Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Jumat, 02 April 2010

4 Apr - Hari Raya Paska 2010

"Masuklah juga murid yang lain, yang lebih dahulu sampai di kubur itu dan ia melihatnya dan percaya"

 HR PASKAH KEBANGKITAN TUHAN: Kis 10:34a.37-43; Kol 3:1-4; Yoh 20:1-9


Ketika saya tinggal di Wisma Uskup, Keuskupan Agung Semarang, dan bertugas sebagai Ekonom Keuskupan Agung Semarang, saya sering harus bepergian ke luar kota dan pulang larut malam. Biasanya saya membawa kendaraan sendiri atau 'nyopir sendiri'. Ada yang sungguh menarik dan mengesan bagi saya, yaitu: ketika saya pulang tengah malam dan kendaraan sudah mendekati pintu gerbang, yang pertama kali terbangun serta menyambut kedatangan saya adalah  anjing piaraan kami, bukan penjaga malam (yang mungkin tertidur). Nampaknya anjing tersebut sudah hafal dan peka akan suara mesin mobil yang saya pakai, maka begitu mendengar suara mesin mobil ybs.. ia langsung berlari cepat ke pintu gerbang, menggonggong untuk menyambut kedatangan kami. Memang kami begitu mengasihi anjing tersebut, yang memang sungguh berfungsi di malam hari sebagai penjaga malam, maka sebagai yang dikasihi ia cepat tanggap dan berlari cepat menyambut kami. Itulah yang sering terjadi dalam kehidupan bersama kita, siapapun yang merasa dikasihi pada umumnya tanggap dan cepat berreaksi ketika yang mengasihi menghadapi masalah atau di dalam kesulitan. Yohanes, adalah murid terkasih Yesus, ketika ia dan Petrus diberi tahu oleh para perempuan bahwa Yesus yang telah dimakamkan tidak ada lagi alias 'hilang', mereka berdua berlari menuju makam, tetapi Yohanes 'yang lebih dahulu sampai ke kubur itu dan ia melihatnya dan percaya'.

 

"Masuklah juga murid yang lain, yang lebih dahulu sampai di kubur itu dan ia melihatnya dan percaya" (Yoh 20:28)

 

Yang terkasih datang lebih cepat, melihatnya dan menjadi percaya, itulah yang terjadi. Kata 'melihat' dan 'percaya' di dalam Injil Yohanes sering dipakai dan dengan demikian kata-kata tersebut sungguh bermakna atau berarti. Yang dapat melihat dan kemudian menjadi percaya, hemat saya tidak hanya melihat dengan mata insani/phisik melulu tetapi juga dengan mata hati dan jiwa. Apa yang dilihatnya menyingkapkan aneka pengalaman atau mengingatkan apa yang telah terjadi dan dialami. Pengalaman murid yang terkasih ini kiranya dapat menjadi bahan permenungan atau refleksi bagi kita semua.

 

Siapa yang terkasih di antara kita, atau dari siapa saya merasa paling dikasihi? Jawaban yang mudah atas pertanyaan ini tentu akan datang dari para suami dan isteri, kemudian dari anak-anak. Yang terkasih dan yang paling mengasihi  bagi suami adalah sang isteri dan sebaliknya, sedangkan yang paling mengasihi anak-anak tentu saja orangtuanya, itulah kebenaran sejati. Maka dengan ini juga kami berharap kepada para suami, isteri, orangtua/ayah ibu dan anak-anak untuk saling melihat dan percaya; hendaknya tidak saling mencurigai ketika untuk sementara harus berpisah, entah satu hari, satu minggu atau beberapa hari. Maklum pada masa kini karena adanya HP (Hand Phone) dengan mudah orang untuk saling berkomunikasi, tetapi dengan mudah juga curiga terhadap yang terkasih dan dengan demikian setiap saat mencoba menghubungi dengan HP-nya. Sadar atau tidak kehadiran HP mau tidak mau telah menggerogoti kepercayaan satu sama lain atau juga menggerogoti sopan santun, etika atau tata-krama.

