Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Sabtu, 17 April 2010

18 Apr - Kis 5:27b-32.40b-41; Why 5:11-14; Yoh 21:1-14

"Tebarkanlah jalamu di sebelah kanan perahu, maka akan kamu peroleh."

Mg Paskah III : Kis 5:27b-32.40b-41; Why 5:11-14; Yoh 21:1-14

 

Beberapa tahun lalu pesawat 'Adam Air' jatuh di perairan/laut antara pulau Kalimantan dan Sulawesi, dalam rangka penerbangan dari Jakarta ke Manado. Konon salah satu sebab mengapa pesawat tersebut kena musibah karena tidak mengikuti jalur atau lintas yang telah ditentukan, dengan kata lain pesawat Adam Air mengambil jalan pintas, yang memang dalam perhitungan waktu dan jarak lebih cepat akan sampai, tetapi ancaman atau resiko lebih besar, karena jalur yang ditempuh Adam Air katanya rawan dengan badai yang sungguh membahayakan keselamatan perjalanan pesawat. Musibah tersebut membuka tabir bahwa memang pengelolaan perusahaan Adam Air tidak beres, dan beberapa waktu kemudian memang Adam Air gulung tikar.  Jika analisa itu benar rasanya memang menunjukkan masih cukup banyak orang di Indonesia ini, yang berjalan atau melangkah tidak mengikuti aturan atau tatanan yang berlaku, melainkan berjalan atau melangkah seenaknya sendiri, hanya mengikuti selera pribadi. Jika kita sungguh memperhatikan dan mencermati aneka macam musibah atau kecelakaan, hemat saya salah satu sebab terjadinya musibah atau kecelakaan adalah ketidak-taatan atau ketidak-setiaan pada aturan atau tatanan yang terkait. Begitulah kiranya yang terjadi dengan Petrus dan kawan-kawannya, para rasul: mereka telah dibina selama tiga tahun bersama dan oleh Yesus, ternyata kurang berhasil juga. Sebelum mengikuti Yesus mereka adalah nelayan atau penjala ikan, dan setelah Yesus wafat di kayu salib alias mereka ditinggalkan oleh Yesus, merasa kesepian dan untuk mengisi kesepiannya mereka kembali ke pekerjaan atau hobby lama, mencari ikan. Semalaman tak seekor ikanpun ditangkap, tetapi begitu mereka menebarkan jala sesuai perintah Yesus, mereka menangkap ikan banyak sekali. Maka marilah kita renungkan perintah Yesus kepada para rasul tersebut.

 

"Tebarkanlah jalamu di sebelah kanan perahu, maka akan kamu peroleh." (Yoh 21:6)  

 

Bagi para rasul menebarkan jala merupakan pekerjaan sehari-hari mereka sebelum mengikuti Yesus, maka sabda Yesus di atas ini rasanya merupakan peringatan agar dalam rangka melaksanakan tugas pekerjaan sehari-hari hendaknya kita senantiasa sesuai dengan perintah Tuhan, tidak mengikuti selera pribadi atau seenaknya sendiri. Perintah Tuhan antara lain dapat kita temukan dalam aneka macam rumusan janji, peraturan atau tatanan hidup, yang pada umumnya dibuat dalam Tuhan dan sebagai bantuan bagi mereka yang melaksanakannya untuk semakin berbakti kepada Tuhan, semakin beriman atau semakin suci. Maka baiklah saya mengajak dan mengingatkan kita semua untuk hidup dan bertindak sesuai dengan janji, aturan atau tatanan yang terkait dengan hidup dan panggilan kita masing-masing.

 

Pertama-tama dan terutama sebagai orang yang telah dibaptis marilah kita mawas diri sejauh mana kita setia pada janji baptis, yaitu 'hanya mau mengabdi Tuhan saja serta menolak semua godaan setan'. Mengabdi Tuhan antara lain berarti hidup dan bertindak senantiasa membahagiakan Tuhan melalui saudara-saudari kita serta ciptaan-ciptaan lainnya di dunia ini. Salah satu cara membahagiakan antara lain dengan hidup dan bertindak sesuai dengan aturan dan tatanan hidup alias setia pada janji yang pernah kita ikrarkan. "Setia adalah sikap dan perilaku yang menunjukkan keterikatan dan kepedulian atas perjanjian yang telah dibuat" (Prof Dr. Edi Sedyawati: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 24). Meskipun ada aneka macam godaan yang nampaknya menguntungkan, orang yang setia tak akan mengikuti godaan tersebut, melainkan tetap berpegang teguh pada janji yang telah dibuat atau diikrarkan. Godaan setan masa kini dapat menggejala dalam rayuan berupa harta benda/uang, jabatan/kedudukan atau kehormatan duniawi, sebagaimana terjadi dalam berbagai departemen atau sektor pemerintahan di Negara kita, misalnya makelar kasus dalam aneka macam proses pengadilan, bocoran ujian nasional, dst..

