Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Sabtu, 24 Juli 2010

Minggu Biasa XVII/C

"Bapa manakah di antara kamu, jika anaknya minta ikan dari padanya, akan memberikan ular kepada anaknya itu ganti ikan?"

Mg Biasa XVII : Kej 18:20-32; Kol 2:12-14; Luk 11:1-13

"Apa gunanya berdoa? Berdoa tidak ada gunanya sama sekali, maka tak usah berdoa lagi tidak apa-apa. Saya sudah mengikuti novena tanpa henti, berdoa di gereja, di tempat ziarah dll, tetapi semua permohonan saya tiada satupun yang dikabulkan", demikian keluh kesah seseorang yang pernah saya dengar sendiri. Jika mendengarkan ujud-ujud doa permohonan dalam novena-novena memang sering menimbulkan pertanyaan pada diri saya atau membuat saya tertawa, maklum ada permohonan kepada Allah agar segera menjadi kaya, naik pangkat, ada juga yang mohon agar teman atau tetangganya yang menjengkelkan atau merepotkan segera dipanggil Allah alias meninggal dunia, dst…Mereka kiranya salah dalam berdoa atau mengajukan permohonan kepada Allah, mereka memproyeksikan keinginan atau nafsunya kepada Allah alias Allah dipaksa memenuhi keinginan atau nafsu mereka. Allah akan mengabulkan doa atau permohonan kita yang baik dan benar, yaitu demi keselamatan jiwa manusia, entah jiwa kita sendiri maupun jiwa sesama atau saudara-saudari kita. Allah, Bapa yang baik tahu apa yang kita butuhkan, maka marilah kita berdoa  antara lain sebagaimana diajarkan oleh Yesus ini: .

 

"Dikuduskanlah nama-Mu; datanglah Kerajaan-Mu" (Luk 11:2).

 

Di dalam berdoa hendaknya pertama-tama dan terutama mohon kedatangan atau kehadiran Allah dalam diri kita maupun lingkungan hidup kita; namun sebenarnya Allah senantiasa telah hadir dan berkarya dalam diri kita masing-masing maupun lingkungan hidup kita. Maka awal doa hendaknya menjadari dan menghayati kehadiran dan karya Allah dalam diri kita yang lemah dan rapuh maupun lingkungan hidup kita. Agar kita dapat menyadari dan menghayati kehadiran dan karya Allah maka kita harus bersikap rendah hati, dengan rendah hati kita melihat dan mendengarkan kehadiran dan karya Allah, yang antara lain "dalam tumbuh-tumbuhan, memberi daya tumbuh, dalam binatang-binatang, memberi daya rasa, dalam manusia, memberi pikiraan; jadi Allah juga tinggal dalam aku, memberi aku ada, hidup, berdaya rasa dan berpikiran. Bahkan dijadikan olehNya aku bait-Nya, karena aku telah diciptakan  serupa dan menurut citra yang Mahaagung" (St. Ignatius Loyola: Latihan Rohani no 235). Setelah melihat dan  mendengarkan kehadiran dan karya Allah di dalam ciptaan-ciptaanNya termasuk dalam diri kita sendiri, marilah kita laksanakan ajakan, sentuhan atau sapaanNya.

 

Di dalam doa kita hendaknya juga mohon agar dapat menguduskan nama Allah di dalam hidup kita sehari-hari, yang berarti menghormati, mengabdi, memuji dan memuliakan Allah dalam dan melalui ciptaan-ciptaanNya. Kita harus melakukan hal itu "karena dengan Dia kamu dikuburkan dalam baptisan, dan di dalam Dia kamu turut dibangkitkan juga oleh kepercayaanmu kepada kerja kuasa Allah, yang telah membangkitkan Dia dari orang mati. Kamu juga, meskipun dahulu mati oleh pelanggaranmu dan oleh karena tidak disunat secara lahiriah, telah dihidupkan Allah bersama-sama dengan Dia, sesudah Ia mengampuni segala pelanggaran kita, dengan menghapuskan surat hutang, yang oleh ketentuan-ketentuan hukum mendakwa dan mengancam kita. Dan itu ditiadakan-Nya dengan memakukannya pada kayu salib" (Kol 2:12-14). Hidup dan segala sesuatu yang kita miliki, kuasai dan nikmati sampai saat ini adalah anugerah Allah, yang kita terima melalui mereka yang telah berbuat baik kepada atau mengasihi kita, maka selayaknya di dalam hidup sehari-hari kita senantiasa mengutamakan peran, kehadiran dan karya Allah di dalam ciptaan-ciptaanNya, terutama dalam diri manusia yang diciptakan sebagai gambar atau citra Allah.       