 

Jika kita tidak mampu mempercayai mereka yang dekat dengan kita setiap hari, entah di dalam keluarga, tempat kerja maupun masyarakat, maka rasanya akan menjadi sulit untuk percaya kepada orang lain yang belum begitu dikenal, apalagi percaya kepada Tuhan, Yang Ilahi. Maka dengan ini kami mengingatkan kita semua: marilah kita perdalam, teguhkan dan perkuat saling percaya kita kepada yang terkasih, yang setiap hari hidup atau bekerja bersama kita. Untuk membantu hal ini baiklah kita lebih mengutamakan untuk melihat apa yang baik, indah, benar, luhur dan mulia dalam diri saudara-saudari kita, yang kiranya lebih banyak daripada apa yang amburadul, jorok, salah, dst…  Beriman kepada Yesus yang telah dibangkitkan dari mati berarti percaya kepada RohNya yang terus menerus bekerja, dan dengan demikian juga dipanggil untuk melihat buah-buah Roh dalam diri saudara-saudari kita maupun dalam seluruh ciptaan Allah di bumi ini. Buah-buah Roh itu antara lain "kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan,  kelemahlembutan, penguasaan diri."(Gal 5:22-23) , marilah kita lihat buah-buah ini dalam diri saudara-saudari kita agar kita semakin saling percaya satu sama lain. Marilah kita renungkan juga sapaan Paulus kepada umat di Kolose di bawah ini.

 

"Karena itu, kalau kamu dibangkitkan bersama dengan Kristus, carilah perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah. Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi."(Kol 3:1-2)    

 

Kita diingatkan oleh Paulus untuk 'mencari dan memikirkan perkara yang di atas', yang berarti senantiasa mengusahakan diri berbudi pekerti luhur dalam hidup sehari-hari. Maka baiklah saya kutipkan sekali lagi nilai-nilai atau keutamaan-keutamaan sebagai perwujudan berbudi pekerti luhur, yaitu : "bekerja keras, berani memikul resiko, berdisiplin, beriman, berhati lembut, berinisiatif, berpikir matang, berpikiran jauh ke depan, bersahaja, bersemangat, bersikap konstruktif, bersyukur, bertanggung jawab, bertenggang rasa, bijaksana, cerdik, cermat, dinamis, efisien, gigih, hemat, jujur, berkemauan keras, kreatif, kukuh hati, lugas, mandiri, mawas diri, menghargai karya orang lain, menghargai kesehatan, menghargai waktu, pemaaf, pemurah, pengabdian, pengendalian diri, produktif, rajin, ramah tamah, rasa kasih sayang, rasa percaya diri, rela berkorban, rendah hati, sabar, setia, sikap adil, sikap hormat, sikap tertib, sopan santun, sportif, susila, tangguh, tegas, tekun, tetap janji, terbuka dan ulet "(Prof.Dr. Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penananam Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka, Jakarta 1997)

 

Keutamaan atau nilai mana yang menurut anda mendesak dan up to date untuk dihayati dan disebar-luaskan dalam hidup sehari-hari dalam lingkungan hidup anda, silahkan dicermati dan dipilih sendiri.  Hemat saya ketika kita unggul dalam penghayatan keutamaan atau nilai tertentu, secara implisit keutamaan atau nilai lain terhayati juga. Baiklah di sini saya mengangkat keutamaan 'disiplin' yang menurut pengamatan saya perlu dihayati dan disebarluaskan. "Berdisiplin adalah kesadaran akan sikap dan perilaku yang sudah tertanam dalam diri sesuai dengan tata tertib yang berlaku dalam suatu keteraturan secara berkesinambungan yang diarahkan pada suatu tujuan atau sasaran yang telah ditentukan" (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 10). Kami berharap berdisiplin ini sedini mungkin ditanamkan atau dibiasakan pada anak-anak di dalam keluarga dan sekolah-sekolah, dan tentu saja dengan teladan dari para orangtua dan para guru. Kami berharap juga kepada kita semua untuk berdisiplin di jalanan, taatilah aneka macam rambu-rambu dan petunjuk jalan yang terpampang dengan jelas. Apa yang terjadi di jalanan hemat saya dapat menjadi cermin kwalitas hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

 

"Tangan kanan TUHAN berkuasa meninggikan, tangan kanan TUHAN melakukan keperkasaan!" Aku tidak akan mati, tetapi hidup, dan aku akan menceritakan perbuatan-perbuatan TUHAN. Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru. Hal itu terjadi dari pihak TUHAN, suatu perbuatan ajaib di mata kita."

