Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Sabtu, 31 Juli 2010

1 Agustus - Pkh 1:2; 2:21-23; Kol 3:1-5.9-11; Luk 12:13-21

"Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah."

Mg Biasa XVIII: Pkh 1:2; 2:21-23; Kol 3:1-5.9-11; Luk 12:13-21

 

"Kami bercita-cita mengumpulkan harta benda atau uang untuk tujuh turunan, demi anak, cucu, buyut, canggah dst... masa depan"  demikian motto beberapa orang yang serakah dan bersikap mental materialistis. Dalam terbitan majalah mingguan 'Tempo' akhir bulan Juni 2010, antara lain dihebohkan perihal jumlah simpanan atau rekening beberapa jendral polisi. Komentar atas tulisan itu, entah yang bersikap positif atau negatif, cukup meramaikan dalam pemberitaan di media massa, baik elektronik maupun cetak. Saat ini pun para penegak hukum sedang disibukkan oleh masalah korupsi yang telah dilakukan oleh para pejabat beserta kroni-kroninya. Tenaga dan dana cukup besar dibutuhkan untuk menangani aneka macam bentuk korupsi, termasuk mereka yang sedang berkuasa, yang mungkin terlibat dalam korupsi, harus berjuang demi pembersihan diri. Yang cukup menarik bulan lalu adalah bahwa penanganan kasus korupsi sementara 'di peti es kan' dengan dibesar-besarkannya kasus video porno Ariel-Luna Maya maupun kasus 'Gaza' perihal relawan-relawati yang konon diserang oleh tentara-tentara Israel. Mau tidak mau masyarakat disibukkan dengan dua kasus tersebut, dan lupa memperhatikan kasus-kasus korupsi. Berbagai macam peristiwa dan pemborosan waktu maupun tenaga tersebut hemat saya mencerminkan perhatian "orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri", sehingga suasana hidup bersama kurang damai dan selamat. Warta Gembira atau Injil hari ini kiranya dapat menjadi bahan permenungan atau refleksi yang baik bagi kita semua, maka marilah kita renungkan atau refleksikan.

 

"Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti? Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah." (Luk 12:20-21)

      

Aneka bentuk harta benda atau uang dapat musnah dalam sesaat atau waktu singkat, entah karena kebakaran, banjir bandang atau judi, dst.. namun keutamaan-keutamaan atau nilai-nilai kehidupan tidak akan mudah musnah atau berkurang karena aneka macam bentuk bencana alam maupun musibah, tetapi justru semakin bertambah, handal dan mendalam. Dalam rangka hidup beriman atau beragama memang mereka yang bersikap mental materialistis atau pengumpul harta benda/uang adalah orang bodoh, miskin di hadapan Allah. Maka marilah dalam hidup dan kerja atau pelayanan kita senantiasa lebih mengutamakan atau mengedepankan keutamaan-keutamaan atau nilai-nilai kehidupan.

 

"Pada saat itu juga Roh Kudus akan mengajar kamu apa yang harus kamu katakan." (Luk 12:12), demikian sabda Yesus. Roh Kudus hidup dan berkarya terus menerus dalam hidup dan kerja kita maupun lingkungan hidup kita, dan mengajar kita apa yang harus kita lakukan. Maka marilah kita lihat, dengarkan, laksanakan pengajaran Roh Kudus, yang antara lain menjadi nyata dalam keutamaan-keutamaan atau nilai-nilai kehidupan seperti "kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri" (Gal 5:22-23). Keutamaan-keutamaan atau nilai-nilai kehidupan ini kiranya ada dalam dan dihayati oleh saudara-saudari kita yang berkehendak baik, tanpa pandang bulu, SARA, usia, jabatan, kedudukan atau fungsi. Marilah kita dengarkan apa yang dikatakan oleh saudara-saudari kita yang berkehendak baik maupun meneladan cara hidup dan cara bertindaknya.

