Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Selasa, 04 September 2012

5 Sep

Aku harus memberitakan Injil Kerajaan Allah sebab untuk itulah Aku diutus."
(1Kor 3:1-9; Luk 4:38-44)

"Kemudian Ia meninggalkan rumah ibadat itu dan pergi ke rumah Simon. Adapun ibu mertua Simon demam keras dan mereka meminta kepada Yesus supaya menolong dia. Maka Ia berdiri di sisi perempuan itu, lalu menghardik demam itu, dan penyakit itu pun meninggalkan dia. Perempuan itu segera bangun dan melayani mereka. Ketika matahari terbenam, semua orang membawa kepada-Nya orang-orang sakitnya, yang menderita bermacam-macam penyakit. Ia pun meletakkan tangan-Nya atas mereka masing-masing dan menyembuhkan mereka. Dari banyak orang keluar juga setan-setan sambil berteriak: "Engkau adalah Anak Allah." Lalu Ia dengan keras melarang mereka dan tidak memperbolehkan mereka berbicara, karena mereka tahu bahwa Ia adalah Mesias. Ketika hari siang, Yesus berangkat dan pergi ke suatu tempat yang sunyi. Tetapi orang banyak mencari Dia, lalu menemukan-Nya dan berusaha menahan Dia supaya jangan meninggalkan mereka. Tetapi Ia berkata kepada mereka: "Juga di kota-kota lain Aku harus memberitakan Injil Kerajaan Allah sebab untuk itulah Aku diutus." Dan Ia memberitakan Injil dalam rumah-rumah ibadat di Yudea." (Luk 4:38-44), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Yesus adalah Penyelamat Dunia, datang ke dunia untuk menyelamatkan seluruh dunia, maka tidak terbatas oleh tempat, daerah atau area tertentu. Kerajaan Allah harus menguasai atau merajai dunia seisinya, maka kita semua yang beriman kepadaNya juga dipanggil untuk berpartisipasi dalam karyaNya. Memang tugas panggilan ini sarat dengan tantangan dan hambatan, sebagaimna juga dialami oleh Yesus, dimana Ia akan dikultuskan atau ditahan di suatu tempat. Untuk menghindari hal itu Yesus berusaha menyendiri, menyepi untuk berdoa. Berdoa dengan tujuan untuk menyadari Jati Diri yang sebenarnya. Buahnya adalah Ia harus meninggalkan mereka karena Ia harus ke kota-kota lain untuk memberitakan Kerajaan Allah. Sebagai orang yang beriman kepadaNya kita semua dipanggil untuk meneladanNya, yaitu tidak membatasi diri dalam menjadi saksi iman atau mewartakan Kabar Baik, menyebarluaskan apa yang baik, menyelamatkan dan membahagiakan jiwa manusia. Mungkin secara konkret hal ini dapat kita hayati di tengah masyarakat maupun tempat kerja kita masing-masing dengan menjadi saksi iman dalam hidup dan kerja sehari-hari. Di lingkungan hidup dan kerja kita setiap hari kiranya kita dapat membantu saudara-saudari kita yang sedang menderita sakit, entah sakit hati, sakit jiwa, sakit akal budi maupun sakit fisik, dengan membantu usaha penyembuhan mereka entah secara langsung atau tidak langsung. Pendek kata kita semua dipanggil untuk memberantas aneka jenis penyakit yang merusak hidup pribadi maupun bersama, tanpa pandang bulu.

