bisu-tuli memang harus menghadapi aneka kesulitan dan tantangan. Dalam tayangan TV sering ada penyiar khusus bagi mereka yang memiliki sakit bisu tuli agar dapat mengetahui dengan baik apa yang sedang ditayangkan atau disiarkan melalui TV. Bisu tuli secara fisik mungkin lebih mudah dibantu atau diselamatkan daripada mereka yang memiliki penyakit bisu tuli secara spiritual atau rohani, karena pada umumnya orang yang bersangkutan akan lebih cenderung hidup dan bertindak hanya mengikuti keinginan atau selera pribadi, dan dengan demikian mengalami aneka keterbatasan dalam dirinya. Yang bersangkutan jelas akan menjadi gangguan dalam hidup bersama, sehingga hidup bersama tidak baik. Dalam Warta Gembira hari ini dikisahkan Yesus menyembuhkan orang tuli sehingga dapat mendengarkan dan orang bisu dapat berkata-kata. Maka sebagai orang yang beriman, khususnya yang beriman kepada Yesus Kristus, kita juga dipanggil untuk meneladanNya, yaitu menyembuhkan saudara-saudari kita yang bisu-tuli secara spiritual atau rohani.

"Ia menjadikan segala-galanya baik, yang tuli dijadikan-Nya mendengar, yang bisu dijadikan-Nya berkata-kata." (Mrk 7:37)

Apa-apa yang baik, luhur, mulia dan indah dst.. memang merupakan karya Allah, dan demikian juga yang dikerjakan atau dibuat oleh Yesus, Penyelamat dunia, dalam kedatanganNya di dunia ini. Tentu saja kita semua yang beriman kepadaNya dipanggil untuk meneladanNya, maka marilah dalam cara hidup dan cara bertindak kita dimana pun dan kapan pun senantiasa mengusahakan dan melakukan apa-apa yang baik, membahagiakan dan menyelamatkan, terutama kebahagiaan dan keselamatan jiwa manusia.

Dalam lingkungan hidup dan kerja kita pasti ada hal-hal yang kurang baik karena kelengahan atau keteledoran manusia, maka marilah kita perbaiki apa yang tidak baik serta kita ajak saudara-saudari kita yang bisu-tuli secara spiritual untuk mengusahakan kepekaan hati, jiwa dan budi dalam mendengarkan apa yang terjadi dalam lingkungan hidup dan kerjanya. Indera pendengaran hemat saya merupakan yang pertama kali berfungsi di antara indera-indera lainnya, namun entah mengapa pada umumnya semakin tambah usia mengalami erosi dalam hal mendengarkan. Mungkin hal itu disebabkan oleh aneka godaan dan rayuan duniawi yang sungguh marak pada masa kini.

Pada bulan Kitab Suci ini baiklah kita fungsikan Kitab Suci untuk membantu saudara-saudari kita tidak bisu dan tuli secara rohani atau spiritual. Apa yang tertulis di dalam Kitab Suci diilhami oleh Allah dan "segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran" (2Tim 3:6). Apa yang tertulis di dalam Kitab Suci pertama-tama dan terutama untuk dibacakan dan didengarkan, bukan untuk didiskusikan atau dijadikan bahan omongan saja. Maka yang membacakan Kitab Suci hendaknya membacakan dengan baik sehingga dapat didengarkan, dan untuk itu hendaknya dipersiapkan, sebaliknya yang mendengarkan hendaknya sungguh mendengarkan. Kami percaya jika kita sungguh dapat mendengarkan dengan baik apa yang dibacakan dari Kitab Suci, maka kita pasti akan tidak tuli lagi terhadap aneka bisikan Roh Kudus yang menggejala dalam aneka kehendak baik saudara-saudari kita.

Jika kita menjadi pendengar yang baik dan dengan demikian kita kaya akan hal-hal baik sebagaimana diinspirasikan oleh sabda atau firman Allah, hendaknya apa yang kita dengarkan dan telah kita hayati segera diteruskan kepada orang lain. Dengan kata lain hendaknya dalam wacana atau omongan kita tidak hanya sekedar bicara atau omong saja, melainkan apa yang kita bicarakan atau omongkan adalah hal-hal baik, yang berinspirasi pada sabda atau firman Allah. Semoga kita terbiasa bercakap-cakap perihal apa-apa yang baik dan saling mendengarkan dengan baik dalam percakapan, sehingga kita semua diperkaya dalam hal-hal baik, keutamaan-keutamaan atau nilai-nilai kehidupan yang membahagiakan atau menyelamatkan, terutama kebahagiaan atau keselamatan jiwa manusia. Kami berharap pembacaan Kitab Suci ini dapat dilakukan setiap hari di dalam keluarga-keluarga, atau kalau tidak mungkin seluruh anggota keluarga dapat hadir karena tugas dan pekerjaan, kiranya dapat dilakukan dengan anggota keluarga yang ada atau sendirian. Ketika membaca Kitab Suci sendirian, hendaknya tidak dalam batin saja, melainkan disuarakan sehingga telinga dapat mendengarkan.

