Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Jumat, 17 Juni 2011

18 Juni - 2Kor 12:1-10; Mat 6:24-34

"Janganlah kamu kuatir akan hari besok"

(2Kor 12:1-10; Mat 6:24-34)

"Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon." . "Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian?  Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu?  Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya?  Dan mengapa kamu kuatir akan pakaian? Perhatikanlah bunga bakung di ladang, yang tumbuh tanpa bekerja dan tanpa memintal,  namun Aku berkata kepadamu: Salomo dalam segala kemegahannyapun tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu. Jadi jika demikian Allah mendandani rumput di ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api, tidakkah Ia akan terlebih lagi mendandani kamu, hai orang yang kurang percaya?  Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai?  Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu. Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari." (Mat 6:24-34), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Pemanasan global, berbagai bencana alam serta aneka macam bentuk perkembangan membuat banyak orang kuatir akan masa depan. Untuk menutupi atau mengatasai kekuatiran tersebut ada orang yang bertindak di luar kemampuannya alias kemudian melakukan yang aneh-aneh. Sabda Yesus hari ini mengingatkan kita semua untuk tidak kuatir akan masa depan asal kita pada saat ini melakukan apa yang baik sesuai dengan panggilan, tugas pengutusan atau pekerjaan kita masing-masing.  "Janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari", demikian sabda Yesus. Hari besok atau masa depan tergantung dari hari ini, itulah kebenaran yang selayaknya kita imani atau amini. Maka baiklah apapun yang menjadi tugas, tanggungjawab atau kewajiban kita pada saat ini, marilah kita kerjakan sebaik dan seoptimal mungkin sesuai dengan kekuatan, kemungkinan dan kesempatan yang kita miliki. Kekuatiran akan hari besok memang dapat mendua: di satu sisi ada kemungkinan orang menjadi frustrasi sehingga tidak berkonsentrasi melakukan tugas, pekerjaan atau kewajiban saat ini, sedangkan di sisi lain ada kemungkinan orang dengan sungguh-sungguh melakukan tugas, pekerjaan atau kewajiban hari ini. Yang kemudian itulah yang hendaknya kita hayati. Dalam melaksanakan tugas, pekerjaan atau kewajiban kita juga dipanggil untuk ' mencari Kerajaan Allah dan kebenarannya", artinya menemukan Allah dan kehendakNya dalam tugas, pekerjaan atau kewajiban tersebut. Maka lihat dan hayati apa yang baik, luhur, mulia dan indah dalam tugas, pekerjaan atau kewajiban tersebut, agar kita dengan bergairah, dinamis dan penuh semangat melaksanakannya dan dengan demikian kita dapat melaksanakannya dengan baik sesuai dengan kehendak Allah.

·   "Cukuplah kasih karuniaKu bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasaKu menjadi sempurna" (2Kor 12:9), demikian kesaksian iman Paulus, yang selayaknya juga menjadi kesaksian iman kita semua. Kita semua berasal dari tanah dan akan kembali menjadi tanah, dengan kata lain jati diri kita masing-masing adalah orang-orang yang lemah dan rapuh. Bahwa kita dapat hidup, tumbuh dan berkembang sebagaimana adanya pada masa kini sungguh merupakan karya Allah.  Kita sering disebut sebagai orang beriman, yaitu orang yang mempersembahkan diri seutuhnya kepada Allah, percaya kepada Penyelenggaraan Ilahi, maka baiklah hal itu tidak hanya manis di bibir/mulut saja, tetapi menjadi nyata dalam cara hidup dan cara bertindak kita. Marilah kita imani dan hayati bahwa segala bentuk kekuatan, keterampilan, bakat, kemampuan dan harta benda yang kita miliki merupakan karya dan anugerah Allah serta harus kita fungsikan sesuai dengan kehendak Allah, yaitu demi kebahagiaan umum dan keselamatan jiwa manusia. Kami berharap kita semua sungguh menjadi citra dan gambar Allah karena Allah sungguh hidup dan berkarya dalam diri kita yang lemah dan rapuh ini, sehingga siapapun yang melihat atau hidup bersama dengan kita akan tergerak untuk semakin beriman, mempersembahkan diri seutuhnya kepada Allah dalam atau melalui cara hidup dan cara bertindak setiap hari dimanapun dan kapanpun.  Marilah kita bermegah dalam  kelemahan dan kerapuhan kita karena Allah sungguh hidup dan berkarya dalam diri kita, dengan kata lain ketika berada dalam kelemahan atau kerapuhan hendaknya tidak menjadi kuatir atau frustrasi.