·   "Karena itu yang penting bukanlah yang menanam atau yang menyiram, melainkan Allah yang memberi pertumbuhan. Baik yang menanam maupun yang menyiram adalah sama; dan masing-masing akan menerima upahnya sesuai dengan pekerjaannya sendiri. Karena kami adalah kawan sekerja Allah; kamu adalah ladang Allah, bangunan Allah." (1Kor 3:7-9), demikian kesaksian iman atau peringatan Paulus kepada kita semua, umat beriman. Kutipan di atas ini bagi para suami dan isteri kiranya dapat dihayati bahwa suami sebagai yang menanam, yaitu menanam benih dalam rahim isteri, dan isteri sebagai yang menyiram, yang sccara konkret mengandung benih yang tumbuh berkembang selama kurang lebih selama sembilan bulan, sampai benih lahir dari rahim atau kandungan sang isteri sebagai anak/bayi yang menarik dan mempesona. Marilah baik sang suami maupun sang isteri kami ajak untuk tetap rendah hati, karena Allah lah yang menganugerahi pertumbuhan dan perkembangan bagi benih atau janin. Sedangkan bagi para orangtua dan guru/pendidik apa yang dikatakan oleh Paulus di atas boleh dihayati bahwa orangtua sebagai yang menanam dan guru/pendidik sebagai yang menyiram para murid atau peserta didik yang diserahkan oleh orangtua kepada sekolah dengan permohonan bantuan untuk membantu pendidikan anak-anaknya. Sebagaimana suami dan isteri saling bekerjasama dalam cintakasih dan kebebasan, demikian pula kami harapkan orangtua dan guru/pendidik bekerjasama dalam proses pendidikan atau pembelajaran para peserta didik di sekolah. Dalam kerjasama ini hendaknya jangan dilupakan peran Allah yang utama dan pertama, maka hendaknya bersama-sama mencari dan menemukan karya atau kehadiran Allah dalam diri anak-anak, dengan menganugerahi pertumbuhan dan perkembangan. Masing-masing dari kita adalah korban kerjasama antar suami-isteri dengan Allah, maka selayaknya kita semua senantiasa hidup dan bertindak dengan kerjasama dimana pun dan kapan pun.

"Berbahagialah bangsa, yang Allahnya ialah TUHAN, suku bangsa yang dipilih-Nya menjadi milik-Nya sendiri! TUHAN memandang dari sorga, Ia melihat semua anak manusia; dari tempat kediaman-Nya Ia menilik semua penduduk bumi. Dia yang membentuk hati mereka sekalian, yang memperhatikan segala pekerjaan mereka." (Mzm 33:12-15)
Ign 5 September 2012
      

Senin, 03 September 2012

4 September

"Apa urusanMu dengan kami?"
(1Kor 2:10b-16; Luk 4:31-37)

"Kemudian Yesus pergi ke Kapernaum, sebuah kota di Galilea, lalu mengajar di situ pada hari-hari Sabat. Mereka takjub mendengar pengajaran-Nya, sebab perkataan-Nya penuh kuasa. Di dalam rumah ibadat itu ada seorang yang kerasukan setan dan ia berteriak dengan suara keras: "Hai Engkau, Yesus orang Nazaret, apa urusan-Mu dengan kami? Engkau datang hendak membinasakan kami? Aku tahu siapa Engkau: Yang Kudus dari Allah." Tetapi Yesus menghardiknya, kata-Nya: "Diam, keluarlah dari padanya!" Dan setan itu pun menghempaskan orang itu ke tengah-tengah orang banyak, lalu keluar dari padanya dan sama sekali tidak menyakitinya. Dan semua orang takjub, lalu berkata seorang kepada yang lain, katanya: "Alangkah hebatnya perkataan ini! Sebab dengan penuh wibawa dan kuasa Ia memberi perintah kepada roh-roh jahat dan mereka pun keluar." Dan tersebarlah berita tentang Dia ke mana-mana di daerah itu." (Luk 4:31-37), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Mereka yang berbuat jahat atau para penjahat ketika tertangkap basah pada umumnya dengan keras melawan atau bahkan berusaha untuk membinasakan mereka yang berusaha menangkapnya atau paling tidak menakut-nakuti mereka yang mau menangkapnya. Memang begitulah cirikhas roh jahat atau setan yang pada umumnya menggertak mereka yang memusuhi atau membinasakannya. Sebaliknya roh baik pada umumnya bertindak dengan lembut. Maka marilah kita mawas diri: apakah kita lebih dikuasai oleh roh jahat atau roh baik, setan atau malaikat. Kami berharap kepada segenap umat beriman atau pa beragama senantiasa hidup dan bertindak dijiwai oleh roh baik atau malaikat, dan tanpa takut atau tanpa gentar berusaha mengusir roh jahat yang menguasai saudara-saudari kita. Marilah meneladan Yesus yang dengan tenang dan lembut namun tegas mengusir roh jahat dengan berkata "Diam, keluarlah dari padanya". Biarlah karena tindakan kita yang lembut mengusir setan akhirnya membuat orang yang menyaksikannya takjub, serta menyebarluaskan perbuatan baik kita. Dengan kata lain kita semua umat beriman dipanggil untuk senantiasa menjadi saksi kebaikan-kebaikan, sehingga dari diri kita senantiasa tersiarkan apa-apa yang baik. Pada masa kini rasanya cukup banyak orang dikuasai dan dijiwai oleh roh jahat, yang menggejala ke dalam tindakan-tindakan amoral serta merusak kehidupan bersama. Marilah kita bina diri kita bersama-sama agar kata-kata yang keluar melalui mulut kita sungguh memiliki kuasa atau kekuatan untuk mengusir dan memberantas aneka tindak jahat atau amoral.

