Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Rabu, 29 Juni 2011

29 Juni - HR ST PETRUS DAN ST PAULUS: Kis 12:1-11; 2Tim 4:6-8.17-18; Mat 16:13-19


"Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk"

HR ST PETRUS DAN ST PAULUS: Kis 12:1-11; 2Tim 4:6-8.17-18; Mat 16:13-19

Kalau tinggal di rumah/komunitas terus menerus alias jarang bepergian dianggap tidak punya pekerjaan, sebaliknya kalau jarang di rumah alias senantiasa bepergian dianggap tidak krasan, itulah anggapan atau penilaian sementara orang terhadap yang jarang pergi dan selalu bepergian. Hari ini kita kenangkan dua tokoh Gereja Purba, Petrus dan Paulus, yang berbeda satu sama lain dalam hal kepribadian, tugas pelayanan/kesibukan. Petrus sebagai wakil Kristus, pemimpin Gereja Kristus, tinggal dan bertahta di Roma, sementara itu Paulus bepergian terus menerus, berkeliling dunia. Didalam Gereja kita kenal apa yang disebut hirarki dan karisma, yaitu mereka yang bertugas dalam kepemimpinan Gereja dan mereka yang terpanggil secara khusus untuk mewartakan Kabar Baik ke seluruh dunia, yang secara konkret adalah Paus/Uskup/Pastor Paroki dan Anggota Lembaga Hidup Bakti, yang memiliki karisma tertentu. Berbeda fungsi tetapi satu tugas perutusan, itulah yang terjadi, dan diharapkan perbedaan ini tidak menjadi hambatan melainkan merupakan kekuatan untuk bersama-sama mengemban tugas pengutusan dari Yesus dalam mewartakan Kabar Baik ke seluruh dunia. Maka baiklah dalam rangka mengenangkan St.Petrus dan Paulus ini kami mengajak kita semua untuk mawas diri dalam hal bekerjasama menghayati panggilan dan melaksanakan tugas pengutusan.

"Ikatlah pinggangmu dan kenakanlah sepatumu…Kenakanlah jubahmu dan ikutilah aku" (Kis 12:8)   

Kutipan di atas ini adalah kata malaikat kepada Petrus, yang di dalam penjara karena kesetiaan imannya, dan merupakan panggilan untuk membebaskan diri dari penjara. Kata-kata tersebut secara inklusif mengindikasikan bahwa itulah jati diri seorang pemimpin Gereja, yaitu: mengikat pinggang, mengenakan sepatu, mengenakan jubah dan mengikuti kehendak Allah. Perintah malaikat ini kiranya boleh menjadi petunjuk tugas panggilan segenap jajaran hirarki dari Paus sampai dengan Pastor Paroki beserta para pembantunya.  Maka baiklah saya akan merefleksikan secara sederhana apa yang diperintahkan oleh malaikat tersebut, dan mungkin berguna bagi para gembala umat:

1). Salah satu fungsi ikat pinggang adalah untuk memperindah penampilan tubuh, sehingga menarik dan mempesona bagi orang lain, maka diharapkan sepak terjang dan kehadiran para gembala dimanapun dan kapanpun senantiasa menarik dan mempesona orang lain, sehingga mereka juga tergerak untuk mendekat dan mengasihinya. Tentu saja yang diharapkan menarik dan mempesona dari para gembala bukan tubuh, melainkan cara hidup dan cara bertindak yang baik dan berbudi pekerti luhur, dengan kata lain cara hidup dan cara bertindak para gembala diharapkan dapat menjadi teladan bagi umat Allah khususnya dan masyarakat pada umumnya, sehingga umat Allah dan masyarakat tergerak semakin beriman, semakin suci.

2). Para gembala, khususnya paus dan para uskup pada umumnya kemana-mana bersepatu. Sepatu antara lain berfungsi untuk melindungi telapak kaki,  anggota tubuh yang paling bawah, agar tetap bersih dan aman serta sehat. Bolehlah kiranya kalau hal ini kita refleksikan sebagai opsi para gembala, yaitu senantiasa berpihak pada dan bersama dengan mereka yang miskin dan berkekurangan maupun pernyataan para gembala yang menyatakan diri sebagai hamba yang hina dina. Maka kami berharap kepada mereka yang berfungsi dalam kepemimpinan atau pelayanan umat Allah, di tingkat apapun, untuk senantiasa berpihak pada atau bersama dengan mereka yang miskin dan berkekurangan, agar mereka terangkat dari kemiskinan dan berkekurangannya serta kemudian hidup damai sejahtera baik lahir maupun batin.