  

"Berikanlah kami setiap hari makanan kami yang secukupnya" (Luk 11:3)

 

Permohonan agara kita setiap hari dapat makan secukupnya, sesuai norma atau aturan hidup sehat kiranya menjadi harapan dan dambaan kita semua. Makanan secukupnya bukan sebanyak-banyaknya dan apa yang dimaksudkan dengan makanan disini kiranya semua kebutuhan hidup sehat seperti sandang/pakaian, papan/tempat tinggal dan pangan/makanan. Maka kami mengingatkan kita semua: hendaknya menjauhkan diri dari aneka bentuk keserakahan atau yang berlebihan, dengan kata lain menjadi orang yang bersikap mental 'pengumpul'. Marilah kita mohon agar kita dapat hidup sederhana, dan ketika kita semua dapat hidup sederhana kiranya tidak ada orang yang kelaparan atau kehausan, kurang gizi alias menderita karena tidak dapat menikmati 'sandang, papan dan pangan' selayaknya.

 

Dalam hal makan dan minum hendaknya berpedoman pada hidup sehat, bukan suka atau tidak suka, nikmat atau tidak nikmat. Marilah kita berpedoman pada 'empat sehat lima sempurna' (nasi/jagung/ubi dst, sayur, daging, buah-buahan dan susu). Jika hendak melakukan diet hendaknya berpedoman pada norma kesehatan sebagaimana disarankan oleh para dokter, bukan berpedoman pada keinginan sendiri, sehingga kurang gizi. Kami berharap kepada para orangtua untuk memperhatikan anak-anaknya, lebih-lebih pada usia balita, agar makan dan minum yang bergizi. Kepada para ibu kami harapkan untuk memberi ASI alias menyusui anaknya sedapat mungkin sampai satu tahun atau lebih, jangan hanya satu sampai tiga bulan saja, sebagaimana dilakukan oleh sebagian ibu muda pada masa kini.     

 

"Ampunilah kami akan dosa kami, sebab kami pun mengampuni setiap orang yang bersalah kepada kami" (Luk 11:4)

          

Dalam bacaan pertama dari Kitab Kejadian hari ini dikisahkan dialog antara Abraham dengan Allah, doa permohonan kasih pengampunan Allah kepada umatNya. Demi sedikit orang baik dan benar, yang sungguh beriman atau mempersembahkan diri seutuhnya kepada Allah,  Allah tidak akan memusnahkan sebagian besar umatNya yang berdosa., Allah mengampuni mereka melalui orang-orang benar dan baik atau berbudi pekerti luhur. Di dalam doa Bapa Kami, yang diajarkan oleh Yesus dan kiranya setiap hari kita doakan, kita berdoa dan mohon "ampunilah kami akan dosa kami, sebab kami pun mengampuni setiap orang yang bersalah kepada kami".  Hendaknya doa ini tidak hanya manis di mulut tetapi juga manis di dalam tindakan kita, dengan kata lain marilah kita saling mengampuni satu sama lain di dalam hidup sehari-hari.

 

Para ibu kiranya memiliki pengalaman banyak dan mendalam perihal "mengampuni setiap orang yang bersalah kepada kami", antara lain pengampunan yang diberikan kepada anak-anaknya, lebih-lebih ketika mereka masih bayi atau selama usia balita. Anaknya di tengah malam rewel, mengganggu tidur atau istirahat, sang ibu pasti mengampuninya dengan penuh kasih dan kelemah-lembutan. Maka kami berharap para ibu untuk terus memperdalam dan memperkuat keutamaan mengampuni orang yang bersalah tersebut, dan dengan rendah hati menyebarluaskan kepada sesamanya. Memang itu jati diri para ibu/perempuan, yang memiliki rahim, dimana di dalam rahim tumbuh berkembang 'buah kasih/anak' dalam kasih pengampunan atau kerahiman, maka hendaknya para ibu/perempuan sungguh dapat menjadi saksi 'kerahiman' bagi sesamanya. Refleksikan pengalaman anda ketika sedang mengandung, keutamaan-keutamaan macam apa yang anda hayati ketika sedang mengandung? Hendaknya pengalaman tersebut terus dihayati, diperdalam dan disebarluaskan.

