Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Kamis, 20 September 2012

19 Sept


Ia kerasukan setan"
(1Kor 12:31-13:13; Luk 7:31-35)
"Kata Yesus: "Dengan apakah akan Kuumpamakan orang-orang dari angkatan ini dan dengan apakah mereka itu sama? Mereka itu seumpama anak-anak yang duduk di pasar dan yang saling menyerukan: Kami meniup seruling bagimu, tetapi kamu tidak menari, kami menyanyikan kidung duka, tetapi kamu tidak menangis. Karena Yohanes Pembaptis datang, ia tidak makan roti dan tidak minum anggur, dan kamu berkata: Ia kerasukan setan. Kemudian Anak Manusia datang, Ia makan dan minum, dan kamu berkata: Lihatlah, Ia seorang pelahap dan peminum, sahabat pemungut cukai dan orang berdosa. Tetapi hikmat dibenarkan oleh semua orang yang menerimanya." (Luk 7:31-35), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Ada orang suka sekali mengomentari apapun yang dilihat dan didengar, sebaliknya juga ada orang yang sungguh menutup dirinya alias tidak pernah memperhatikan sungguh-sungguh apa yang dilihat atau didengarnya (segala sesuatu lewat begitu saja). Baik yang suka mengomentari maupun menutup diri  adalah orang-orang yang tidak mau tumbuh berkembang pribadinya baik dalam hal intelektual, emosional, social maupun spiritual. Mereka dapat diumpamakan bagaikan 'katak berada di dalam tempurung'. Sabda Yesus hari ini mengingatkan dan mengajak kita semua untuk dengan rendah hati dan kesiap-siagaan menerima aneka macam informasi, ajaran maupun peristiwa-peristiwa yang terjadi di lingkungan hidup kita. Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan anda semua untuk memiliki keterbukaan diri, antara lain dengan rendah hati mendengarkan aneka informasi serta melihat dengan cermat dan benar aneka peristiwa yang ada di lingkungan hidup kita; dan selanjutnya kami harapkan apa yang dilihat dan didengarkan direfleksikan dengan baik dan benar untuk mengambil  aneka hikmat yang terkandung di dalamnya serta kemudian dijadikan pegangan hidup. Tentu saja secara khusus kami harapkan kita sungguh mendengarkan dan mencecap dalam-dalam sabda Tuhan, entah itu ketika sedang dibacakan sabda Tuhan atau secara pribadi sedang membaca sabda Tuhan, sebagaimana tertulis di dalam Kitab Suci. Ingatlah dan sadari bahwa kita masih berada di bulan Kitab Suci, dimana kita diajak untuk membacakan dan mendengarkan serta mencecap dalam-dalam sabda Tuhan.
·   "Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu.Kasih tidak berkesudahan; nubuat akan berakhir; bahasa roh akan berhenti; pengetahuan akan lenyap." (1Kor 13:4-8), demikian refleksi iman Paulus perihal kasih. Apa yang dikatakan oleh Paulus, sebagaimana saya kutipkan di atas ini sungguh merupakan ajaran atau refleksi perihal kasih yang tiada duanya, dan sering juga dipilih oleh mereka yang akan saling menerimakan Sakramen Perkawinan serta diharapkan menjadi pegangan hidup sebagai suami-isteri. Dan hemat saya kasih memang sangat kentara dan konkret dapat dihayati dalam pasangan suami-isteri yang saling mengasihi satu sama lain dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap tubuh, yang antara lain memuncak dalam hubungan seksual sebagai wujud konkret saling mengasihi. Maka dengan ini kami mengharapkan para suami-isteri atau bapak-ibu sungguh dapat menjadi teladan dalam hal penghayatan kasih sebagaimana dikatakan Paulus di atas. Jika para orangtua dapat menjadi teladan bagi serta membiasakan atau mendidik anak-anaknya dalam hal kasih di atas, maka hidup bersama di dunia ini akan sungguh dalam keadaan damai sejahtera. Dari refleksi kasih yang dikatakan oleh Paulus di atas hemat saya yang mendesak dan up to date untuk kita hayati dan sebarluaskan masa kini adalah "tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain", yang secara konkret dapat kita hayati dengan menjunjung tinggi harkat martabat manusia serta tidak pernah melecehkan sesama manusia sekecil apapun.
"Bersyukurlah kepada TUHAN dengan kecapi, bermazmurlah bagi-Nya dengan gambus sepuluh tali! Nyanyikanlah bagi-Nya nyanyian baru; petiklah kecapi baik-baik dengan sorak-sorai! Sebab firman TUHAN itu benar, segala sesuatu dikerjakan-Nya dengan kesetiaan.Ia senang kepada keadilan dan hukum; bumi penuh dengan kasih setia TUHAN." (Mzm 33:2-5)
Ign 19 September 2012