(Mzm 118:16-17.22-23)

'SELAMAT PASKAH, ALLELUIA"    

Jakarta, 4 April 2010



4 Apr - Hari Raya Paska 2010

"Masuklah juga murid yang lain, yang lebih dahulu sampai di kubur itu dan ia melihatnya dan percaya"

 HR PASKAH KEBANGKITAN TUHAN: Kis 10:34a.37-43; Kol 3:1-4; Yoh 20:1-9


Ketika saya tinggal di Wisma Uskup, Keuskupan Agung Semarang, dan bertugas sebagai Ekonom Keuskupan Agung Semarang, saya sering harus bepergian ke luar kota dan pulang larut malam. Biasanya saya membawa kendaraan sendiri atau 'nyopir sendiri'. Ada yang sungguh menarik dan mengesan bagi saya, yaitu: ketika saya pulang tengah malam dan kendaraan sudah mendekati pintu gerbang, yang pertama kali terbangun serta menyambut kedatangan saya adalah  anjing piaraan kami, bukan penjaga malam (yang mungkin tertidur). Nampaknya anjing tersebut sudah hafal dan peka akan suara mesin mobil yang saya pakai, maka begitu mendengar suara mesin mobil ybs.. ia langsung berlari cepat ke pintu gerbang, menggonggong untuk menyambut kedatangan kami. Memang kami begitu mengasihi anjing tersebut, yang memang sungguh berfungsi di malam hari sebagai penjaga malam, maka sebagai yang dikasihi ia cepat tanggap dan berlari cepat menyambut kami. Itulah yang sering terjadi dalam kehidupan bersama kita, siapapun yang merasa dikasihi pada umumnya tanggap dan cepat berreaksi ketika yang mengasihi menghadapi masalah atau di dalam kesulitan. Yohanes, adalah murid terkasih Yesus, ketika ia dan Petrus diberi tahu oleh para perempuan bahwa Yesus yang telah dimakamkan tidak ada lagi alias 'hilang', mereka berdua berlari menuju makam, tetapi Yohanes 'yang lebih dahulu sampai ke kubur itu dan ia melihatnya dan percaya'.

 

"Masuklah juga murid yang lain, yang lebih dahulu sampai di kubur itu dan ia melihatnya dan percaya" (Yoh 20:28)

 

Yang terkasih datang lebih cepat, melihatnya dan menjadi percaya, itulah yang terjadi. Kata 'melihat' dan 'percaya' di dalam Injil Yohanes sering dipakai dan dengan demikian kata-kata tersebut sungguh bermakna atau berarti. Yang dapat melihat dan kemudian menjadi percaya, hemat saya tidak hanya melihat dengan mata insani/phisik melulu tetapi juga dengan mata hati dan jiwa. Apa yang dilihatnya menyingkapkan aneka pengalaman atau mengingatkan apa yang telah terjadi dan dialami. Pengalaman murid yang terkasih ini kiranya dapat menjadi bahan permenungan atau refleksi bagi kita semua.

 

Siapa yang terkasih di antara kita, atau dari siapa saya merasa paling dikasihi? Jawaban yang mudah atas pertanyaan ini tentu akan datang dari para suami dan isteri, kemudian dari anak-anak. Yang terkasih dan yang paling mengasihi  bagi suami adalah sang isteri dan sebaliknya, sedangkan yang paling mengasihi anak-anak tentu saja orangtuanya, itulah kebenaran sejati. Maka dengan ini juga kami berharap kepada para suami, isteri, orangtua/ayah ibu dan anak-anak untuk saling melihat dan percaya; hendaknya tidak saling mencurigai ketika untuk sementara harus berpisah, entah satu hari, satu minggu atau beberapa hari. Maklum pada masa kini karena adanya HP (Hand Phone) dengan mudah orang untuk saling berkomunikasi, tetapi dengan mudah juga curiga terhadap yang terkasih dan dengan demikian setiap saat mencoba menghubungi dengan HP-nya. Sadar atau tidak kehadiran HP mau tidak mau telah menggerogoti kepercayaan satu sama lain atau juga menggerogoti sopan santun, etika atau tata-krama.