Saya juga tergerak mengingatkan dan mengajak para pengguna jalan, pengemudi aneka macam jenis kendaraan bermotor maupun pejalan kaki untuk mentaati dan melaksanakan aneka macam aturan lalu lintas maupun rambu-rambu dan penunjuk jalan yang terpampang dengan jelas di jalanan. Korban kecelakaan lalu lintas terus berjatuhan dan rasanya terus bertambah setiap tahun, yang menunjukkan masih sungguh memprihatinkan ketaatan berlalu lintas. Setiap kendaraan kiranya dilengkapi dengan buku petunjuk perawatan kendaraan maupun cara menjalankan kendaraan yang benar, maka kami berharap buku tersebut sungguh dipelajari dan arahan atau tuntunan yang ada di dalamnya dihayati. Apa yang terjadi di jalanan menurut kami merupakan cermin kwalitas bangsa dalam hal taat dan setia pada aneka aturan dan tatanan hidup.

 

"Mereka memanggil rasul-rasul itu, lalu menyesah mereka dan melarang mereka mengajar dalam nama Yesus. Sesudah itu mereka dilepaskan. Rasul-rasul itu meninggalkan sidang Mahkamah Agama dengan gembira, karena mereka telah dianggap layak menderita penghinaan oleh karena Nama Yesus " (Kis 5:40-41)     

 

"Bergembira karena telah dianggap layak menderita penghinaan oleh karena Nama Yesus", itulah yang dialami oleh para rasul. Taat atau setia pada aneka aturan dan tatanan hidup pada masa kini mungkin juga akan menghadapi aneka kesulitan, tantangan, hambatan atau bahkan ejekan atau penghinaan. Jika karena taat dan setia pada aturan atau tatanan hidup kita harus menghadapi yang demikian itu hendaknya tetap bergembira dan ceria. Percaya dan hayatilah bahwa dalam kegembiraan dan keceriaan kita akan mampu mengatasi aneka kesulitan, tantangan, hambatan maupun penghinaan, karena dalam kegembiraan dan keceriaan berarti organ-organ tubuh kita, termasuk syaraf, dalam keadaan baik atau bahkan prima dan dengan demikian kondusif untuk menghadapi kesulitan, tantangan, hambatan atau masalah.    

 

Secara sosiologis dan kwantitatif jumlah yang percaya kepada Yesus di Negara kita rasanya sedikit dan tidak jarang di tempat-tempat tertentu, entah tempat tinggal atau tempat kerja, kita sebagai yang percaya kepada Yesus sering mendapat ancaman, terror atau hinaan melalui aneka cara. Ada kenalan saya, yang bekerja di sebuah kantor, dimana hanya dia sendiri yang katolik, menceriterakan bahwa hampir setiap hari dirinya merasa bagaikan berada di ujung tanduk, karena selalu diawasi dan dilihat oleh rekan-rekan kerja yang bukan katolik. Yang bersangkutan merasa hendak didepak atau disingkirkan dari tempat kerja tersebut. Menanggapi hal itu saya justru bangga dan mengucapkan proficiat kepadanya, sambil berkata: "Bergembira dan berbahagialah karena dengan demikian anda memperoleh dukungan konkret, yaitu pengawasan, sehingga anda tidak tergoda untuk menyeleweng serta senantiasa berusaha bekerja sebaik mungkin. Kami mengajak dan mengingatkan anda sekalian yang mungkin merasa sendirian di tempat tertentu untuk tetap setia pada iman maupun tugas pekerjaan; jadikan aneka sapaan dari orang lain dalam bentuk apapun merupakan perwujudan kasih mereka terhadap diri kita yang lemah, rapuh dan hina dina. Marilah kita gembira dan ceria ketika harus menderita, dilecehkan atau direndahkan karena kesetiaan iman kita pada Yesus Kristus.

