Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Jumat, 26 Maret 2010

28 Mar - Yes 50: 4-7; Flp 2:6-11; Luk 23:1-49

"Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib".

MINGGU PALMA : Yes 50: 4-7; Flp 2:6-11; Luk 23:1-49

Ketika ada seorang pemimpin atau kepala Negara berkunjung ke tempat tertentu, entah dinegaranya sendiri atau Negara lain, pada umumnya jauh sebelumnya dipersiapkan lebih-lebih dalam hal pengamanan. Kendaraan atau mobil yang digunakan sang pemimpin pada umumnya mewah serta anti peluru. Jalan-jalan yang akan dilalui disterilkan dari berbagai macam gangguan, pada saat sang pemimpin melintas semua kendaraan lain harus menyingkir atau berhenti. Pengawalan pada saat dalam perjalanan pun sangat ketat. Semuanya itu dilakukan demi keselamatan sang pemimpin, yang mungkin sedang dalam ancaman pembunuhan yang dilakukan oleh orang atau oknum yang tidak suka kepadanya. Pada hari ini kita mengenangkan Yesus, Sang Raja, memasuki kota Yerusalem dengan mengendarai keledai dan di dalam perjalananNya dielu-elukan oleh rakyat/orang banyak secara spontan. Tidak ada sterilisasi jalan yang akan dilewatiNya, bahkan orang kebanyakan atau rakyat merapat di samping dan dibelakang Yesus, sambil mengelu-elukan Yesus apa adanya. Hari ini kita masuki Pekan Suci, untuk 'menyertai perjalanan Yesus menuju Kalvari, mempersembahkan diri dengan wafat di kayu salib, dan kemudian pada hari ketiga dibangkitkan dari mati', maka baiklah kita juga mawas diri 'sejauh mana kita siap sedia mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan dan sesama' demi kebahagiaan dan keselamatan bersama.

 

"Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan,melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib" (Fil 2:6-8) 

 

KedatanganNya di dunia ini dijiwai oleh kerendahan hati, Ia "menjadi sama dengan manusia", dan tugas pengutusanNya juga dimahkotai dengan kerendahan hati, "Ia telah merendahkan diriNya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib".  Maka baiklah dalam memasuki Pekan Suci ini kami mengajak kita semua untuk mawas diri dengan mengumpulkan atau mengenangkan aneka pengalaman selama bermatiraga sejak Rabu Abu: sejauh mana kita telah belajar rendah hati dan kemudian tergerak untuk memperdalam, memperkuat dan memperteguh penghayatan kerendahan hati dalam hidup sehari-hari.

 

Dalam perjalanan memahkotai tugas pengutusanNya, Yesus harus menghadapi aneka tantangan yang datang dari aneka kelompok masyarakat, termasuk petinggi wilayah, seperti Pilatus. Orang-orang Yahudi menghadapkan Yesus kepada Pilatus dengan tuduhan bahwa Yesus menghasut rakyat untuk tidak membayar pajak dan menyatakan DiriNya sebagai Raja. Yesus juga dihadapkan pada raja Herodes. Baik Pilatus maupun Herodes merasa tidak menemukan kesalahan apa-apa yang dilakukan oleh Yesus, tetapi orang-orang Yahudi tetap terus dengan gencar menghendaki agar Yesus dihukum mati. Ia menjadi 'kambing hitam', harus mati demi keselamatan seluruh bangsa/dunia. Orang baik dan benar di dalam hidup bersama di masyarakat memang dapat menjadi 'kambing hitam', mengemban tanggungjawab dan beban sangat besar demi keselamatan atau kebahagiaan umum, siap menderita dan mati bagi sesamanya.

 

Marilah kita meneladan Yesus yang rendah hati sampai mati. "Rendah hati adalah sikap dan perilaku yang tidak suka menonjolkan dan menomorsatukan diri, yaitu dengan menenggang perasaan orang lain. Meskipun pada kenyataannya lebih dari orang lain, ia dapat menahan diri untuk tidak menonjolkan dirinya" (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 24). Kami berharap mereka atau siapapun yang menjadi tokoh atau berpengaruh dalam hidup bersama dapat menjadi teladan dalam penghayatan kerendahan hati. Semakin tambah usia/tua, semakin kaya akan berbagai hal, semakin pandai/cerdas, semakin memiliki aneka jabatan dan fungsi dst.. hendaknya juga semakin rendah hati, sebagaimana dikatakan oleh sebuah pepatah "bulir-bulir padi atau keladi semakin berisi membuat batangnya semakin menunduk".