 

Jika kita tidak mampu mempercayai mereka yang dekat dengan kita setiap hari, entah di dalam keluarga, tempat kerja maupun masyarakat, maka rasanya akan menjadi sulit untuk percaya kepada orang lain yang belum begitu dikenal, apalagi percaya kepada Tuhan, Yang Ilahi. Maka dengan ini kami mengingatkan kita semua: marilah kita perdalam, teguhkan dan perkuat saling percaya kita kepada yang terkasih, yang setiap hari hidup atau bekerja bersama kita. Untuk membantu hal ini baiklah kita lebih mengutamakan untuk melihat apa yang baik, indah, benar, luhur dan mulia dalam diri saudara-saudari kita, yang kiranya lebih banyak daripada apa yang amburadul, jorok, salah, dst…  Beriman kepada Yesus yang telah dibangkitkan dari mati berarti percaya kepada RohNya yang terus menerus bekerja, dan dengan demikian juga dipanggil untuk melihat buah-buah Roh dalam diri saudara-saudari kita maupun dalam seluruh ciptaan Allah di bumi ini. Buah-buah Roh itu antara lain "kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan,  kelemahlembutan, penguasaan diri."(Gal 5:22-23) , marilah kita lihat buah-buah ini dalam diri saudara-saudari kita agar kita semakin saling percaya satu sama lain. Marilah kita renungkan juga sapaan Paulus kepada umat di Kolose di bawah ini.

 

"Karena itu, kalau kamu dibangkitkan bersama dengan Kristus, carilah perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah. Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi."(Kol 3:1-2)    

 

Kita diingatkan oleh Paulus untuk 'mencari dan memikirkan perkara yang di atas', yang berarti senantiasa mengusahakan diri berbudi pekerti luhur dalam hidup sehari-hari. Maka baiklah saya kutipkan sekali lagi nilai-nilai atau keutamaan-keutamaan sebagai perwujudan berbudi pekerti luhur, yaitu : "bekerja keras, berani memikul resiko, berdisiplin, beriman, berhati lembut, berinisiatif, berpikir matang, berpikiran jauh ke depan, bersahaja, bersemangat, bersikap konstruktif, bersyukur, bertanggung jawab, bertenggang rasa, bijaksana, cerdik, cermat, dinamis, efisien, gigih, hemat, jujur, berkemauan keras, kreatif, kukuh hati, lugas, mandiri, mawas diri, menghargai karya orang lain, menghargai kesehatan, menghargai waktu, pemaaf, pemurah, pengabdian, pengendalian diri, produktif, rajin, ramah tamah, rasa kasih sayang, rasa percaya diri, rela berkorban, rendah hati, sabar, setia, sikap adil, sikap hormat, sikap tertib, sopan santun, sportif, susila, tangguh, tegas, tekun, tetap janji, terbuka dan ulet "(Prof.Dr. Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penananam Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka, Jakarta 1997)

 

Keutamaan atau nilai mana yang menurut anda mendesak dan up to date untuk dihayati dan disebar-luaskan dalam hidup sehari-hari dalam lingkungan hidup anda, silahkan dicermati dan dipilih sendiri.  Hemat saya ketika kita unggul dalam penghayatan keutamaan atau nilai tertentu, secara implisit keutamaan atau nilai lain terhayati juga. Baiklah di sini saya mengangkat keutamaan 'disiplin' yang menurut pengamatan saya perlu dihayati dan disebarluaskan. "Berdisiplin adalah kesadaran akan sikap dan perilaku yang sudah tertanam dalam diri sesuai dengan tata tertib yang berlaku dalam suatu keteraturan secara berkesinambungan yang diarahkan pada suatu tujuan atau sasaran yang telah ditentukan" (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 10). Kami berharap berdisiplin ini sedini mungkin ditanamkan atau dibiasakan pada anak-anak di dalam keluarga dan sekolah-sekolah, dan tentu saja dengan teladan dari para orangtua dan para guru. Kami berharap juga kepada kita semua untuk berdisiplin di jalanan, taatilah aneka macam rambu-rambu dan petunjuk jalan yang terpampang dengan jelas. Apa yang terjadi di jalanan hemat saya dapat menjadi cermin kwalitas hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

 

"Tangan kanan TUHAN berkuasa meninggikan, tangan kanan TUHAN melakukan keperkasaan!" Aku tidak akan mati, tetapi hidup, dan aku akan menceritakan perbuatan-perbuatan TUHAN. Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru. Hal itu terjadi dari pihak TUHAN, suatu perbuatan ajaib di mata kita."