 

Kepada mereka atau siapapun yang kaya akan harta benda atau uang kami harapkan hidup penuh syukur dan terima kasih serta menghayati maupun memfungsikan semua harta benda atau uang sebagai anugerah Tuhan. Harta benda atau uang pada dasarnya bersifat sosial, maka semakin memiliki harta benda atau uang hendaknya semakin sosial, antara lain semakin memperhatikan mereka yang miskin dan berkekurangan di lingkungan hidup kita masing-masing. Dengan bertindak demikian, maka anda tidak hanya kaya akan harta benda atau uang, melainkan sekaligus kaya di hadapan Allah. Marilah kita jauhkan dan berantas sikap mental materialistis dalam diri kita masing-masing maupun dalam lingkungan hidup dan kerja atau pelayanan kita.

 

"Karena itu, kalau kamu dibangkitkan bersama dengan Kristus, carilah perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah. Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi" (Kol 3:1-2)    

 

Apa yang akan kita lakukan atau kerjakan hari ini sangat tergantung pada apa yang kita pikirkan begitu terjaga dari tidur di pagi hari. Masing-masing dari kita sebagai manusia adalah ciptaan Allah, berasal dari Allah dan diharapkan kembali kepada Allah ketika hidup kita di dunia ini berakhir. Kita berasal dari atas dan diharapkan kembali ke atas, maka baiklah kita senantiasa memikirkan perkara yang di atas. Dengan kata lain marilah kita berusaha melihat, memikirkan dan menghayati karya Allah di bumi ini melalui ciptaan-ciptaanNya, entah di dalam binatang-binatang, tumbuh-tumbuhan maupun dalam diri manusia yang diciptakan sebagai gambar atau citra Allah.

 

Marilah setiap pagi kita berdoa sebagaimana didoakan oleh raja Salomo,yang dikenal sebagai raja bijaksana:"Berikanlah kepada hamba-Mu ini hati yang faham menimbang perkara untuk menghakimi umat-Mu dengan dapat membedakan antara yang baik dan yang jahat, sebab siapakah yang sanggup menghakimi umat-Mu yang sangat besar ini?"(1Raj 3:9). Yang dimaksudkan dengan perkara oleh Salomo adalah 'umur panjang atau kekayaan atau nyawa musuh'.  Perkara ini kiranya juga kita hadapi setiap hari dalam hidup, kerja atau pelayanan kita, maka marilah kita senantiasa mohon kepada Tuhan agar kita dianugerahi 'hati yang faham menimbang perkara', agar kita mampu membedakan antara yang baik dan buruk dan kemudian memilih dan melaksanakan apa yang baik. Ingatlah dan sadarilah bahwa semakin tambah umur berarti semakin banyak perkara yang harus dihadapi, demikian juga semakin kaya akan harta benda maupun musuh alias apa atau siapa yang kurang disenangi atau tidak sesuai dengan selera pribadi.

 

Kami berharap kita semua berada 'di atas' harta benda atau uang atau aneka macam ciptaan Allah di bumi ini, sebagaimana kepada manusia yang pertama kali diciptakan, Adam, menerima tugas dari Allah "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi." (Kej 1:28). Hendaknya kita jangan sampai berada ' di bawah' ciptaan lainnya maupun aneka jenis harta benda alias dijajah, sehingga kita berbakti kepada 'berhala'. Perkembangan dan pertumbuhan aneka jenis produksi elektronik maupun assesori sedikit banyak telah mempengaruhi banyak orang lebih dikuasai atau dirajai oleh produk-produk atau harta benda tersebut daripada oleh Allah. Marilah kita saling membantu dan mengingatkan agar kita senantiasa setia menjadi 'tuan' atas ciptaan-ciptaan Allah lainnya di dunia ini.