 

"Hai puteri-puteri Yerusalem, janganlah kamu menangisi Aku, melainkan tangisilah dirimu sendiri dan anak-anakmu" (Luk 23:28)   

 

Jika ada orang akan meninggal dunia, pada umumnya rekan-rekan perempuan lebih terasa penderitaan-nya dan jika yang akan meninggal dunia adalah yang terkasih, maka meledaklah tangisan mereka. Para perempuan atau puteri Yerusalem menangisi Yesus, yang menderita sambil memanggul salib menuju puncak Kalvari untuk disalibkan atau dihukum mati, namun dalam penderitaanNya Yesus berkata kepada mereka :"Hai puteri-puteri Yerusalem, janganlah kamu menangisi Aku, melainkan tangisilah dirimu sendiri dan anak-anakmu". Apa maksud perkataan Yesus ini? Baiklah sabda Yesus ini kita renungkan atau refleksikan bersama dalam rangka memasuki Pekan Suci ini.

 

"Tangisilah dirimu dan anak-anakmu"; perintah ini kiranya baik menjadi permenungan atau refleksi bagi para orangtua atau bapak-ibu. Suatu ajakan untuk melihat diri sendiri maupun anak-anak dengan benar dan jujur serta untuk bersama-sama berjuang dan berkorban demi keselamatan atau kebahagiaan umum/bersama. Pertama-tama marilah kita, seluruh anggota keluarga, bersama-sama merenungkan kisah sengsara Yesus, dan kiranya baik diselenggarakan atau diadakan sharing pengalaman perihal perjuangan dan pengorbanan masing-masing dalam rangka menghayati panggilan atau melaksanakan tugas pengutusan.

 

Marilah kita bersama-sama menghayati iman, sebagaimana dihayati oleh Yesaya ini : "Tuhan ALLAH telah memberikan kepadaku lidah seorang murid, supaya dengan perkataan aku dapat memberi semangat baru kepada orang yang letih lesu. Setiap pagi Ia mempertajam pendengaranku untuk mendengar seperti seorang murid. Tuhan ALLAH telah membuka telingaku, dan aku tidak memberontak, tidak berpaling ke belakang. Aku memberi punggungku kepada orang-orang yang memukul aku, dan pipiku kepada orang-orang yang mencabut janggutku. Aku tidak menyembunyikan mukaku ketika aku dinodai dan diludahi" (Yes 50:4-6). Kita meneladan Yesus, yang tidak mengeluh, menggerutu atau marah ketika harus memanggul salib ke puncak Kalvari. Dengan kata lain hendaknya kita senantiasa siap sedia untuk 'dikasihi'. Ingat dikasihi berarti juga dikritik, diberi saran, dituntun, diberi nasihat, diejek, dst..alias direndahkan atau dilecehkan. Hemat saya pada masa kini banyak orang sulit untuk dikasihi, maunya hanya mengasihi saja. Marilah kita sadari dan hayati bahwa ketika kita masih kanak-kanak/bayi, kita sungguh siap sedia untuk dikasihi, dan hendaknya pengalaman tersebut dikenangkan dan diteguhkan kembali dalam perjalanan mengarungi samodera kehidupan masa kini.

 

"Anjing-anjing mengerumuni aku, gerombolan penjahat mengepung aku, mereka menusuk tangan dan kakiku. Segala tulangku dapat kuhitung; mereka menonton, mereka memandangi aku. Mereka membagi-bagi pakaianku di antara mereka, dan mereka membuang undi atas jubahku. Tetapi Engkau, TUHAN, janganlah jauh; ya kekuatanku, segeralah menolong aku "

(Mzm 22:17-20)

 

Jakarta, 28 Maret 2010


27 Mar - Yeh 37:21-28; Yoh 11:45-56

"Lebih berguna bagimu jika satu orang mati untuk bangsa kita dari pada seluruh bangsa kita ini binasa."