·   "Manusia rohani menilai segala sesuatu, tetapi ia sendiri tidak dinilai oleh orang lain. Sebab: "Siapakah yang mengetahui pikiran Tuhan, sehingga ia dapat menasihati Dia?" Tetapi kami memiliki pikiran Kristus" (1Kor 2:15-16). Sebagai orang beriman hemat saya kita termasuk 'manusia rohani' artinya orang yang hidup dan bertindak sesuai dengan atau dijiwai oleh roh baik, Roh Kudus. Sebagai manusia rohani dapat menilai segala sesuatu, tetapi tidak dinilai orang lain, artinya manusia rohani senantiasa mampu membaca tanda-tanda zaman maupun aneka macam gerak-gerik sesamanya, tentu saja lebih melihat atau mengutamakan karya roh baik dalam diri sesamanya daripada karya roh jahat, dengan kata lain lebih berpikiran positif daripada berpikiran negatif. Secara khusus kami berharap kepada segenap biarawan dan biarawati yang juga sering disebut sebagai rohaniwan-rohaniwati, yang berarti memang sungguh hidup dan bertindak sesuai dengan dorongan Roh Kudus, karena yang menjadi kesukaan atau kebiasaan hidup adalah senantiasa bergaul dengan Roh Kudus. Hidup dan bertindak dijiwai oleh Roh Kudus berarti cara hidup dan cara bertindaknya berbuah keutamaan-keutamaan atau nilai-nilai kehidupan yang menyelamatkan dan mambahagiakanm yaitu "kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri." (Gal 5:22-23). Semoga para biarawan-biarawati dapat menjadi teladan dalam penghayatan keutamaan-keutamaan atau nilai-nilai tersebut di atas dalam cara hidup dan cara bertindaknya setiap hari dimana pun dan kapan pun, dan segenap umat beriman senantiasa bekerjasama , saling mendukung dan membantu, juga berusaha menghayati keutamaan-keutamaan atau nilai-nilai tersebut diatas. Pecayalah bahwa jika kita bersama-sama berusaha menghayatinya akan lebih berhasil atau sukses daripada sendirian. Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh, demikian kata sebuah pepatah. Kita semua diciptakan dan dididik dalam kerjasama atau merupakan buah kerjasama, maka tidak bekerjasama dalam hidup dan bertindak berarti ingkar diri.

"TUHAN itu pengasih dan penyayang, panjang sabar dan besar kasih setia-Nya. TUHAN itu baik kepada semua orang, dan penuh rahmat terhadap segala yang dijadikan-Nya. Segala yang Kaujadikan itu akan bersyukur kepada-Mu, ya TUHAN, dan orang-orang yang Kaukasihi akan memuji Engkau. Mereka akan mengumumkan kemuliaan kerajaan-Mu, dan akan membicarakan keperkasaan-Mu,"
(Mzm 145:8-10)
Ign 4 September 2012

Minggu, 02 September 2012

3 Sept


"Siapakah yang dapat dianggap terbesar di antara mereka"
(2Kor 4:1-2.5-7; Luk 22:24-30)