 

Di dalam doa kita juga mohon kasih pengampunan Allah. Marilah kita sadari dan hayati bahwa kita telah menerima kasih pengampunan Allah secara melimpah melalui saudara-saudari kita, terutama melalui ibu kita masing-masing yang telah mengandung dan melahirkan kita.

 

"Aku hendak bersyukur kepada-Mu dengan segenap hatiku, di hadapan para allah aku akan bermazmur bagi-Mu. Aku hendak sujud ke arah bait-Mu yang kudus dan memuji nama-Mu, oleh karena kasih-Mu dan oleh karena setia-Mu; sebab Kaubuat nama-Mu dan janji-Mu melebihi segala sesuatu. Pada hari aku berseru, Engkau pun menjawab aku, Engkau menambahkan kekuatan dalam jiwaku."

(Mzm 138:1-3)

Jakarta, 25 Juli 2010


Jumat, 23 Juli 2010

24 Juli - Yer 7:1-11; Mat 13:24-30

"Biarkanlah keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai".

(Yer 7:1-11; Mat 13:24-30)

 

"Yesus membentangkan suatu perumpamaan lain lagi kepada mereka, kata-Nya: "Hal Kerajaan Sorga itu seumpama orang yang menaburkan benih yang baik di ladangnya. Tetapi pada waktu semua orang tidur, datanglah musuhnya menaburkan benih lalang di antara gandum itu, lalu pergi. Ketika gandum itu tumbuh dan mulai berbulir, nampak jugalah lalang itu. Maka datanglah hamba-hamba tuan ladang itu kepadanya dan berkata: Tuan, bukankah benih baik, yang tuan taburkan di ladang tuan? Dari manakah lalang itu? Jawab tuan itu: Seorang musuh yang melakukannya. Lalu berkatalah hamba-hamba itu kepadanya: Jadi maukah tuan supaya kami pergi mencabut lalang itu? Tetapi ia berkata: Jangan, sebab mungkin gandum itu ikut tercabut pada waktu kamu mencabut lalang itu. Biarkanlah keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai. Pada waktu itu aku akan berkata kepada para penuai: Kumpulkanlah dahulu lalang itu dan ikatlah berberkas-berkas untuk dibakar; kemudian kumpulkanlah gandum itu ke dalam lumbungku." (Mat 13:24-30), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Di dunia ini ada dua unsur/hal yang berbeda satu sama lain, misalnya laki-laki dan perempuan, baik dan buruk, pandai/cerdas dan bodoh, kaya dan miskin, berbudi pekerti luhur dan amoral, sehat dan sakit, dst.. , sebagaimana digambarkan dalam Warta Gembira hari ini ada benih gandum dan benih lalang. Ada kecenderungan umum pada diri kita untuk dengan mudah menyingkirkan atau memusnahkan yang buruk, bodoh, miskin, amoral dst.., namun Tuhan menghendaki sebaliknya yaitu "Biarkanlah keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai". Kehendak Tuhan ini kiranya dapat kita tanggapi dengan positif dengan hidup dan bekerja bersama, saling membantu dan mengasihi antar yang berbeda dan saling bertolak-belakang tersebut. Maka secara khusus perkenankan saya mengingatkan mereka yang berkecimpung di dalam pelayanan pendidikan atau pembinaan dan pendampingan anak-anak dan generasi muda, entah di sekolah-sekolah maupun di berbagai tempat pembinaan. Hendaknya senantiasa diusahakan kerjasama antar anak-anak yang miskin dan yang kaya, yang pandai dan yang bodoh, yang rajin dan yang malas, dst.. Berilah kesempatan kepada yang kaya untuk mensharingkan kekayaannya kepada yang miskin, yang pandai mensharingkan kepandaiannya kepada yang bodoh, yang rajin mensharingkan kerajinannya kepada yang malas, dan sebaliknya yang miskin belajar dari yang kaya, yang bodoh belajar dari yang pandai, yang malas belajar dari yang rajin. Dengan saling memberi dan menerima satu sama lain pasti akan menghasilkan buah/panenan yang memuaskan, membahagiakan dan menyelamatkan.