(Yeh 37:21-28; Yoh 11:45-56)

 

"Banyak di antara orang-orang Yahudi yang datang melawat Maria dan yang menyaksikan sendiri apa yang telah dibuat Yesus, percaya kepada-Nya. Tetapi ada yang pergi kepada orang-orang Farisi dan menceriterakan kepada mereka, apa yang telah dibuat Yesus itu. Lalu imam-imam kepala dan orang-orang Farisi memanggil Mahkamah Agama untuk berkumpul dan mereka berkata: "Apakah yang harus kita buat? Sebab orang itu membuat banyak mujizat.Apabila kita biarkan Dia, maka semua orang akan percaya kepada-Nya dan orang-orang Roma akan datang dan akan merampas tempat suci kita serta bangsa kita."Tetapi seorang di antara mereka, yaitu Kayafas, Imam Besar pada tahun itu, berkata kepada mereka: "Kamu tidak tahu apa-apa,dan kamu tidak insaf, bahwa lebih berguna bagimu, jika satu orang mati untuk bangsa kita dari pada seluruh bangsa kita ini binasa."Hal itu dikatakannya bukan dari dirinya sendiri, tetapi sebagai Imam Besar pada tahun itu ia bernubuat, bahwa Yesus akan mati untuk bangsa itu,dan bukan untuk bangsa itu saja, tetapi juga untuk mengumpulkan dan mempersatukan anak-anak Allah yang tercerai-berai. Mulai dari hari itu mereka sepakat untuk membunuh Dia. Karena itu Yesus tidak tampil lagi di muka umum di antara orang-orang Yahudi, Ia berangkat dari situ ke daerah dekat padang gurun, ke sebuah kota yang bernama Efraim, dan di situ Ia tinggal bersama-sama murid-murid-Nya.Pada waktu itu hari raya Paskah orang Yahudi sudah dekat dan banyak orang dari negeri itu berangkat ke Yerusalem untuk menyucikan diri sebelum Paskah itu. Mereka mencari Yesus dan sambil berdiri di dalam Bait Allah, mereka berkata seorang kepada yang lain: "Bagaimana pendapatmu? Akan datang jugakah Ia ke pesta?" (Yoh 11:45-56), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Hari ini hari terakhir sebelum kita memasuki Pekan/Minggu Suci, untuk mengenangkan sengsara, wafat dan kebangkitan Yesus dari mati, puncak iman kepercayaan kita. Dalam warta gembira hari ini seorang imam besar berkata: "Lebih berguna bagimu, jika satu orang mati untuk bangsa kita dari pada seluruh bangsa kita ini binasa.". Secara sosio-politis apa yang dikatakan imam besar ini memang  benar, karena kalau Yesus dibiarkan terus berpengaruh terhadap orang-orang Yahudi dan ada kemungkinan orang-orang Yahudi tidak mau membayar pajak yang tidak wajar itu, maka tentara Roma /kaisar Roma akan menghancurkan para tokoh Yahudi tersebut; sedangkan secara iman kristiani, yang kiranya tidak disadari oleh sang imam besar tersebut, hal itu meneguhkan tugas pengutusan Yesus. Yesus akan mati, mempersembahkan Diri seutuhnya demi keselamatan seluruh bangsa, Ia menjadi pengorban dan korban sekaligus demi keselamatan seluruh bangsa. Kiranya hal ini baik menjadi inspirasi bagi kita semua: bersediakah kita berkorban demi keselamatan diri kita sendiri maupun orang lain? Atau berkorban demi kesejahteraan umum? Selama kurang lebih empat puluh hari kita diajak mawas diri perihal panggilan untuk 'melawan kemiskinan', tema APP tahun ini, maka baiklah kita bertanya pada diri sendiri: sejauh mana saya telah siap sedia untuk berkorban dalam melawan dan memberantas aneka macam bentuk kemiskinan?