3). Jubah adalah lambang kebesaran atau pakaian resmi dan pada umumnya pasti dipakai ketika sedang memimpin ibadat. Dengan kata lain hemat saya salah satu tugas gembala umat adalah pribadi yang  begitu penuh devosi kepada ibadat khususnya Perayaan Ekaristi, sebagai puncak ibadat Gereja Katolik. Perayaan Ekaristi merupakan kenangan akan wafat dan kembangkitan Yesus, maka setiap kali merayakan atau berpartipasi dalam Perayaan Ekaristi berarti sekaligus memperbaharui janji baptis, yaitu 'hanya mengabdi Tuhan saja, serta menolak semua godaan setan'

4). "Hanya mengabdi Tuhan saja" kiranya identik dengan perintah untuk "mengikuti kehendak Tuhan".  Maka para gembala diharapkan sungguh taat dan setia pada kehendak Tuhan serta menjadi teladan bagi yang digembalakannya. Kehendak Tuhan antara lain menjadi nyata dalam kehendak baik umat atau sesama manusia, maka selayaknya para gembala melayani umat atau sesama manusia agar mereka hidup bahagia dan damai sejahtera. Untuk itu para gembala diharapkan senantiasa siap sedia mendengarkan suka-duka umat dengan rendah hati, serta kemudian menanggapinya dengan sepenuh hati.

"Tuhan telah mendampingi aku dan menguatkan aku, supaya dengan perantaraanku Injil diberitakan sepenuhnya dan semua orang bukan Yahudi mendengarkannya" (2Tim 4:17)     

Kutipan di atas ini kiranya merupakan kesaksian iman Paulus sebagai rasul agung yang berkeliling ke seluruh dunia, maka selayaknya menjadi permenungan atau refleksi bagi segenap anggota lembaga hidup bakti khususnya dan umat Allah pada umumnya, yang memiliki charisma untuk 'memberitakan Injil/kabar baik' kepada manusia seluruh dunia atau warga masyarakat sekitarnya. Maka perkenankan pertama-tama saya mengajak berrefleksi pada segenap anggota lembaga hidup bakti atau religius dan kemudian segenap umat Allah,  yang beriman kepada Yesus Kristus:

1). "Kerasulan semua religius pertama-tama terletak dalam kesaksian hidup mereka yang sudah dibaktikan, yang harus mereka pelihara dengan doa dan tobat" (KHK kan 673). Dibaktikan berarti dipersembahkan atau disisihkan sepenuhnya kepada Tuhan, sehingga para religius layak disebut sebagai sahabat-sahabat Tuhan. Cara hidup dan cara bertindaknya secara pribadi maupun hidup bersama dalam komunitas pada dirinya sendiri bersifat misioner, maka kami berharap komunitas-komunitas hidup bakti/membiara hendaknya sungguh mempesona, menarik dan memikat sehingga siapapun tergerak untuk mendekat dan mendatangi. Dengan kata lain komunitas biara hendaknya bercirikhas 'welcome'/selamat datang keapda siapapun. Agar jati diri dan panggilan ini terpelihara baik, maka hendaknya tidak melupakan hidup doa dan tobat. Dalam hal berdoa kami percaya komunitas bruder dan suster rajin dalam Ibadat Harian, maka kami berharap isi doa Ibadat Harian, mazmur maupun bacaan-bacaan singkat, sungguh diresapkan dalam hati, dicecap dalam-dalam. Bertobat berarti memperbaharui diri terus-menerus, maka kami berharap segenap religius senantiasa terbuka untuk mendengarkan aneka saran, kritik, nasihat, pujian dst.. dari siapapun sebagai wahana untuk memperbaharui diri terus menerus.