·   "Perbaikilah tingkah langkahmu dan perbuatanmu, maka Aku mau diam bersama-sama kamu di tempat ini" (Yer 7:3), demikian firman Tuhan kepada bangsa terpilih melalui nabi Yeremia. Firman ini juga terarah bagi kita semua umat beriman, lebih-lebih kita yang miskin, bodoh atau malas diharapkan segera memperbaiki diri. Memang bagi yang miskin, bodoh dan malas tentu sulit untuk memperbaiki diri tanpa bantuan dari kita yang kaya, pandai dan rajin. Maka dengan ini kami mengharapkan mereka yang kaya, pandai dan rajin untuk dengan jiwa besar dan hati rela berkorban membantu perbaikan mereka yang miskin, bodoh dan malas, antara lain dengan memberi kesempatan dan kemungkinan yang miskin membebaskan diri dari kemiskinannya, yang bodoh.membebaskan diri dari kebodohannya, yang malas membebaskan diri dari kemalasannya. Kepada yang miskin, bodoh dan malas kami harapkan untuk senantiasa siap sedia untuk dibebaskan, yang berarti siap sedia untuk berjuang, bekerja keras dan berkorban. Dari yang kaya, pandai dan rajin membutuhkan keutamaan kesabaran dalam rangka membantu pembebasan mereka yang miskin, bodoh dan malas. "Sabar adalah sikap dan perilaku yang menunjukkan kemampuan dalam mengendalikan gejolak diri dan tetap bertahan seperti keadaan semula dalam menghadapi berbagai rangsangan atau masalah" (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penamanan Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka-Jakarta 1997, hal 24). Terhadap yang miskin, bodoh dan malas ada kecenderungan atau rangsangan untuk marah atau bertindak kasar dan keras, ada kecenderungan untuk memproyeksikan diri pada mereka alias memaksa mereka. Selain dengan kesabaran, sikapi dan perlakukan mereka yang miskin, bodoh dan malas dengan semangat 'cintakasih dan kebebasan Injili', sebagaimana setiap dari kita diciptakaan, diadakan, dikandung, dilahirkan dan dididik dengan semangat cintakasih dan kebebasan.

 

"Jiwaku hancur karena merindukan pelataran-pelataran TUHAN; hatiku dan dagingku bersorak-sorai kepada Allah yang hidup. Bahkan burung pipit telah mendapat sebuah rumah, dan burung layang-layang sebuah sarang, tempat menaruh anak-anaknya, pada mezbah-mezbah-Mu, ya TUHAN semesta alam, ya Rajaku dan Allahku! Berbahagialah orang-orang yang diam di rumah-Mu, yang terus-menerus memuji-muji Engkau"

(Mzm 84:3-5).

Jakarta, 24 Juli 2010


23 Juli - Yer 3:14-17; Mat 13:18-23

"Yang ditaburkan di tanah yang baik ialah orang yang mendengar firman itu dan mengerti"

(Yer 3:14-17; Mat 13:18-23)

 

"Karena itu, dengarlah arti perumpamaan penabur itu. Kepada setiap orang yang mendengar firman tentang Kerajaan Sorga, tetapi tidak mengertinya, datanglah si jahat dan merampas yang ditaburkan dalam hati orang itu; itulah benih yang ditaburkan di pinggir jalan. Benih yang ditaburkan di tanah yang berbatu-batu ialah orang yang mendengar firman itu dan segera menerimanya dengan gembira. Tetapi ia tidak berakar dan tahan sebentar saja. Apabila datang penindasan atau penganiayaan karena firman itu, orang itu pun segera murtad. Yang ditaburkan di tengah semak duri ialah orang yang mendengar firman itu, lalu kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah. Yang ditaburkan di tanah yang baik ialah orang yang mendengar firman itu dan mengerti, dan karena itu ia berbuah, ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat." (Mat 13:18-23), demikian kutipan Warta Gembira hari ini. 