·   "Aku akan mengadakan perjanjian damai dengan mereka, dan itu akan menjadi perjanjian yang kekal dengan mereka. Aku akan memberkati mereka dan membuat mereka banyak dan memberikan tempat kudus-Ku di tengah-tengah mereka untuk selama-lamanya. Tempat kediaman-Ku pun akan ada pada mereka dan Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku" (Yeh 37:26-27). Janji Tuhan kepada bangsa terpilih melalui nabi Yeheskiel ini kiranya baik kita renungkan. Janji tersebut juga terarah kepada kita semua, umat beriman. Benarkah masing-masing dari kita menjadi 'tempat kediaman Tuhan'? benarkah kita menjadi umat Tuhan, orang-orang yang sungguh melaksanakan kehendak dan perintah Tuhan? Jika kita sungguh beriman serta menjadi 'tempat kediaman Tuhan', maka kemanapun kita pergi dan dimanapun kita berada akan menjadi berkat bagi sesama, dan dengan demikian kita saling memberkati, saling berdamai dan saling mengasihi. Marilah kita masuki Pekan Suci dengan hati, jiwa, akal budi dan tubuh yang bersih, agar kita layak menggabungkan diri dalam perjalanan Yesus menuju 'Kalvari', untuk menjadi berkat dan rahmat bagi seluruh dunia atau bangsa.  Marilah siap sedia dan rela untuk menjadi 'penyalur-penyalur rahmat dan berkat Tuhan bagi sesama', lebih-lebih bagi mereka yang sungguh membutuhkan, yang miskin dan berkekurangan. Kami berharap kepada mereka yang saling bermusuhan untuk berdamai dan berjabatan tangan, lebih dengan mereka yang dekat dengan kita, yang setiap hari hidup dan bekerja dengan kita.

 

"Dengarlah firman TUHAN, hai bangsa-bangsa, beritahukanlah itu di tanah-tanah pesisir yang jauh, katakanlah: Dia yang telah menyerakkan Israel akan mengumpulkannya kembali, dan menjaganya seperti gembala terhadap kawanan dombanya!  Sebab TUHAN telah membebaskan Yakub, telah menebusnya dari tangan orang yang lebih kuat dari padanya." (Yer. 31:10-11)

Jakarta, 27 Maret 2010       

 


Kamis, 25 Maret 2010

26 Mar - Yer 20:10-13; Yoh 10:31-42

"Semua yang pernah dikatakan Yohanes tentang orang ini adalah benar."

(Yer 20:10-13; Yoh 10:31-42)


"Sekali lagi orang-orang Yahudi mengambil batu untuk melempari Yesus. Kata Yesus kepada mereka: "Banyak pekerjaan baik yang berasal dari Bapa-Ku yang Kuperlihatkan kepadamu; pekerjaan manakah di antaranya yang menyebabkan kamu mau melempari Aku?" Jawab orang-orang Yahudi itu: "Bukan karena suatu pekerjaan baik maka kami mau melempari Engkau, melainkan karena Engkau menghujat Allah dan karena Engkau, sekalipun hanya seorang manusia saja, menyamakan diri-Mu dengan Allah." Kata Yesus kepada mereka: "Tidakkah ada tertulis dalam kitab Taurat kamu: Aku telah berfirman: Kamu adalah allah? Jikalau mereka, kepada siapa firman itu disampaikan, disebut allah -- sedang Kitab Suci tidak dapat dibatalkan --, masihkah kamu berkata kepada Dia yang dikuduskan oleh Bapa dan yang telah diutus-Nya ke dalam dunia: Engkau menghujat Allah! Karena Aku telah berkata: Aku Anak Allah? Jikalau Aku tidak melakukan pekerjaan-pekerjaan Bapa-Ku, janganlah percaya kepada-Ku, tetapi jikalau Aku melakukannya dan kamu tidak mau percaya kepada-Ku, percayalah akan pekerjaan-pekerjaan itu, supaya kamu boleh mengetahui dan mengerti, bahwa Bapa di dalam Aku dan Aku di dalam Bapa." Sekali lagi mereka mencoba menangkap Dia, tetapi Ia luput dari tangan mereka. Kemudian Yesus pergi lagi ke seberang Yordan, ke tempat Yohanes membaptis dahulu, lalu Ia tinggal di situ. Dan banyak orang datang kepada-Nya dan berkata: "Yohanes memang tidak membuat satu tanda pun, tetapi semua yang pernah dikatakan Yohanes tentang orang ini adalah benar." Dan banyak orang di situ percaya kepada-Nya" (Yoh 10:31-42), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   "Lihatlah Anak domba Allah!" (Yoh 1:36), demikian kata Yohanes Pembaptis kepada para murid, di tepi sungai Yordan. Yohanes mengatakan kepada mereka bahwa Yesus adalah Allah yang menjadi Manusia, turun ke dunia untuk menyelamatkan dunia. Beberapa tokoh orang-orang Yahudi tidak percaya akan hal itu, maka ketika Ia menyatakan diri sebagai Allah, mereka ingin melempari Yesus sampai mati alias membunuhNya. Tetapi banyak orang semakin percaya kepadaNya, yaitu rakyat biasa yang memang lebih terbuka pada Penyelenggaraan Ilahi daripada para tokoh. Maka marilah kita mawas diri: melalui aneka pengalaman perjalanan hidup iman kita sampai kini, apakah saya semakin beriman, semakin meneladan cara hidup dan cara bertindak Yesus, ataukah semakin menjauh dari Tuhan alias semakin kafir. Kami berharap kita semua melalui berbagai pengalaman semakin beriman, semakin mempercayakan diri pada Penyelenggaraan Ilahi. Kami berharap kita siap sedia untuk memasuki Pekan atau Minggu Suci untuk mengenangkan kisah puncak iman kita, kisah Sengsara dan Wafat serta Kebangkitan Yesus. Kami berharap kita semua semakin siap sedia untuk menjadi pelaksana-pelaksana kehendak atau  perintah Tuhan dalam dan melalui hidup dan sepak terjang kita sehari-hari. Semoga melalui cara hidup dan cara bertindak kita juga semakin banyak orang tergerak untuk semakin beriman, semakin membaktikan diri seutuhnya kepada Tuhan.