 

"Engkau mengembalikan manusia kepada debu, dan berkata: "Kembalilah, hai anak-anak manusia!" Sebab di mata-Mu seribu tahun sama seperti hari kemarin, apabila berlalu, atau seperti suatu giliran jaga di waktu malam.Engkau menghanyutkan manusia; mereka seperti mimpi, seperti rumput yang bertumbuh, di waktu pagi berkembang dan bertumbuh, di waktu petang lisut dan layu"

(Mzm 90:3-6)

 

Jakarta, 1 Agustus 2010


Jumat, 30 Juli 2010

31 Juli -Ul 30:15-20; Gal 5:16-25; Luk 9:18-26

"Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia membinasakan atau merugikan dirinya sendiri?"

Pesta St Ignatius Loyola: Ul 30:15-20; Gal 5:16-25; Luk 9:18-26


"Ignatius lahir pada tahun 1491 di Guipuzooa di daerah Baskia, Sepanyol. Ia putera bungsu keluarga bangsawan Loyola. Di masa mudanya ia tinggal bersama dengan orang-orang istana dan tentara. Pada tahun 1521 dalam pertempuan untuk mempertahankan benteng Pamplona ia mengalami luka berat. Berbulan-bulan lamanya ia terikat pada tempat tidurnya. Namun masa itu penuh rahmat baginya. Ia mulai menyadari bahwa hatinya digerakkan kesana kemari oleh roh-roh yan berbeda-beda. Dengan menuruti gerakan roh yang baik diambilnya keputusan untuk selanjutnya mencari kemuliaan Allah yang lebih besar, bukan lagi hal-hal yang dikagumi dunia. Maka seluruh sisa hidupnya dibaktikannya untuk mengabdi yang Mahaagung. Dalam ziarahnya ke Tanah Suci dan selama tahun-tahun pengembaraan-nya di Sepanyol, Perancis, Vlaanderen dan Italia, ia selalu mencari kemuliaan Allah dan keselamatan jiwa-jiwa,  baik dalam studi maupun dalam kerasulan, baik dalam percakapan-percakapan maupun dalam doanya.

Sebagai mahasiswa di Paris ia berhasil mengumpulkan sekelompok sahabat-sahabat dan pada tahun 1534 mereka bersama-sama mengucapkan kaul di kapel Santo Dionysius di Montmarte dengan maksud  mengabdikan diri kepada Paus sebagai wakil Kristus. Enam tahun kemudian kelompok mereka yang telah memilih nama "Serikat Yesus" mendapat pengakuan resmi dari Paus. Sampai wafatnya, 31 Juli 1556, Ignatius berkarya terus untuk menyusun konstitusi Serikatnya. Seperti Latihan Rohani mencerminkan pengalaman pribadinya dalam pergaulan dengan Tuhan, demikian konstitusi  mengungkapkan pengalaman-pengalaman Serikat Yesus yang masih muda itu. Pengaruh timbale balik antara aksi dan kontemplasi, kepercayaan bahwa manusia terpanggil untuk memainkan peranan dalam rencana keselamatan Tuhan, cintakasih yang seluas dunia yang tidak mau terikat pada satu tempat saja melainkan membuat orang tetap dinamis, pencarian kehendak Allah dengan mempelajari tanda-tanda zaman: itu semua merupakan tanda-tanda pengenal spiritualitas Santo Ignatius" (dari Buku Misa Seriikat Yesus, Provinsialat SJ, Semarang  1 Maret 1996,  hal 85-86)

 

"Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia membinasakan atau merugikan dirinya sendiri?" (Luk 9:25)

Kutipan di atas ini kiranya juga menjadi inspirasi bagi Ignatius ketika ia mengambil keputusan "untuk selanjutnya mencari kemuliaan Allah yang lebih besar, bukan lagi hal-hal yang dikagumi dunia". Sabda Yesus di atas ini kiranya juga bagi kita semua yang percaya atau beriman kepadaNya, maka marilah kita jadikan motto atau motivasi dan inspirasi hidup, kerja dan pelayanan kita setiap hari dimanapun dan kapanpun. Memang hidup dan bertindak sesuai dengan sabda tersebut pada masa kini akan menghadapi banyak tantangan, masalah dan hambatan, mengingat dan memperhatikan sikap mental materialistis menjiwai hampir semua orang, termasuk mereka yang disebut sebagai pemuka-pemuka agama. Masih maraknya tindakan korupsi yang dilakukan oleh para pegawai maupun pejabat menunjukkan bahwa sikap mental materialistis begitu kuat pada mereka, dan tentu saja cara hidup dan cara bertindak mereka mempengaruhi masyarakat atau rakyat pada umumnya.