 

"Aku akan memuji Engkau, ya TUHAN, sebab Engkau telah menarik aku ke atas, dan tidak memberi musuh-musuhku bersukacita atas aku.TUHAN, Engkau mengangkat aku dari dunia orang mati, Engkau menghidupkan aku di antara mereka yang turun ke liang kubur. Nyanyikanlah mazmur bagi TUHAN, hai orang-orang yang dikasihi-Nya, dan persembahkanlah syukur kepada nama-Nya yang kudus! Sebab sesaat saja Ia murka, tetapi seumur hidup Ia murah hati; sepanjang malam ada tangisan, menjelang pagi terdengar sorak-sorai" (Mzm 30:2.4-6).

 

Jakarta, 18 April 2010


Jumat, 16 April 2010

17 Apr - Kis 6:1-7; Yoh 6:16-21

"Aku ini jangan takut!"

(Kis 6:1-7; Yoh 6:16-21)

 

"Dan ketika hari sudah mulai malam, murid-murid Yesus pergi ke danau, lalu naik ke perahu dan menyeberang ke Kapernaum. Ketika hari sudah gelap Yesus belum juga datang mendapatkan mereka, sedang laut bergelora karena angin kencang. Sesudah mereka mendayung kira-kira dua tiga mil jauhnya, mereka melihat Yesus berjalan di atas air mendekati perahu itu. Maka ketakutanlah mereka. Tetapi Ia berkata kepada mereka: "Aku ini, jangan takut!" Mereka mau menaikkan Dia ke dalam perahu, dan seketika juga perahu itu sampai ke pantai yang mereka tujui." (Yoh 6:16-21), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Takut rasanya menjiwai semua orang, entah hanya secara dangkal saja atau mendalam. Berbagai masalah, tantangan, godaan maupun tugas/pekerjaan baru dan berat sering membuat orang takut untuk menghadapinya. Ada juga orang yang takut bertemu dengan orang-orang tertentu yang dirasa cukup keras hati atau mudah marah dst.. Juga ada orang yang takut menghadapi kematian dirinya.  Sabda Yesus kepada para rasul yang menghadapi 'laut bergelora karena angin kencang : "Aku ini, jangan takut", kiranya baik menjadi refleksi atau permenungan kita. Bersama dan bersatu dengan Tuhan kita tidak perlu takut atau gentar sedikitpun dalam rangka menghadapi gelora kehidupan masa kini, karena Tuhan senantiasa dapat mengalahkan atau mengatasi segala sesuatu. Bersama dan bersatu dengan Tuhan dalam hidup sehari-hari berarti senantiasa hidup baik dan berbudi pekerti luhur, senantiasa berusaha membahagiakan atau menyelamatkan orang lain dalam cara hidup dan cara bertindaknya. Maka marilah kita saling membantu dan mengingatkan agar kita senantiasa dalam keadaan baik dan berbudi pekerti luhur. Untuk  itu baiklah kita senantiasa setia dan menghayati janji-janji yang pernah kita ikrarkan atau melaksanakan aneka tatanan dan aturan yang terkait dengan hidup, panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing, sehingga kita layak disebut sebagai pribadi yang baik dan berbudi pekerti luhur. Kami berharap anak-anak di dalam keluarga dan sekolah sedini mungkin dibiasakan untuk setia dan taat pada janji-janji atau hidup baik dan berbudi pekerti luhur, yang antara lain dengan teladan konkret dari orangtua maupun guru.