Minggu, 16 September 2012

18 Sept

"Allah telah melawat umat-Nya."
(1Kor 12:12-14.27-31a; Luk 7:11-17)

"Kemudian Yesus pergi ke suatu kota yang bernama Nain. Murid-murid-Nya pergi bersama-sama dengan Dia, dan juga orang banyak menyertai-Nya berbondong-bondong. Setelah Ia dekat pintu gerbang kota, ada orang mati diusung ke luar, anak laki-laki, anak tunggal ibunya yang sudah janda, dan banyak orang dari kota itu menyertai janda itu. Dan ketika Tuhan melihat janda itu, tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu Ia berkata kepadanya: "Jangan menangis!" Sambil menghampiri usungan itu Ia menyentuhnya, dan sedang para pengusung berhenti, Ia berkata: "Hai anak muda, Aku berkata kepadamu, bangkitlah!" Maka bangunlah orang itu dan duduk dan mulai berkata-kata, dan Yesus menyerahkannya kepada ibunya. Semua orang itu ketakutan dan mereka memuliakan Allah, sambil berkata: "Seorang nabi besar telah muncul di tengah-tengah kita," dan "Allah telah melawat umat-Nya." Maka tersiarlah kabar tentang Yesus di seluruh Yudea dan di seluruh daerah sekitarnya" Luk 7:11-17), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Allah hadir dan berkarya dimana saja dan kapan saja, tak terikat oleh ruang dan waktu, itulah salah satu pelajaran agama yang pernah saya terima ketika saya masih kecil. Memang hanya orang yang memiliki kepekaan hati yang tajam dan rendah hati akan mampu melihat dan mengimani  kehadiran dan karya Allah tersebut, dengan kata lain memiliki hati seperti Hati Yesus, yang HatiNya tergerak oleh belas kasihan terhadap orang yang dengan rendah hati menghadapNya, lebih-lebih orang yang sungguh membutuhkan bantuan atau pertolongan. Maka marilah kita usahakan agar kita memiliki hati yang berbelas kasih kepada siapapun tanpa pandang bulu. Dengan kata lain marilah kita hayati rahmat kenabian yang dianugerahkan Tuhan kepada kita sebagai umat beriman. Tugas utama seorang nabi adalah meneruskan kehendak dan rahmat Tuhan, maka sebagai umat beriman marilah kita saling berbelas kasih alias menyalurkan atau meneruskan rahmat dan kehendak Tuhan. Kita dipanggil untuk menghibur saudara-saudari kita yang sedang menderita atau mengalami kesusahan, sebagaimana dilakukan oleh Yesus yang telah menghibur janda miskin dimana anak tunggalnya meninggal dunia. Mungkin kita tidak akan melakukan identik seperti dilakukan oleh Yesus, melainkan menghibur orang lain dengan membangkitkan kelesuan atau ketidak-gairahan mereka dalam hidup dan tugas pengutusan. Ada kemungkinan mereka lesu dan tak bergairah karena kurang diperhatikan, maka marilah kita sapa dan perhatikan dengan hati yang berbelas kasih serta kerendahan hati. Marilah kita saling menghibur dan menggairahkan satu sama lain dalam dan melalui cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari dimana pun dan kapan pun