 

"Maksudku ialah: hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging. Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging -- karena keduanya bertentangan -- sehingga kamu setiap kali tidak melakukan apa yang kamu kehendaki." (Gal 5:16-17), demikian kesaksian iman dan peringatan Paulus kepada umat di Galatia, kepada kita semua, yang orang beriman. Kita semua dipanggil hidup oleh Roh, sehingga cara hidup dan cara bertindak kita menghasilkan buah-buah Roh seperti "kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri."(Gal 5:22-23). Maka baiklah kami mengajak dan mengingatkan kita semua untuk senantiasa berusaha menghayati keutamaan-keutamaan sebagai buah Roh tersebut di dalam hidup kita sehari-hari demi keselamatan jiwa kita sendiri maupun saudara-saudari kita. Jauhkan aneka macam bentuk sikap materialistis atau 'keinginan daging' seperti ": percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya" (Gal 5:19-21). St.Ignatius Loyola juga dikenal dengan kemahirannya dalam pembedaan roh atau 'spiritual discernment' , maka baiklah kita refleksikan apa itu pembedaan roh.

 

"Ingatlah, aku menghadapkan kepadamu pada hari ini kehidupan dan keberuntungan, kematian dan kecelakaan, karena pada hari ini aku memerintahkan kepadamu untuk mengasihi TUHAN, Allahmu, dengan hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya dan berpegang pada perintah, ketetapan dan peraturan-Nya, supaya engkau hidup dan bertambah banyak dan diberkati oleh TUHAN, Allahmu, di negeri ke mana engkau masuk untuk mendudukinya" (Ul 30:15-16).

Setiap hari kita menghadapi 'kehidupan dan keberuntungan, kematian dan kecelakaan'  alias tawaran atau ajakan untuk mengikuti roh baik atau roh jahat, berbuat baik atau berbuat jahat. Sebagai orang-orang beriman kiranya kita semua mendambakan hidup baik alias senantiasa mengikuti dan melaksanakan aneka ajakan, sapaan atau sentuhan untuk berbuat baik. Agar kita mahir dalam membedakan apa yang baik dan jahat hendaknya setiap melakukan pemeriksaan batin setiap hari, yang menjadi bagian dari doa harian, yaitu doa malam. Pemeriksaan batin bukan mencari kesalahan atau dosa-dosa saja, melainkan mencari dan mengenali apa yang baik, mulia, luhur dan indah dalam diri kita dan sebaliknya. Kami percaya dalam diri kita masing-masing pasti lebih banyak apa yang baik daripada apa yang jahat.

 

Untuk dapat melihat dengan teliti, benar dan tepat kiranya kita butuh 'penerangan' yang baik dan memadai. Jika kita berada di dalam kegelapan kiranya kita tak mungkin membedakan mana yang baik dan yang jahat, mana yang membawa ke kehidupan dan mana yang membawa ke kematian. Maka dinamika pemeriksaan batin kurang lebih secara berurutan atau kronologis terjadi demikian:

1). Mohon terang atau rahmat Roh Kudus

2). Memutar 'film kehidupan kita sendiri' sambil mengenali pengalaman kecenderungan hati untuk berbuat baik maupun aneka perbuatan baik serta kecenderungan hati untuk berbuat jahat dan aneka perbuatan jahat.

3). Bersyukur dan berterima kasih atas kecenderungan untuk berbuat baik serta aneka kebaikan yang telah kita lakukan.