·   "Kami tidak merasa puas, karena kami melalaikan Firman Allah untuk melayani meja.Karena itu, saudara-saudara, pilihlah tujuh orang dari antaramu, yang terkenal baik, dan yang penuh Roh dan hikmat, supaya kami mengangkat mereka untuk tugas itu, dan supaya kami sendiri dapat memusatkan pikiran dalam doa dan pelayanan Firman." (Kis 6:2-4), demikian kata keduabelas rasul kepada para murid lain yang berkumpul. Apa yang disebut 'melayani meja' adalah tugas sehari-hari dalam hal kebutuhan phisik, antara lain makanan, minuman, pakaian dan papan. Tugas macam ini hemat saya menjadi tugas kita semua, umat Allah, umat beriman dalam hidup kita sehari-hari dengan mengurus dan mengelola hal-ikhwal duniawi. Dalam mengurus dan mengelola hal-ikhwal duniawi diharapkan sebaik mungkin, antara lain memfungsikan aneka macam jenis harta benda dan uang sesuai dengan motto "ad intentio dantis" (=maksud pemberi). Sebagai contoh apa yang disebut sesuai dengan 'maksud pemberi' antara lain: ada orang datang kepada saya memberi sumbangan untuk orang-orang miskin dan berkekurangan, maka saya tidak mungkin/bisa membelokkan pemanfaatan sumbangan tersebut untuk kepentingan lain, dalam lembaran perincian gaji pada umumnya ditulis gaji pokok dan tunjangan-tunjangan, tetapi jelas tidak ada tunjangan untuk judi, maka berjudi berarti melanggar 'maksud pemberi', dst.. Jika kita dapat mengurus atau mengelola apa yang kelihatan seperti harta benda dan uang dengan baik dan benar, kiranya kita dengan mudah juga untuk berpartisipasi dalam pewartaan Firman atau Sabda Tuhan. Usul para rasul di atas kiranya erat kaitannya dengan pentingnya ada subsidiaritas atau pendelegasian di dalam hidup dan kerja bersama; jauhkan aneka macam monopoli dan sikap mental diktator dalam hidup dan kerja bersama. Kami berharap juga departemen yang melayani rakyat miskin sungguh berfungsi dengan baik dan benar, semoga aneka macam sumbangan dan anggaran tidak dikorupsi.

 

"Bersorak-sorailah, hai orang-orang benar, dalam TUHAN! Sebab memuji-muji itu layak bagi orang-orang jujur. Bersyukurlah kepada TUHAN dengan kecapi, bermazmurlah bagi-Nya dengan gambus sepuluh tali! Sebab firman TUHAN itu benar, segala sesuatu dikerjakan-Nya dengan kesetiaan. Ia senang kepada keadilan dan hukum; bumi penuh dengan kasih setia TUHAN" (Mzm 33:1-2.4-5).

 

Jakarta, 17 April 2010


Kamis, 15 April 2010

16 Apr - Kis 5:34-42; Yoh 6:1-15

"Dia ini adalah benar Nabi yang akan datang ke dalam dunia."

(Kis 5:34-42; Yoh 6:1-15)