"Saudara-saudaraku, sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus, Tuhan kita yang mulia, janganlah iman itu kamu amalkan dengan memandang muka. Sebab, jika ada seorang masuk ke dalam kumpulanmu dengan memakai cincin emas dan pakaian indah dan datang juga seorang miskin ke situ dengan memakai pakaian buruk, dan kamu menghormati orang yang berpakaian indah itu dan berkata kepadanya: "Silakan tuan duduk di tempat yang baik ini!", sedang kepada orang yang miskin itu kamu berkata: "Berdirilah di sana!" atau: "Duduklah di lantai ini dekat tumpuan kakiku!",bukankah kamu telah membuat pembedaan di dalam hatimu dan bertindak sebagai hakim dengan pikiran yang jahat?" (Yak 2:1-4)
Apa yang dikatakan oleh Yakobus di atas ini kiranya baik kita renungkan dan refleksikan. Kita diingatkan dan diajak untuk tidak membedakan satu sama lain dalam hidup dan pergaulan dimana pun, dan menghayati motto "berdiri sama tinggi dan duduk sama rendah" alias sama-sama ciptaan Allah. Perbedaan yang ada di antara kita lebih bersifat fungsional, yaitu memfungsikan agar apa yang sama di antara kita dihayati semakin mendalam dan akurat serta handal.

Baik kepada mereka yang kaya raya dengan pakaian indah, menarik dan mahal besera asessorinya yang indah juga maupun mereka yang miskin dan compang-camping, kami harapkan untuk saling menghormati dan menghargai satu sama lain, dapat hidup bersama, berdampingan dengan mesra. Mereka yang kaya raya hendaknya tidak menjadi sombong serta melecehkan mereka yang miskin, sebaliknya mereka yang miskin kami harapkan tidak perlu kecil hati atau minder. Memang semuanya itu bermula dari hati kita masing-masing, maka kami harapkan kita semua memiliki kerendahan hati, keutamaan yang paling mendasar. Kita diingatkan untuk menghayati iman kita tanpa memandang muka, yang memang berbeda satu sama lain, melainkan lebih memandang apa yang ada di dalam  hati, karena kami percaya kita semua memiliki hati yang sama-sama baik.  
"Kuatkanlah hati, janganlah takut! Lihatlah, Allahmu akan datang dengan pembalasan dan dengan ganjaran Allah. Ia sendiri datang menyelamatkan kamu!" (Yes 35:4). "Kuatkanlah hati, janganlah takut" inilah yang hendaknya kita renungkan dan hayati. Jika kita lebih memandang dan memperhatikan apa yang sama di antara kita, maka kita tidak akan kecil hati dan tidak akan takut sama sekali bertemu dan bercakap-cakap dengan siapapun. Jika kita mengalami kesulitan bahasa lidah atau vocal, baiklah kita gunakan bahasa tubuh dalam percakapan kita. Dengan bahasa tubuh kita dapat berkomunikasi dan bercakap-cakap dengan siapapun tanpa pandang bulu atau muka. Bahasa tubuh adalah bahasa yang dianugerahkan oleh Allah kepada semua orang, maka marilah kita fungsikan dalam kebersamaan  kita dimana pun dan kapan pun.

"TUHAN membuka mata orang-orang buta, TUHAN menegakkan orang yang tertunduk, TUHAN mengasihi orang-orang benar.TUHAN menjaga orang-orang asing, anak yatim dan janda ditegakkan-Nya kembali, tetapi jalan orang fasik dibengkokkan-Nya. TUHAN itu Raja untuk selama-lamanya, Allahmu, ya Sion, turun-temurun! Haleluya!"
 (Mzm 146:8-10)
Ign 9 September 2012