(Mzm 118:16-17.22-23)

'SELAMAT PASKAH, ALLELUIA"    

Jakarta, 4 April 2010


3 Apr - Yeh 36:16-17a.18-28; Rm 6:3-11; Luk 24:1-12

"Mengapa kamu mencari Dia yang hidup, di antara orang mati?"

Malam Paskah: Yeh 36:16-17a.18-28; Rm 6:3-11; Luk 24:1-12


Bagi banyak orang kuburan atau makam pada umumnya menakutkan, apalagi ketika baru saja orang mati yang dimakamkan atau dikubur. Rekan-rekan perempuan pada umumnya juga lebih takut daripada rekan-rekan laki-laki. Berjalan sendirian di malam hari menelusuri jalan di pinggir makam atau kuburan merasa takut sekali, itulah yang sering terjadi. Dalam Warta Gembira hari ini dikisahkan bahwa pagi-pagi benar beberapa perempuan mendatangi makam Yesus, tanpa takut dan gentar sedikitpun. Memang setelah Yesus wafat di kayu salib para murid dalam ketakutan, jangan-jangan mereka juga akan mati dengan cara disalibkan juga; dengan kata lain ketakutan menguasai para murid, lebih-lebih para murid laki-laki. Suasana sungguh genting dan menakutkan, tetapi para murid perempuan tanpa takut dan gentar mendatangi tempat Yesus dimakamkan. Yang pertama kali menanggapi secara positif kedatangan Penyelamat Dunia adalah seorang perempuan, Bunda Maria, demikian pula yang pertama kali menjadi saksi kebangkitan Penyelamat Dunia juga perempuan, yaitu "Maria dari Magdala, dan Yohana, dan Maria ibu Yakobus." . Ketika mereka sampai di makam dan batu penutup makam telah terbuka serta tidak melihat jenasah Yesus, maka mereka termangu-mangu dan bertanya-tanya dalam hatinya. Tiba-tiba datanglah malaikat yang berkata: "Mengapa kamu mencari Dia yang hidup, di antara orang mati? Ia tidak ada di sini, Ia telah bangkit. Ingatlah apa yang dikatakan-Nya kepada kamu, ketika Ia masih di Galilea, yaitu bahwa Anak Manusia harus diserahkan ke tangan orang-orang berdosa dan disalibkan, dan akan bangkit pada hari yang ketiga." (Luk 24:5-7). Marilah kita renungkan sapaan malaikat kepada para perempuan tersebut.

 

"Mengapa kamu mencari Dia yang hidup, di antara orang mati? Ia tidak ada di sini, Ia telah bangkit. Ingatlah apa yang dikatakan-Nya kepada kamu, ketika Ia masih di Galilea, yaitu bahwa Anak Manusia harus diserahkan ke tangan orang-orang berdosa dan disalibkan, dan akan bangkit pada hari yang ketiga." (Luk 24:5-7)

 

Yesus, yang telah dibangkitkan dari mati, hidup dan berkarya tanpa kenal batas waktu dan tempat melalui Rohnya yang hidup dan berkarya dalam diri manusia yang percaya kepadaNya alias beriman. Mereka yang hidup dari dan oleh Roh antara lain menghasilkan buah-buah Roh seperti "kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri" (Gal 5:22-23). Maka marilah kita 'mencari Dia yang hidup, telah dibangkitkan dari mati'  dalam diri saudara-saudari kita yang hidup dari dan oleh Roh, yang menghayati keutamaan-keutamaan sebagai buah Roh tersebut diatas . 

 

Malaikat, utusan Tuhan, mengingatkan para perempuan dan kita semua untuk "mengingat-ingat atau mengenangkan apa yang telah dikatakanNya kepada kamu, ketika Ia masih di Galilea', yang bagi kita antara lain berarti mengenangkan berbagai nasihat, saran, ajaran, dst.. dari orangtua kita masing-masing ketika kita masih tinggal di dalam keluarga, lebih-lebih ketika masih kanak-kanak. Kami percaya para orangtua kita masing-masing pasti juga menasihati, mengajarkan kepada kita keutamaan-keutamaan sebagai buah Roh tersebut di atas, maka baiklah sebagai orang yang beriman kepada Yesus kita menghayati keutamaan-keutamaan tersebut di dalam hidup kita sehari-hari, dimanapun dan kapanpun juga. Dari keutamaan-keutamaan tersebut di atas hemat saya yang utama dan pertama-tama harus kita hayati adalah kasih, sebagaimana juga diajarkan oleh Yesus.