Berrefleksi bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Kita semua diharapkan menjadi tanah yang baik, yaitu dapat mendengarkan firman atau kehendak Tuhan serta melaksanakannya di dalam hidup sehari-hari. Firman atau kehendak Tuhan antara menjadi nyata dalam aneka ajaran, nasihat, petuah, saran, kritik dst..dari orangtua, guru/pendidik, pastor/pendeta/kyai/biksu, pimpinan atau atasan, dst., maka marilah semuanya itu kita dengarkan, mengerti dan laksanakan. Apapun yang mendatangi kita, entah berupa kata-kata, sentuhan, tindakan dst.. hemat saya merupakan perwujudan kasih atau kehendak Tuhan kepada kita. Memang ada yang enak atau tidak enak, nikmat atau tidak nikmat, namun demikian marilah kita hayati semuanya itu sebagai kata-kata atau tindakan yang diilhamkan oleh Allah, yang "memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran"(2Tim 3:16). Kita semua membutuhkan aneka pengajaran terus menerus yang menuntun kita menuju ke kebenaran atau kesematan sejati. Dalam pelaksanaan atau penghayatan kehendak Tuhan kita sering kurang sunggguh, seenaknya alias bertindak salah, maka selayaknya untuk menerima peringatan, tegoran atau perbaikan. Memang pada masa kini untuk setia pada kehendak dan firman Tuhan harus menghadapi aneka macam tantangan dan ancaman, tetapi percayalah dan imanilah bahwa bersama dan bersatu dengan Tuhan dalam menghadapi aneka tantangan dan ancaman kita pasti mampu mengatasinya, dan dengan demikian dari cara hidup dan cara bertindak kita berbuah aneka keutamaan dan nilai-nilai kehidupan.

·   "Kembalilah, hai anak-anak yang murtad, demikianlah firman TUHAN, karena Aku telah menjadi tuan atas kamu! Aku akan mengambil kamu, seorang dari setiap kota dan dua orang dari setiap keluarga, dan akan membawa kamu ke Sion. Aku akan mengangkat bagimu gembala-gembala yang sesuai dengan hati-Ku; mereka akan menggembalakan kamu dengan pengetahuan dan pengertian" (Yer 3:14-15). Firman Tuhan melalui nabi Yeremia bagi umat Allah ini kiranya layak menjadi permenungan atau refleksi kita bersama, lebih bagi kita yang kurang setia kepada kehendak Tuhan serta hidup dan bertindak seenaknya sendiri. Kita diingatkan untuk mendengarkan aneka bentuk penggembalaan dari para gembala kita yang "menggembalakan dengan pengetahuan dan pengertian". Marilah kita sadari dan hayati kebodohan, kelemahan dan kedosaan kita serta kemudian dengan rendah hati mendengarkan aneka pengetahuan dan pengertian yang disampaikan oleh para gembala kita. Yang dimaksudkan dengan gembala disini antara lain orangtua, guru/pendidik, atasan/ pemimpin dalam hidup beragama, berbangsa, bernegara dan bermasyarakat. Kita percayai atau imani bahwa para gembala senantiasa berkehendak baik, berusaha keras dan dengan rendah hati melayani kita semua di dalam Tuhan. Kami ingatkan bahwa semakin kita memiliki banyak pengetahuan dan pengertian sekaligus semakin banyak hal yang kurang kita ketahui dan mengerti, dengan kata lain semakian tambah usia/tua, semakin suci, semakin pandai, semakin kaya, semakin terampil, dst.. hendaknya semakin rendah hati. Marilah kita dekati dan perlakukan saudara-saudari kita yang murtad dengan rendah hati dan dalam kasih, agar mereka kembali ke cara hidup dan panggilan yang sesuai dengan kehendak Tuhan. Dalam kasih dan kerendahan hati kita pasti mampu mengajak dan menuntun mereka yang murtad untuk bertobat.

 

"TUHAN telah melakukan perkara besar kepada kita, maka kita bersukacita.Pulihkanlah keadaan kami, ya TUHAN, seperti memulihkan batang air kering di Tanah Negeb! Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai. Orang yang berjalan maju dengan menangis sambil menabur benih, pasti pulang dengan sorak-sorai sambil membawa berkas-berkasnya."

(Mzm 126:3-6)

Jakarta, 23 Juli 2010    .      .