4). Mohon rahmat dan kekuatan untuk pertobatan, memperbaiki apa yang jahat serta menyesali segala perbuatan jahat yang telah kita lakukan artinya niat untuk tidak melakukan kejahatan yang sama.

5). Bersyukur dan berterima kasih atas segala anugerah atau rahmat Tuhan yang telah kita nikmati.

 

Salah satu cara konkret agar kita semakin trampil dan mahir dalam pembedaan roh adalah seantiasa berusaha hidup dan bertindak 'berpegang pada perintah, ketetapan dan peraturanNya', artinya dengan rendah hati, pengorbanan dan perjuangan berusaha mentaati dan melaksanakan aneka aturan dan tatanan yang terkait dengan hidup, panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing. Maka marilah kita baca, renungkan, refleksikan dan hayati aturan dan tatanan yang terkait dengan hidup, panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing. Jika kita terbiasa mentaati dan melaksanakan aturan dan tatanan hidup yang berlaku, maka kita akan terbantu untuk mendengarkan, mentaati dan melaksanakan bisikan roh baik atau Roh Kudus. Marilah kepada anak-anak di dalam keluarga dibiasakan untuk mentaati dan melaksanakan aneka aturan atau kesepakatan atau kebijakan yang telah dibuat.

"Ambillah ya Tuhan kebebasanku, kehendakku budi ingatanku . Pimpinlah diriku dan Kau kuasai. Perintahlah akan kutaati. Hanya rahmat dan kasih dariMu,  yang kumohon menjadi milikku. Berikanlah menjadi milikku. Lihatlah semua yang ada padaku,  kuhaturkan menjadi milikMu.  Pimpinlah diriku dan Kau kuasai,  perintahlah akan kutaati" (St. Ignatius Loyola)

Jakarta, 31 Juli 2010            

 


Kamis, 29 Juli 2010

30 Juli - Yer 26:1-9; Mat 13:54-58

"Seorang nabi dihormati dimana-mana, kecuali di tempat asalnya sendiri"

(Yer 26:1-9; Mat 13:54-58)

 

"Setibanya di tempat asal-Nya, Yesus mengajar orang-orang di situ di rumah ibadat mereka. Maka takjublah mereka dan berkata: "Dari mana diperoleh-Nya hikmat itu dan kuasa untuk mengadakan mujizat-mujizat itu? Bukankah Ia ini anak tukang kayu? Bukankah ibu-Nya bernama Maria dan saudara-saudara-Nya: Yakobus, Yusuf, Simon dan Yudas? Dan bukankah saudara-saudara-Nya perempuan semuanya ada bersama kita? Jadi dari mana diperoleh-Nya semuanya itu?" Lalu mereka kecewa dan menolak Dia. Maka Yesus berkata kepada mereka: "Seorang nabi dihormati di mana-mana, kecuali di tempat asalnya sendiri dan di rumahnya." Dan karena ketidakpercayaan mereka, tidak banyak mujizat diadakan-Nya di situ." (Mat 13:54-58), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Seorang nabi pada umumnya adalah suci serta bertugas menyebarluaskan kebenaran-kebenaran atau suara/ kehendak Allah; ia adalah utusan Allah, maka selayaknya dihormati dimana-mana, lebh-lebih oleh orang-orang beriman. Kebanyakan dari kita memiliki sikap mental bahwa apa-apa yang  berasal dari luar negeri/daerah lebih baik daripada apa yang ada di dalam negeri/daerah, padahal secara obyektif apa yang ada di dalam negeri/daerah sebenarnya lebih baik dan berkwalitas daripda yang berasal dari luar negeri/daerah. Maka benarlah apa yang disabdakan oleh Yesus bahwa "Seorang nabi dihormati dimana-mana, kecuali di tempat asalnya sendiri dan dirumahnya". Sabda Yesus ini memperingatkan dan mengajak kita semua untuk lebih memperhatikan apa-apa yang baik, indah, luhur, mulia di tempat asal kita sendiri, di rumah atau lingkungan hidup kita sendiri. Untuk itu memang kita sering harus berani mengambil jarak dari tempat asal atau rumah kita sendiri untuk melihat lebih teliti, cermat, tepat dan benar apa-apa yang ada di dalam tempat asal atau rumah kita sendiri. Sebagaimana para pemain sepak bola tak mungkin merefleksi permainan mereka sendiri dengan baik, melainkan pengamat atau penonton akan lebih baik dalam merefleksi permainan, demikian juga perihal kebersamaan hidup kita. Maka silahkan sekali waktu anda 'keluar' dari rumah dan tempat asal untuk melihat dalam terang Tuhan apa yang ada di dalam tempat asal atau rumah kita. Marilah kita hormati, junjung tinggi apa-apa yang baik, benar, mulia dan indah di tempat asal atau rumah kita sendiri. Marilah kita kenakan pakaian produksi dalam negeri, kita konsumsi aneka jenis makanan dan minuman yang sehat yang berasal dari tempat asal atau rumah sendiri.