 

Para perempuan yang di pagi-pagi buta mendatangi makam Yesus, hemat saya juga merasa telah menerima kasih Tuhan melimpah ruah. Hidup dan bertindak dalam dan oleh kasih memang tiada ketakutan sedikitpun, maka kami secara khusus berharap kepada rekan-rekan perempuan untuk menjadi saksi dan teladan dalam hal kasih dan kerahiman, dimana anda yang telah menjadi ibu telah mengandung dan melahirkan serta membesarkan yang terkasih dengan penuh kasih dan kerahiman. Sapa dan dekati serta sikapi rekan-rekan laki-laki dalam dan dengan kasih, sebagaimana dilakukan oleh para perempuan, saksi kebangkitan yang pertama, kepada Petrus, sehingga "Petrus bangun, lalu cepat-cepat pergi ke kubur itu. Ketika ia menjenguk ke dalam, ia melihat hanya kain kapan saja. Lalu ia pergi, dan ia bertanya dalam hatinya apa yang kiranya telah terjadi" (Luk 24:12). Sentuhan dan sapaan kasih pasti membuat orang bertanya-tanya dalam hati, dan membuat orang semakin bergairah dan berani menghadapi aneka tantangan, hambatan maupun masalah.

 

"Kematian-Nya adalah kematian terhadap dosa, satu kali dan untuk selama-lamanya, dan kehidupan-Nya adalah kehidupan bagi Allah. Demikianlah hendaknya kamu memandangnya: bahwa kamu telah mati bagi dosa, tetapi kamu hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus" (Rm 6:10-11)

 

Paulus mengingatkan kita semua bahwa "kamu telah mati bagi dosa, tetapi kamu hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus", maka marilah peringatan ini kita perhatikan dan hayati. Sebelum Trihari Suci kiranya kita telah mengaku dosa serta menyesali dosa-dosa yang telah kita lakukan dan berkehendak untuk bertobat alias memperbaharui diri. Pada malam ini juga dalam Perayaan Ekaristi untuk mengenangkan Kebangkitan Tuhan Yesus Kristus, kita juga memperbaharui janji baptis bersama-sama, antara lain berjanji untuk menolak semua godaan setan dan hanya mau mengabdi kepada Tuhan Allah saja. Rahmat Sakramen Baptis merupakan pintu masuk menjadi anggota Gereja, Umat Allah, dan menjadi dasar atau landasan iman kita, maka marilah kita perbaharui penghayatan janji baptis tersebut dalam hidup kita sehari-hari, sebagai penghayatan iman kita akan kebangkitan Tuhan Yesus Kristus.

 

Yang menjadi symbol atau lambang kebangkitan Tuhan adalah 'Lilin Paskah' dan kita yang berpartisipasi dalam Perayaan Paskah malam ini juga menyalakan lilin dengan mengambil api dari Lilin Paskah, sambil memegang lilin yang bernyala kita memperbaharui janji baptis. Kita semua berharap dapat menjadi 'lilin yang bernyala' alias menjadi 'sinar terang' dalam hidup kita bersama dimanapun dan kapanpun, itulah antara lain artinya 'hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus'. Kehadiran dan sepak terjang kita dimanapun dan kapanpun diharapkan menjadi 'sinar terang', sehingga memperjelas aneka masalah, mempermudah orang melangkah, menggairahkan dan menggembirakan orang lain, dst.. Menjadi 'sinar terang' berarti juga menjadi petunjuk atau arah bagi orang lain menuju ke keselamatan atau kebahagiaan sejati dan banyak orang tertarik atau tergerak untuk mendekati kita.

 

Pada malam ini kita juga saling mengucapkan 'Selamat Paskah', saling membangkitkan dan menggairahkan satu sama lain. Warna pakaian liturgy mulai malam ini juga menjadi warna terang, dari warna gelap/ungu, yang juga melambangkan perubahan dari gelap ke terang. Di dalam gelap semuanya dapat nampak sama, entah baik semua atau jelek semua, sebalinya di dalam terang nampaklah aneka macam perbedaan yang ada, perbedaan yang semakin membuat suasana semakin semarak dan ceria, karena yang berbeda hanyalah bagian luar saja, yaitu pakaian, wajah, postur tubuh dst., sedangkan bagian dalam sama, yaitu hati yang telah diperbaharui, sebagaimana dikatakan oleh nabi Yeheskiel, maka marilah kita renungkan apa yang dikatakan oleh nabi Yeheskiel di bawah ini.   