"Malaikat Tuhan berkemah di sekeliling orang-orang yang takut akan Dia, lalu meluputkan mereka. Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya Tuhan itu! Berbahagialah orang yang berlindung padaNya. Takutlah akan Tuhan, hai orang-orang  kudusNya, sebab tak berkekurangan orang yang takut akan Dia. Singa-singa muda merana kelaparan, tetapi orang yang mencari Tuhan , tidak akan kekurangan sesuatupun yang baik " (Mzm 34:8-11)

Ign 18 Juni 2011


17 Juni - 2Kis 11:18.21b-30; Mat 6:19-23

"Dimana hartamu berada di situ juga hatimu berada"

(2Kis 11:18.21b-30; Mat 6:19-23)

 "Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya.  Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya.  Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada. Mata adalah pelita tubuh. Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu;  jika matamu jahat, gelaplah seluruh tubuhmu. Jadi jika terang yang ada padamu gelap, betapa gelapnya kegelapan itu." (Mat 6:19-23), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   "Moto duiten" (=Mata bercirikhas/berwana uang), demikian peribahasa bahasa Jawa untuk menggambarkan orang yang bersikap mental materialistis atau duniawi. Orang 'moto duiten' pada umumnya dinilai jelek di muka umum atau di masyarakat. Orang 'moto duiten' akan  bergerak atau bertindak untuk melakukan sesuatu jika menguntungkan secara financial atau material alias dibayar dengan uang dan tanpa uang ia akan diam seribu bahasa. Sabda Yesus hari ini mengingatkan dan mengajak kita semua untuk mengumpulkan harta sorgawi alias nilai-nilai atau keutamaan-keutamaan kehidupan yang menyelamatkan jiwa, bukan harta duniawi atau uang. Maka dengan ini kami berharap kepada para orangtua maupun pendidik atau guru untuk sungguh membekali anak-anak atau peserta didik nilai-nilai atau keutamaan-keutamaan kehidupan; wariskan kepada anak-anak nilai-nilai atau keutamaan-keutamaan kehidupan, bukan harta benda atau uang. Nilai-nilai atau keutamaan kehidupan tak akan mudah hilang atau hancur seperti harta benda atau uang yang dapat hancur atau hilang dalam waktu sesaat. Dengan kata lain anak-anak kelak ketika telah menjadi dewasa harus lebih baik, lebih berbudi pekerti luhur atau lebih bermoral daripada orangtuanya; para peserta didik kelak kemudian hari harus lebih cerdas dan terampil dari para gurunya. Jika generasi mendatang/muda tidak bermoral dan tidak berbudi pekerti luhur berarti generasi terdahulu/tua tidak bermoral dan tidak berbudi luhur, dengan kata lain generasi terdahulu/tua gagal dalam mendidik atau membina generasi muda.  Jika orangtua berhasil mendidik atau membina anak-anak, maka anak-anak di kemudian hari akan 'mikul dhuwur, mendhem jero' (=mengangkat tinggi-tinggi, mengubur dalam-dalam) orangtua, artinya sampai kapanpun dan dimanapun orangtua akan dikenang dan dihormati oleh anak-anak, cucu-cucu, cicit-cicit dst.. , seperti para santo dan santa.