·   "Karena sama seperti tubuh itu satu dan anggota-anggotanya banyak, dan segala anggota itu, sekalipun banyak, merupakan satu tubuh, demikian pula Kristus. Sebab dalam satu Roh kita semua, baik orang Yahudi, maupun orang Yunani, baik budak, maupun orang merdeka, telah dibaptis menjadi satu tubuh dan kita semua diberi minum dari satu Roh. Karena tubuh juga tidak terdiri dari satu anggota, tetapi atas banyak anggota" (1Kor 12:12-14), demikian peringatan Paulus kepada umat di Korintus, kepada kita semua umat beriman, khususnya yang beriman kepada Yesus Kristus. Jika kita sungguh saling menghibur dan berbelas kasih, maka akan terjadilan kesatuan atau persaudaraan sejati. Paulus mengingatkan kita semua agar kita hidup bersatu dan bekejasama satu sama lain sebagaimana anggota-anggota tubuh kita yang berbeda satu sama lain bekerjasama demi kesehatan, kebugaran dan kesejahteraan tubuh. Perhatikan bagaimana kita kita sedang makan: mata melihat, tangan mengambil dan mengantarkannya ke mulut, mulut mengunyah seperlunya dan kemudian disalurkan ke usus/ perut melalui leher. Tidak ada komandan dan perintah jelas, namun masing-masing anggota berfungsi dan bekerja secara total. Tidak ada iri hati sedikitpun antar anggota tubuh, dan masing-masing anggota tubuh sungguh  fungsional di tempatnya masing-masing. Maka marilah kita yang sungguh berbeda satu sama lain: jenis kelamin, usia, pekerjaan, keterampilan dst.. saling bekerjasama. Marilah kita sadari dan hayati bahwa masing-masing dari kita adalah buah atau korban kerjasama cintakasih dari bapak-ibu kita masing-masing, maka jika kita tidak bekerjasama berarti ingkar diri. Kita juga dapat bercermin pada warga masyarakat desa yang sedang bergotong-royong atau semut-semut yang bekerjasama 'membawa' bangkai binatang tertentu, dalam  hal bekerjasama.

"Bersorak-soraklah bagi TUHAN, hai seluruh bumi! Beribadahlah kepada TUHAN dengan sukacita, datanglah ke hadapan-Nya dengan sorak-sorai! Ketahuilah, bahwa TUHANlah Allah; Dialah yang menjadikan kita dan punya Dialah kita, umat-Nya dan kawanan domba gembalaan-Nya.Masuklah melalui pintu gerbang-Nya dengan nyanyian syukur, ke dalam pelataran-Nya dengan puji-pujian, bersyukurlah kepada-Nya dan pujilah nama-Nya! Sebab TUHAN itu baik, kasih setia-Nya untuk selama-lamanya, dan kesetiaan-Nya tetap turun-temurun." (Mzm 100)
Ign 18 September 2012

17 Sept

"Keluarkanlah dahulu balok dari matamu"
(1Kor 11:17-26; Luk 7:1-10)

"Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi. Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu. Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui? Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal ada balok di dalam matamu. Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu." "Jangan kamu memberikan barang yang kudus kepada anjing dan jangan kamu melemparkan mutiaramu kepada babi, supaya jangan diinjak-injaknya dengan kakinya, lalu ia berbalik mengoyak kamu." "Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan. Adakah seorang dari padamu yang memberi batu kepada anaknya, jika ia meminta roti, atau memberi ular, jika ia meminta ikan?" (Luk 7:1-10), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Memang pada umumnya orang lebih senang dan mudah melihat kekurangan dan kelemahan orang lain daripada kelemahan dan kekurangannya sendiri. Namun demikian tidak apa-apa asal dapat melihat dengan benar dan tajam serta kemudian menjadikan kelemahan dan kekurangan orang lain tidak untuk disebarluaskan, melainkan dijadikan bahan mawas diri serta pembelajaran. Dengan kata lain jadikanlah kegagalan sebagai kesempatan untuk menyadari dan menghayati bahwa kita adalah manusia yang lemah dan rapuh, sehingga jika ada sesuatu yang baik di dalam diri kita sungguh merupakan karya Tuhan dalam diri kita yang lemah dan rapuh ini. Memang agar kita dapat melihat kelemahan dan kekurangan dengan baik dan benar butuh kejernihan dan ketulusan hati kita, maka apa-apa yang membuat hati kita tidak jernih dan tidak tulus hendaknya disingkirkan atau dibuang. "Keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu", demikian sabda Yesus. "Aku ini adalah orang berdosa yang dipanggil oleh Tuhan untuk berpartisipasi dalam karya penyelamatanNya", itulah kebenaran iman. Marilah kita sadari dan hayati rahmat dan anugerah Tuhan yang melimpah ruah dalam diri kita yang lemah dan rapuh ini, dan dengan rahmat Tuhan kita tolong saudara-saudari kita membebaskan diri dari aneka macam belenggu dosa. Dengan kata lain kita dipanggil untuk bermurah hati kepada saudara-saudari kita dimana pun dan kapan pun tanpa pandang bulu.

·   "Apa yang telah kuteruskan kepadamu, telah aku terima dari Tuhan, yaitu bahwa Tuhan Yesus, pada malam waktu Ia diserahkan, mengambil roti dan sesudah itu Ia mengucap syukur atasnya; Ia memecah-mecahkannya dan berkata: "Inilah tubuh-Ku, yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku!" Demikian juga Ia mengambil cawan, sesudah makan, lalu berkata: "Cawan ini adalah perjanjian baru yang dimeteraikan oleh darah-Ku; perbuatlah ini, setiap kali kamu meminumnya, menjadi peringatan akan Aku!" (1Kor 11:23-25). Paulus mengingatkan kita semua akan makna setiap kali kita berpartisipasi di dalam Perayaan Ekaristi, dimana kita menerima Tubuh Kristus, komuni kudus. Kita sama-sama menerima Tubuh yang sama, maka kita dipanggil untuk membangun dan memperdalam persaudaraan atau persahabatan sejati. Hendaknya dijauhkan aneka bentuk permusuhan dan perpecahan. Untuk membangun dan memperdalam persaudaraan atau persahabatan sejati pertama-tama dan terutama adalah berusaha dengan sepenuhnya apa yang sama di antara kita, misalnya sama-sama manusia ciptaan Allah, sama-sama beriman dst.. Sekali lagi saya angkat bahwa jika kita mampu menghayati apa yang sama di antara kita secara mendalam dan handal, maka apa yang berbeda antar kita akan fungsional membangun dan memperdalam persaudaraan atau persahabatan. Jadikanlah apa yang berbeda antar kita sebagai wahana pembelajaran, dengan kata lain marilah kita saling belajar satu sama lain, karena masing-masing dari kita memiliki bakat dan keterampilan yang berbeda. Marilah kita tingkatkan dan perdalam terus-menerus sikap mental belajar: hidup maupun bekerja merupakan kesempatan untuk belajar. Kita juga dapat belajar dari pengalaman kita masing-masing maupun dari orang lain, dan juga belajar melalui atau dari aneka macam peristiwa yang terjadi di lingkungan hidup maupun kerja kita.

"Engkau tidak berkenan kepada korban sembelihan dan korban sajian, tetapi Engkau telah membuka telingaku; korban bakaran dan korban penghapus dosa tidak Engkau tuntut. Lalu aku berkata: "Sungguh, aku datang; dalam gulungan kitab ada tertulis tentang aku;aku suka melakukan kehendak-Mu, ya Allahku; Taurat-Mu ada dalam dadaku." (Mzm 40:7-9)
Ign 17 September 2012