 

"Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di dalam batinmu dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan kepadamu hati yang taat. Roh-Ku akan Kuberikan diam di dalam batinmu dan Aku akan membuat kamu hidup menurut segala ketetapan-Ku dan tetap berpegang pada peraturan-peraturan-Ku dan melakukannya. Dan kamu akan diam di dalam negeri yang telah Kuberikan kepada nenek moyangmu dan kamu akan menjadi umat-Ku dan Aku akan menjadi Allahmu" (Yeh 36:26-28).

 

Hati yang baru, yang taat bukan yang keras, roh yang baru di dalam batin, dianugerahkan kepada kita semua, sehingga kita mampu 'hidup menurut segala ketetapan Tuhan dan tetap berpedang pada peraturan-peraturan Tuhan dan melakukannya, kita menjadi umat Allah sejati'.  Kami berharap kepada kita semua untuk tidak memiliki hati yang keras, beku dan membatu, melainkan hati yang  terbuka, siap sedia untuk menerima sapaan dan sentuhan dari Tuhan maupun sesama manusia serta ciptaan-ciptaan Tuhan lainnya di bumi ini. Kita diharapkan meneladan Hati Yesus, yang terluka karena ditusuk tombak, dan dari HatiNya mengalir darah atau air segar, lambang sakramen-sakramen Gereja, yang menghidupkan dan menyegarkan. Kita akan memiliki hati yang demikian itu jika kita setia dan taat melaksanakan aneka ketetapan dan peraturan dari Tuhan, yang antara lain diterjemahkan ke dalam aneka aturan dan tatanan yang terkait dengan hidup, panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing.

 

Roh yang baru berarti bersemangat baru, maka dengan dianugerahi roh yang baru berarti kita diharapkan bersemangat baru dalam menghayati panggilan serta melaksanakan aneka tugas, kewajiban dan perintah. Dalam dan dengan semangat baru diharapkan kita dinamis, cekatan, gembira dan bergairah dalam menghayati panggilan serta melaksanakan tugas perutusan. Dalam dan dengan semangat baru kita tidak takut dan tidak gentar menjadi saksi-saksi iman dalam hidup sehari-hari: misalnya berlaku jujur, adil, disiplin, terbuka, dst.. serta berani memberantas aneka macam kejahatan, antara korupsi yang masih marak dan merajalela di sana-sini. Dalam dan dengan semangat baru pula marilah kita berantas aneka macam bentuk kemiskinan.

 

Kita adalah sama-sama umat Allah, sama-sama beriman, maka selama masih ada kemiskinan dalam kehidupan bersama kita berarti masih ada orang yang berhati keras dan memiliki roh yang lama alias berdosa.  Maka baiklah sebagai penghayatan iman akan kebangkitan Tuhan, kami mengajak anda sekalian untuk mendatangi mereka yang berhati keras tersebut, sebagaimana para perempuan mendatangi para rasul. Sekeras-kerasnya hati orang kita dapat diperlembut dan dibuka, tentu saja hanya dapat didekati dan disikapi dengan hati yang taat, yang siap sedia terluka seperti Hati Yesus. Dengan dan sikap mereka yang berkeras hati dengan rendah hati, dan percayalah pada suatu saat dari hatinya pasti akan muncullah pertanyaan dan kehendak untuk mencari pencerahan atau pembaharuan.

 

"Jadikanlah hatiku tahir, ya Allah, dan perbaharuilah batinku dengan roh yang teguh! Janganlah membuang aku dari hadapan-Mu, dan janganlah mengambil roh-Mu yang kudus dari padaku! Bangkitkanlah kembali padaku kegirangan karena selamat yang dari pada-Mu, dan lengkapilah aku dengan roh yang rela! Maka aku akan mengajarkan jalan-Mu kepada orang-orang yang melakukan pelanggaran, supaya orang-orang berdosa berbalik kepada-Mu."

 (Mzm 51:12-15)

 

"SELAMAT PASKAH , ALLELUYA"

 

Jakarta, 3 April 2010