"Ketika Yesus memandang sekeliling-Nya dan melihat, bahwa orang banyak berbondong-bondong datang kepada-Nya, berkatalah Ia kepada Filipus: "Di manakah kita akan membeli roti, supaya mereka ini dapat makan?" Hal itu dikatakan-Nya untuk mencobai dia, sebab Ia sendiri tahu, apa yang hendak dilakukan-Nya. Jawab Filipus kepada-Nya: "Roti seharga dua ratus dinar tidak akan cukup untuk mereka ini, sekalipun masing-masing mendapat sepotong kecil saja." Seorang dari murid-murid-Nya, yaitu Andreas, saudara Simon Petrus, berkata kepada-Nya: "Di sini ada seorang anak, yang mempunyai lima roti jelai dan dua ikan; tetapi apakah artinya itu untuk orang sebanyak ini?" Kata Yesus: "Suruhlah orang-orang itu duduk." Adapun di tempat itu banyak rumput. Maka duduklah orang-orang itu, kira-kira lima ribu laki-laki banyaknya. Lalu Yesus mengambil roti itu, mengucap syukur dan membagi-bagikannya kepada mereka yang duduk di situ, demikian juga dibuat-Nya dengan ikan-ikan itu, sebanyak yang mereka kehendaki. Dan setelah mereka kenyang Ia berkata kepada murid-murid-Nya: "Kumpulkanlah potongan-potongan yang lebih supaya tidak ada yang terbuang." Maka mereka pun mengumpulkannya, dan mengisi dua belas bakul penuh dengan potongan-potongan dari kelima roti jelai yang lebih setelah orang makan. Ketika orang-orang itu melihat mujizat yang telah diadakan-Nya, mereka berkata: "Dia ini adalah benar-benar Nabi yang akan datang ke dalam dunia."Karena Yesus tahu, bahwa mereka hendak datang dan hendak membawa Dia dengan paksa untuk menjadikan Dia raja, Ia menyingkir pula ke gunung, seorang diri" (Yoh 6:5-15), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   "Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan di Indonesia) pada Bulan Maret 2009 sebesar 32,53 juta (14,15 persen). Dibandingkan dengan penduduk miskin pada Bulan Maret 2008 yang berjumlah 34,96 juta (15,42 persen), berarti jumlah penduduk miskin turun sebesar 2,43 juta."  (www.bps.go.id). Secara logis jika 25 % dari jumlah penduduk yang berada di atas garis kemiskinan dengan rela dan jiwa besar berani berkorban membantu mereka yang berada di bawah garis kemiskinan, rasanya jumlah mereka yang miskin di bawah garis kemiskinan segera hilang/terhapus. Maka  dengan ini kami mengajak dan mengingatkan mereka yang cukup kaya atau berkecukupan dalam hal harta benda dan uang untuk meneladan Yesus membagikan sebagaian harta benda atau kekayaannya bagi mereka yang miskin dan berkekurangan. Menurut hemat saya tidak cukup hanya membuat kejutan pada hari-hari khusus seperti Idul Fitri, Imlek, Paskah atau Natal, dst..membagikan sesuatu kepada yang miskin dan berkekurangan. Mungkin akan sulit untuk memberi makan seperti Yesus, tetapi hemat saya perhatian dan bantuan yang sangat mendesak pada saat ini antara lain beaya untuk pendidikan dan kesehatan, maka kami berharap kiranya ada gerakan memberi beasiswa kepada peserta didik yang miskin/dari keluarga miskin serta bantuan sosial kesehatan bagi mereka. Jika mereka memperoleh bantuan dalam hal pendidikan dan kesehatan, rasanya dalam hal lain mereka dengan kesederhanaan dan perjuangan mereka akan tetap dapat hidup sejahtera.

·   "Biarkanlah mereka, sebab jika maksud dan perbuatan mereka berasal dari manusia, tentu akan lenyap, tetapi kalau berasal dari Allah, kamu tidak akan dapat melenyapkan orang-orang ini; mungkin ternyata juga nanti, bahwa kamu melawan Allah." (Kis 5:38-39), demikian kata Gamaliel, salah seorang tokoh Farisi yang berani berbeda pendapat dengan rekan-rekannya. Keterbukaan seorang tokoh dan pemimpin hidup bersama macam ini rasanya layak ditiru oleh siapapun yang berpengaruh dalam kehidupan bersama. Cintakasih dan kebebasan itulah yang hendaknya menjiwai hidup bersama, sehingga tidak ada tekanan, intimidasi atau ancaman maupun saling memojokkan dan menyalahkan. Masing-masing atau setiap orang diberi dan mendapat kesempatan serta kemungkinan untuk bertumbuh dan berkembang sesuai dengan tuntutan zaman atau keadaan. Para pemimpin atau atasan hendaknya juga sungguh terbuka terhadap aneka saran, masukan atau gagasan baru dari orang lain maupun bawahan atau anggotanya. Para pemimpin atau atasan hendaknya bersikap seperti motto bapak pendidikan kita, Ki Hajar Dewantoro, dalam memfungsikan jabatan atau kedudukannya, yaitu "ing arso asung tulodho, ing madyo ambangun karso, tut wuri handayani" (keteladanan, pemberdayaan dan motivasi). Ketiga motto, keteladanan, pemberdayaan dan motivasi memang tidak mungkin dipisahkan secara tegas dalam praksis, karena saling terkait: pada suatu saat keteladanan yang mendesak, saat lain mungkin pemberdayaan atau motivasi dst.. Tentu saja kami berharap sikap Gamaliel tersebut juga menjadi pedoman atau teladan bagi para orangtua maupun guru/pendidik di dalam keluarga dan sekolah-sekolah.

 

"Sesungguhnya, aku percaya akan melihat kebaikan TUHAN di negeri orang-orang yang hidup! Nantikanlah TUHAN! Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu! Ya, nantikanlah TUHAN " (Mzm 27:13-14)

 

Jakarta, 16 April 2010