·   "Aku banyak berjerih lelah dan bekerja berat, kerap kali aku tidak tidur, lapar dan dahaga, kerap kali aku berpuasa, kedinginan dan tanpa pakaian, dan dengan tidak menyebut banyak hal lain lagi, urusanku sehari-hari, yaitu untuk memelihara semua jemaat-jemaat" (2Kor 11:27-28), demikian kesaksian iman Paulus kepada umat di Korintus, kepada kita semua orang beriman. Apa yang telah dilakukan atau dihayati oleh Paulus kiranya dapat menjadi teladan bagi para orangtua, pendidik/guru, pendampin, pemimpin, atasan, pejabat dst.., lebih-lebih dalam hal 'memelihara atau mengurus'  anak-anak, peserta didik, bawahan, anggota, warga dst..  Kata bahasa Latin 'administrare'  dapat berarti memelihara, mengurus, mengelola, memperhatikan sedemikian rupa, dst.. Semangat atau jiwa melayani hendaknya menjadi cara hidup dan cara bertindak para pemelihara, pengurus atau pengelola. Baiklah kalau saya pertama-tama dan terutama mengingatkan dan mengajak para orangtua untuk mawas diri dalam hal 'memelihara atau mengurus anak-anak': sebagaimana anak-anak diadakan bersama antar suami-isteri sebagai partisipasi karya penciptaan Allah dengan penyerahan diri total sebagai wujud dari saling mengasihi dalam kebebanan sejati serta dalam kerjasama atau gotong-royong, demikian pula hendaknya dalam mendidik dan mendampingi anak-anak. Anak-anak hendaknya dididik dan didampinig dalam kebebasan dan cintakasih serta kerjasama dan secara total alias kerja keras. Demikian pula kami berharap kepada para guru/pendidik dalam mendidik atau mendampingi para peserta didik, para pemimpin terhadap para anggota, para atasan/ketau terhadap para bawahannya. Semangat melayani yang tidak lain bekerja keras untuk membahagiakan dan menyelamatkan hendaknya menjadi cara hidup dan cara bertindak dalam mendidik, membina, mengurus atau mengelola; demikian pula hendaknya dengan berjiwa besar dan hati rela berkorban bagi yang dididik, dibina, diurus atau dikelola.

"Aku hendak memuji TUHAN pada segala waktu; puji-pujian kepada-Nya tetap di dalam mulutku.  Karena TUHAN jiwaku bermegah; biarlah orang-orang yang rendah hati mendengarnya dan bersukacita.  Muliakanlah TUHAN bersama-sama dengan aku, marilah kita bersama-sama memasyhurkan nama-Nya!  Aku telah mencari TUHAN, lalu Ia menjawab aku, dan melepaskan aku dari segala kegentaranku. Tujukanlah pandanganmu kepada-Nya, maka mukamu akan berseri-seri, dan tidak akan malu tersipu-sipu."(Mzm 34:2-6)

Ign 17 Juni 2011


Rabu, 15 Juni 2011

16 Juni - 2Kor 11:1-11; Mat 6:7-15

"Dalam doamu itu janganlah kamu bertele-tele"

(2Kor 11:1-11; Mat 6:7-15)