8 sept

"Janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu"
(Rm 8:28-30; Mat 1:18-25)
"Kelahiran Yesus Kristus adalah seperti berikut: Pada waktu Maria, ibu-Nya, bertunangan dengan Yusuf, ternyata ia mengandung dari Roh Kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami isteri. Karena Yusuf suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama isterinya di muka umum, ia bermaksud menceraikannya dengan diam-diam.Tetapi ketika ia mempertimbangkan maksud itu, malaikat Tuhan nampak kepadanya dalam mimpi dan berkata: "Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus. Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka." Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi: "Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel" -- yang berarti: Allah menyertai kita. Sesudah bangun dari tidurnya, Yusuf berbuat seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan itu kepadanya. Ia mengambil Maria sebagai isterinya, tetapi tidak bersetubuh dengan dia sampai ia melahirkan anaknya laki-laki dan Yusuf menamakan Dia Yesus" (Mat 1:18-15), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta Kelahiran SP Maria hari ini, saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   SP Maria kita imani suci sejak dalam kandungan, demikian juga setelah dilahirkan maupun tumbuh berkembang sebagai manusia, SP Maria tetap suci adanya. Sebagai gadis perawan yang suci ia bertunangan dengan Yusuf, dan pada suatu hari SP Maria menerima kabar gembira bahwa ia akan mengandung anak laki-laki, Penyelamat Dunia, karena Roh Kudus, bukan karena hubungan seksual dengan laki-laki. Karena masih bertunangan dan mengandung bukan karena Yusuf, maka ketika Yusuf mendengar bahwa SP Maria mengandung, Yusuf bermaksud untuk meninggalkan SP Maria. Yusuf juga orang suci dan tak pernah mau mencemarkan nama baik orang lain, maka ketika ia bermaksud meninggalkan SP Maria menerima penampakan malaikat Allah dalam mimpi yang berkata :"Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus. Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka". Dan Yusuf pun mentaati apa yang diperintahkan oleh Allah tersebut. Maka dalam rangka mengenangkan Kelahiran SP Maria ini pertama-tama kami mengajak dan mengingatkan kita semua untuk senantiasa menjaga kesucian diri kita masing-masing, dan tidak takut melakukan apa-apa yang baik dan menyelamatkan, terutama keselamatan jiwa manusia, meskipun untuk itu harus menghadapi aneka tantangan, masalah dan hambatan. Jangan sekali-kali takut melakukan apa yang baik dan suci, mengurus dan mengelola apa-apa yang suci dan baik.
·   "Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah. Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara." (Rm 8:28-29), demikian kesaksian iman Paulus, yang selayaknya kita renungkan atau refleksikan. "Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia", inilah yang hendaknya kita renungkan. Kami percaya bahwa kita semua hidup dan bekerja untuk mendatangkan alias senantiasa berusaha melakukan apa yang baik dan menyelamatkan, terutama keselamatan jiwa manusia. Maka baiklah kami ajak dan ingatkan: hendaknya tidak hanya mengandalkan diri kita, yang lemah dan rapuh ini, melainkan seraya bekerja keras dalam melakukan apa yang baik dan menyelamatkan, kita sekaligus mengandalkan rahmat dan bantuan Allah, sehingga bersama dan bersatu dengan Allah dalam melakukan segala sesuatu pasti akan menghasilkan apa yang baik dan menyelamatkan, dan segala usaha kita akan sukses atau berhasil. Marilah kita sadari dan hayati bahwa kita, sebagai umat beriman, seharusnya senantiasa mengandalkan diri pada Allah dalam aneka cara hidup dan cara bertindak kita dimana pun dan kapan pun. Dengan kata lain kami mengajak kita semua dalam semangat iman hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, agar cita-cita 'kesejahteraan bagi seluruh bangsa' segera menjadi kenyataan atau terwujud, tidak berhenti pada cita-cita atau harapan belaka. Marilah kita hidup dan bertindak sesuai dengan rencana Allah bagi diri kita masing-masing, sesuai dengan bakat, keterampilan yang dianugerahkan oleh Allah demi kesejahteraan umum
"Tetapi aku, kepada kasih setia-Mu aku percaya, hatiku bersorak-sorak karena penyelamatan-Mu. Aku mau menyanyi untuk TUHAN, karena Ia telah berbuat baik kepadaku" (Mzm 13:6)
Ign 8 September 2012

Kamis, 06 September 2012

7 Sept

"Anggur yang baru harus disimpan dalam kantong yang baru pula"
(1Kor 4:1-5; Luk 5:33-39)