" Terjadilah juga pertengkaran di antara murid-murid Yesus, siapakah yang dapat dianggap terbesar di antara mereka. Yesus berkata kepada mereka: "Raja-raja bangsa-bangsa memerintah rakyat mereka dan orang-orang yang menjalankan kuasa atas mereka disebut pelindung-pelindung. Tetapi kamu tidaklah demikian, melainkan yang terbesar di antara kamu hendaklah menjadi sebagai yang paling muda dan pemimpin sebagai pelayan. Sebab siapakah yang lebih besar: yang duduk makan, atau yang melayani? Bukankah dia yang duduk makan? Tetapi Aku ada di tengah-tengah kamu sebagai pelayan. Kamulah yang tetap tinggal bersama-sama dengan Aku dalam segala pencobaan yang Aku alami. Dan Aku menentukan hak-hak Kerajaan bagi kamu, sama seperti Bapa-Ku menentukannya bagi-Ku, bahwa kamu akan makan dan minum semeja dengan Aku di dalam Kerajaan-Ku dan kamu akan duduk di atas takhta untuk menghakimi kedua belas suku Israel" (Luk 22:24-30), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Gregorius Agung, Uskup dan Pujangga Gereja, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Paus adalah yang terbesar di dalam Gereja Katolik, namun sebagai yang terbesar Yang Mulia senantiasa berusaha untuk hidup rendah hati dan sederhana, sebagaimana diucapkan dalam doa Syukur Agung. Maka dengan ini kami mengharapkan siapapun yang merasa terbesar dalam hidup dan kerja bersama untuk senantiasa hidup dan bertindak dengan rendah hati dan sederhana, sebagaimana disabdakan oleh Yesus: "yang terbesar di antara kamu hendaklah menjadi sebagai yang paling muda dan pemimpin sebagai pelayan". Berkali-kali saya mengangkat dan mengingatkan agar siapapun yang merasa terbesar dalam hidup dan kerja bersama hidup dan bertindak dengan rendah hati dan sederhana. Cirikhas orang rendah hati adalah tidak pernah mengeluh atau menggerutu dalam situasi dan kondisi apapun, termasuk pekerjaan atau tugasa berat, makanan atau minuman dst.. namun tetap ceria, gairah dan dinamis, sebagai wujud atau penghayatan bahwa ALLAH senantiasa menyertai dan hidup di dalam dirinya yang lemah dan rapuh. Dengan kata lain apa yang dikatakan dan dilakukan sungguh merupakan kehendak dan suara Allah sendiri. Kami berharap secara khusus kepada rekan-rekan pastor atau imam untuk sungguh hidup dan bertindak dengan rendah hati dalam menghayati panggilan maupun melaksanakan aneka tugas pengutusan dan kewajiban. Demikian pula kami berharap kepada para orangtua untuk menjadi teladan rendah hati bagi anak-anaknya, dan para guru atau pendidik menjadi teladan rendah hati bagi para murid atau peserta didik.

·   "Sebab bukan diri kami yang kami beritakan, tetapi Yesus Kristus sebagai Tuhan, dan diri kami sebagai hambamu karena kehendak Yesus. Sebab Allah yang telah berfirman: "Dari dalam gelap akan terbit terang!", Ia juga yang membuat terang-Nya bercahaya di dalam hati kita, supaya kita beroleh terang dari pengetahuan tentang kemuliaan Allah yang nampak pada wajah Kristus. Tetapi harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami" (2Kor 4:5-7). "Harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami", inilah yang hendaknya menjadi acuan atau pegangan hidup kita sebagai umat beriman atau beragama. Aneka macam jenis barang yang dibuat dari tanah liat memang dengan mudah hancur atau pecah, kembali menjadi tanah liat kembali, demikian pula diri kita ini berasal dari tanah dan akan kembali menjadi tanah setelah meninggal dunia atau dipanggil Tuhan. Dengan kata lain jati diri kita yang asli sebenarnya adalah tanah, maka benarlah apa yang dikatakan oleh Paulus di atas. Bukankah tanah senantiasa diinjak-injak atau berada di tempat paling bawah, namun di atas tanah aneka macam ciptaan Allah dapat hidup, tumbuh dan berkembang. Marilah kita senantiasa siap sedia untuk diinjak-injak alias direndahkan atau dilecehkan, dan biarlah melalui diri kita yang lemah dan rapuh ini tumbuh berkembang aneka keutamaan atau nilai kehidupan yang dibutuhkan untuk hidup sejahtera dan damai sejahtera di bumi maupun di sorga. Jika ada yang baik, mulia, indah dan terpuji dalam diri kita tidak lain merupakan anugerah Allah, dan segala sesuatu yang kita miliki dan kuasai  merupakan anugerah Allah, maka sebagai umat beriman kita senantiasa harus rendah hati, bersyukur dan berterima kasih, serta kemudian mewujudkan syukur dan terima kasih dalam tindakan pelayanan nyata bagi orang lain dimana pun, tanpa pandang bulu.

"Marilah kita bersorak-sorai untuk TUHAN, bersorak-sorak bagi gunung batu keselamatan kita. Biarlah kita menghadap wajah-Nya dengan nyanyian syukur, bersorak-sorak bagi-Nya dengan nyanyian mazmur. Sebab TUHAN adalah Allah yang besar, dan Raja yang besar mengatasi segala allah" (Mzm 95:1-3)
Ign 3 September 2012