" Lagipula dalam doamu itu janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah. Mereka menyangka bahwa karena banyaknya kata-kata doanya akan dikabulkan.  Jadi janganlah kamu seperti mereka, karena Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepada-Nya. . Karena itu berdoalah demikian: Bapa kami yang di sorga, Dikuduskanlah nama-Mu,  datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga.  Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya  dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami; dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat. (Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin.) Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu." (Mat 6:7-15), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Berdoa berarti berrelasi atau berkomunikasi dengan Tuhan, doa yang baik dan sejaati hemat saya adalah hati yang dipersembahkan seutuhnya kepada Tuhan, bukan panjangnya kata-kata atau gerak-gerik tubuh. Dalam Warta Gembira hari ini Yesus mengajarkan doa Bapa Kami, doa yang begitu sederhana dan sesuai dengan kebutuhan hidup kita sehari-hari serta kita semua kiranya sudah hafal maupun mendoakannya berkali-kali. Pertanyaannya reflektif: apakah dalam mendoakan Bapa Kami kita hanya manis di mulut saja atau isi doa sungguh kita hayati, menjiwai cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari dimanapun dan kapanpun. Isi doa Bapa Kami yang kiranya baik kita refleksikan pada masa kini adalah "Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya; dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami". Dengan kata lain marilah kita mawas diri perihal 'hidup sederhana' dan 'kasih pengampunan'. Di kota-kota besar orang-orang kaya pada umumnya hidup berfoya-foya, jauh dari kesederhanaan, maka kami berharap mereka yang suka berfoya-foya untuk bertobat, hidup sederhana seraya mengingat dan memperhatikan saudara-saudari kita yang miskin dan berkekurangan. Jika kita semua hidup sederhana kiranya tidak ada lagi saudara-saudari kita yang miskin dan berkekurangan. Kasih pengampunan telah kami angkat berkali-kali untuk direfleksikan, maka apakah kita dalam hidup sehari-hari telah hidup saling mengampuni. Dengan rendah hati saya mengingatkan dan mengajak anda sekalian untuk tidak henti-hentinya berdoa kepada Tuhan agar kita semua hidup sederhana dan saling mengampuni, dan tentu saja saya juga berharap tidak henti-hentinya kita berusaha dan memperdalam hidup sederhana dan saling mengampuni.

·   "Ketika aku dalam kekurangan di tengah-tengah kamu, aku tidak menyusahkan seorangpun, sebab apa yang kurang padaku dicukupkan oleh orang-orang yang datang dari Makedonia. Dalam segala hal aku menjaga diriku, supaya jangan menjadi beban bagi kamu, dan aku akan tetap berbuat demikian" (2Kor 11:9), demikian kesaksian iman Paulus kepada umat di Korintus. Marilah kita meneladan Paulus, yaitu jangan sampai kehadiran dan sepak terjang kita dimanapun dan kapanpun menjadi beban bagi saudara-saudari kita, sebaliknya semoga kehadiran dan sepak terjang kita senantiasa menjadi 'fasilitator' bagi orang lain untuk semakin beriman, semakin suci, semakin dikasihi oleh Tuhan dan sesamanya, semakin tumbuh berkembang sebagai pribadi cerdas beriman. Jika berada di dalam kekurangan marilah dengan rendah hati kita mempercayakan diri sepenuhnya kepada Penyelenggaraan Ilahi, percaya dan imanilah pasti ada orang baik hati yang datang untuk membantu kekurangan kita. Di dunia ini mereka yang baik lebih banyak daripada mereka yang jahat, dan kami berharap kita sebagai orang beriman senantiasa baik adanya, sehingga kehadiran dan sepak terjang kita jangan menjadi beban bagi orang lain serta menjadi batu sandungan untuk berbuat jahat atau berdosa. Kami berharap kehadiran dan sepak terjang para pimpinan atas atasan dimanapun dan kapanpun tidak menjadi beban, sebagaimana sering terjadi pada masa kini. Ketika pemimpin atau atasan berkunjung maka yang dikunjungi terbebani dan bersandiwara dalam kehidupan, itulah yang sering terjadi. Untuk menghindari hal itu hendaknya pemimpin atau atasan dalam berkunjung kepada bawahan atau anggotanya dengan 'sidak' saja serta dalam kesederhanaan. Sidak berarti mendadak, sehingga juga dapat melihat realitas yang ada.

"Aku mau bersyukur kepada Tuhan dengan segenap hati, dalam lingkungan orang-orang benar dan dalam jemaat. Besar perbuatan-perbuatan Tuhan, layak diselidiki oleh semua orang yang menyukainya" (Mzm 111:1-2)

Ign 16 Juni 2011