"Orang-orang Farisi itu berkata pula kepada Yesus: "Murid-murid Yohanes sering berpuasa dan sembahyang, demikian juga murid-murid orang Farisi, tetapi murid-murid-Mu makan dan minum." Jawab Yesus kepada mereka: "Dapatkah sahabat mempelai laki-laki disuruh berpuasa, sedang mempelai itu bersama mereka? Tetapi akan datang waktunya, apabila mempelai itu diambil dari mereka, pada waktu itulah mereka akan berpuasa." Ia mengatakan juga suatu perumpamaan kepada mereka: "Tidak seorang pun mengoyakkan secarik kain dari baju yang baru untuk menambalkannya pada baju yang tua. Jika demikian, yang baru itu juga akan koyak dan pada yang tua itu tidak akan cocok kain penambal yang dikoyakkan dari yang baru itu. Demikian juga tidak seorang pun mengisikan anggur yang baru ke dalam kantong kulit yang tua, karena jika demikian, anggur yang baru itu akan mengoyakkan kantong itu dan anggur itu akan terbuang dan kantong itu pun hancur. Tetapi anggur yang baru harus disimpan dalam kantong yang baru pula. Dan tidak seorang pun yang telah minum anggur tua ingin minum anggur yang baru, sebab ia akan berkata: Anggur yang tua itu baik." (Luk 5:33-19), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Memasuki 'hidup baru' kiranya hampir dialami oleh semua orang, misalnya baptisan baru, pelajar/ murid/mahasiswa baru, keluarga baru, imam/bruder/suster baru, pekerja baru, dst.. Dalam memasuki 'hidup baru' senantiasa harus menghadapi tata tertib atau aturan yang berlaku yang harus ditaati dan dilaksanakan. Sabda hari ini mengingatkan dan mengajak kita semua bahwa di dalam menempuh dan menghayati 'hidup/panggilan baru' kita diajak untuk sungguh hidup baru, yang berarti senantiasa siap sedia untuk berubah dan diperbaharui agar tumbuh berkembang menjadi pribadi-pribadi yang sungguh telah memasuki hidup atau panggilan baru. Dengan kata lain kita semua harus senantiasa siap sedia untuk berubah, dan ingatlah serta sadari bahwa yang abadi di dunia ini adalah perubahan, maka bagi mereka yang tak bersedia berubah akan ketinggalan zaman serta menderita sengsara dalam hidupnya. Pertama-tama kami mengingatkan kita semua umat katolik untuk setia menghayati janji baptis yang telah diikrarkan. Kepada para pelajar/murid atau mahasiswa kami ajak untuk setia menghayati janji pelajar atau mahasiswa yang ada di dalam tempat pendidikan masing-masing, kepada mereka yang berkeluarga, sebagai suami-isteri hendaknya setia pada pasangan masing-masing dan bersama-sama menghayati atau melaksanakan janji perkawinan sampai mati alias tidak bercerai. Akhirnya kepada rekan-rekan imam, bruder dan suster kami ajak dapat menjadi teladan dalam kesetiaan pada semangat pendiri, janji atau kaul-kaul.

·   "Demikianlah hendaknya orang memandang kami: sebagai hamba-hamba Kristus, yang kepadanya dipercayakan rahasia Allah. Yang akhirnya dituntut dari pelayan-pelayan yang demikian ialah, bahwa mereka ternyata dapat dipercayai.Bagiku sedikit sekali artinya entahkah aku dihakimi oleh kamu atau oleh suatu pengadilan manusia. Malahan diriku sendiri pun tidak kuhakimi." (1Kor 4:1-3), demikian kesaksian, yang kiranya dapat menjadi bahan atau refleksi kita semua, umat beriman. "Dapat dipercaya" itulah kiranya yang baik kita refleksikan. Orang yang dapat dipercaya pada umumnya setia dan taat pada panggilan dan tugas pengutusan dalam situasi dan kondisi macam apapun dan dimana pun. "Setia adalah sikap dan perilaku yang menunjukkan keterikatan dan kepedulian atas perjanjian yang telah dibuat. Ini diwujudkan dalam perilaku tetap memilih dan mempertahankan perjanjian yang telah dibuat dari godaan-godaan yang lebih menguntungkan" (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka-Jakarta 1997, hal 24-25). Godaan-godaan yang menggoncang dan akhirnya dapat meruntuhkan kesetiaan kita pada masa kini sangat banyak, entah itu berupa penyelewengan atau perselingkuhan. Penyelewengan sering terjadi di kalangan para pelajar maupun pekerja , sedangkan perselingkungan terjadi di kalangan orang-orang terpanggil, entah terpanggil menjadi suami dan isteri, maupun imam, bruder dan suster. Perselingkungan di kalangan pekerja atau pegawai yang telah bersuami atau beristeri pada umumnya terjadi pada jam-jam istirahat, dan menurut informasi yang kami terima perselingkungan antar pegawai atau pekerja sering dilakukan di hotel-hotel atau penginapan kelas melati, yang dapat dibooking atau dipesan dengan hitungan jam. Jam istirahat yang sebenarnya dimaksudkan untuk makan siang digunakan berselingkuh dengan rekan kerja atau kenalan.

"Percayalah kepada TUHAN dan lakukanlah yang baik, diamlah di negeri dan berlakulah setia, dan bergembiralah karena TUHAN; maka Ia akan memberikan kepadamu apa yang diinginkan hatimu. Serahkanlah hidupmu kepada TUHAN dan percayalah kepada-Nya, dan Ia akan bertindak; Ia akan memunculkan kebenaranmu seperti terang, dan hakmu seperti siang" (Mzm 37:3-6)
Ign 7 September 2012