·   "TUHAN menyertai aku seperti pahlawan yang gagah, sebab itu orang-orang yang mengejar aku akan tersandung jatuh dan mereka tidak dapat berbuat apa-apa. Mereka akan menjadi malu sekali, sebab mereka tidak berhasil, suatu noda yang selama-lamanya tidak terlupakan" (Yer 20:11), demikian keyakinan iman Yeremia yang sedang diancam oleh musuh-musuh atau lawan-lawannya. Mungkin saat ini anda juga sedang mengalami atau menghadapi ancaman dalam penghayatan iman; jika memang demikian marilah menyatukan diri pada sikap Yeremia.  Percayalah dan imanilah bahwa jika kita senantiasa bersama dan bersatu dengan Tuhan pasti akan mampu mengalahkan atau mengatasi aneka ancaman, godaan dan hambatan, yang lahir dari 'setan'. Tuhan adalah mahasegalanya, maka bersama dan bersatu dengan Tuhan alias hidup baik dan berbudi-pekerti luhur kita pasti akan mampu mengatasi berbagai rintangan, ancaman, godaan dan rayuan yang ingin merongrong kesetiaan kita pada iman, panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing. Maka baiklah kita juga meningkatkan dan memperdalam hidup rohani atau hidup doa kita masing-masing, serentak menghayati bahwa hidup kita ini adalah anugerah Tuhan (kita dapat hidup dan tumbuh berkembang seperti saat ini karena Tuhan). Tanpa Tuhan kita tak mungkin hidup, tumbuh berkembang sebagaimana adanya saat ini. Marilah hidup dan bertindak dijiwai syukur dan terima kasih atas segala anugerah dan kasih karunia Tuhan, yang telah dilimpahkan kepada kita melalui mereka yang telah berbuat baik dan mengasihi kita.

 

"Aku mengasihi Engkau, ya TUHAN, kekuatanku!Ya TUHAN, bukit batuku, kubu pertahananku dan penyelamatku, Allahku, gunung batuku, tempat aku berlindung, perisaiku, tanduk keselamatanku, kota bentengku! Terpujilah TUHAN, seruku; maka aku pun selamat dari pada musuhku. Tali-tali maut telah meliliti aku, dan banjir-banjir jahanam telah menimpa aku, tali-tali dunia orang mati telah membelit aku, perangkap-perangkap maut terpasang di depanku. Ketika aku dalam kesesakan, aku berseru kepada TUHAN, kepada Allahku aku berteriak minta tolong. Ia mendengar suaraku dari bait-Nya, teriakku minta tolong kepada-Nya sampai ke telinga-Nya." (Mzm 18:2-7)

Jakarta, 26 Maret 2010