·   "Jika kamu tidak mau mendengarkan Aku, tidak mau mengikuti Taurat-Ku yang telah Kubentangkan di hadapanmu, dan tidak mau mendengarkan perkataan hamba-hamba-Ku, para nabi, yang terus-menerus Kuutus kepadamu, -- tetapi kamu tidak mau mendengarkan -- maka Aku akan membuat rumah ini sama seperti Silo, dan kota ini menjadi kutuk bagi segala bangsa di bumi." (Yer 26:4-6). Marilah kita dengarkan dan laksanakan perkataan para nabi, para pengkotbah, para guru agama, para pembawa kebenaran di dalam hidup dan kerja kita bersama setiap hari. Perkataan mereka mungkin jarang kita dengarkan, maka baiklah kita baca, renungkan dan hayati tulisan-tulisan mereka atau aneka aturan dan tatanan hidup sebagai terjemahan kehendak Tuhan melalui orang-orang baik dan benar. Ada aneka macam aturan dan tatanan hidup yang tertulis dimana-mana, misalnya di jalanan ada rambu-rambu lalu lintas atau petunjuk jalan, dalam aneka kemasan makanan, minuman, obat dan sarana-prasarana ada aturan pakai, dalam hidup dan kerja bersama ada aturan atau tatanan demi kesuksesan dan kebahagiaan hidup maupun kerja, dst.. Pengalaman menunjukkan ketika warga kota tidak mentaati atau melaksanakan aturan atau tatanan hidup bersama, maka apa yang terjadi di dalam kota adalah kutuk atau musibah bagi warga kota sendiri, misalnya perilaku warga membuang sampah seenaknya sehingga menyumbat saluran-saluran maupun sungai yang mengakibatkan banjir bandang, penyambungan kabel listrik seenaknya menyebabkan kebakaran, berkendara seenaknya menyebabkan kecelakaan dan korban manusia, dst..  Jika terhadap aturan atau tatanan hidup bersama yang sederhana itu saja orang tak mampu mentaati dan melaksanakannya, apalagi aturan atau tatanan lain yang lebih berat dan rumit. Marilah kita biasakan mentaati dan melaksanakan aneka aturan dan tatanan hidup sehari-sehari di rumah kita sendiri, di lingkungan hidup kita sendiri, di tempat kerja atau belajar kita, dst…

 

"Orang-orang yang membenci aku tanpa alasan lebih banyak dari pada rambut di kepalaku; terlalu besar jumlah orang-orang yang hendak membinasakan aku, yang memusuhi aku tanpa sebab; aku dipaksa untuk mengembalikan apa yang tidak kurampas. Sebab oleh karena Engkaulah aku menanggung cela, noda meliputi mukaku. Aku telah menjadi orang luar bagi saudara-saudaraku, orang asing bagi anak-anak ibuku; sebab cinta untuk rumah-Mu menghanguskan aku, dan kata-kata yang mencela Engkau telah menimpa aku "

(Mzm 69:5.8-10)

Jakarta, 30 Juli 2010