2). Kesaksian iman merupakan cara utama dan pertama dalam melaksanakan tugas missioner, dan hemat kami hal ini lebih kena untuk direfleksikan segenap rekan awam, yang setiap hari berpartisipasi dalam seluk-beluk duniawi guna menghidupi kebutuhan hidup pribadi maupun keluarganya. Anda, rekan-rekan awam yang demikian itu, menurut hemat saya merupakan ujung tombak karya missioner, pewartaan kabar baik. Maka kami berharap, entah dalam hidup di dalam keluarga, masyarakat maupun tempat kerja, anda dapat hidup dan bekerja sebaik mungkin, antara lain pada masa kini tidak melakukan korupsi sedikitpun, mengingat dan memperhatikan korupsi masih marak di sana-sini. Kesaksian dalam pengelolaan harta benda atau uang merupakan cara yang mendesak dan up to date untuk dihayati pada masa kini. Semoga anda , rekan-rekan awam dapat menjadi pioneer dalam pewartaan kabar baik bagi segenap warga masyarakat.

"Aku hendak memuji Tuhan pada segala waktu, puji-pujian kepadaNya tetap dalam mulutku. Karena Tuhan jiwaku bermegah, biarlah orang-orang yang rendah hati mendengarkannya dan bersuka-cita' (Mzm 34: 2-3)

Ign 29 Juni 2011


Senin, 27 Juni 2011

28Juni - Kej 19:15-29; Mat 8:23-27

"Mengapa kamu takut?"
(Kej 19:15-29; Mat 8:23-27)

" Lalu Yesus naik ke dalam perahu dan murid-murid-Nyapun mengikuti-Nya.  Sekonyong-konyong mengamuklah angin ribut di danau itu, sehingga perahu itu ditimbus gelombang, tetapi Yesus tidur.  Maka datanglah murid-murid-Nya membangunkan Dia, katanya: "Tuhan, tolonglah, kita binasa."  Ia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu takut, kamu yang kurang percaya?" Lalu bangunlah Yesus menghardik angin dan danau itu, maka danau itu menjadi teduh sekali.  Dan heranlah orang-orang itu, katanya: "Orang apakah Dia ini, sehingga angin dan danaupun taat kepada-Nya?"(Mat 8:23-27), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Irenius, Uskup dan Martir, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
•    Penakut memang dapat mendua: menutup/mengurung diri atau membuka diri dengan rendah hati. Secara jujur kiranya kita semua memiliki ketakutan-ketakutan tertentu, misalnya takut tidak naik kelas/tingkat, tidak lulus ujian, takut gagal, takut berbuat baik, takut maju, tumbuh dan berkembang alias berubah lebih baik dst. .. Sabda hari ini mengingatkan dan mengajak kita semua bahwa jika kita merasa takut hendaknya membuka diri dengan rendah hati terhadap aneka bantuan dari orang lain maupun Tuhan. Jika tidak ada orang lain yang siap membantu atau meringankan ketakutan kita, marilah meneladan para murid, yang berseeru "Tuhan, tolonglah, kita binasa". Tumbuh berkembang sebagai pribadi beriman, sebagai yang terpanggil sebagai suami-isteri, imam, bruder atau suster memang tak akan terlepas dari aneka masalah, tantangan dan hambatan yang dapat membuat kita takut tumbuh, berkembang dan maju. Jika kita setia pada panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing, ketika merasa takut hendaknya dengan rendah hati segera menghadap Tuhan alias berdoa untuk mohon rahmat dan bantuanNya seraya mengamini bahwa Tuhan yang mengutus, Dia pula yang akan menyelesaikan-nya pula. Bersama dan bersatu dengan Tuhan alias hidup baik, jujur dan berbudi pekerti luhur kita pasti mampu mengatasi ketakutan dan semakin terampil setiap menghadapi aneka tantangan, hambatan maupun masalah. Maka baiklah sebagai orang beriman atau beragama kita tidak melupakan hidup doa, marilah kita awali hidup kita hari ini serta setiap kali akan melaksanakan tugas atau kewajiban dengan doa singkat, sehingga hidup dan kerja ini bagaikan sedang beribadat, lingkungan hidup dan kerja bagaikan lingkungan ibadat, rekan hidup dan kerja bagaikan rekan beribadat, sarana-prasarana hidup dan kerja bagaikan sarana-prasarana beriadat, dengan kata lain marilah kita  hayati  bahwa Allah ada di dalam segala sesuatu atau segala sesuatu dalam Allah. Marilah kita hayati rahmat kemartiran kita dengan meneladan St.Irenius yang kita kenangkan hari ini.

•    "Baiklah, dalam hal inipun permintaanmu akan akan kuterima dengan baik, yakni kota yang telah kau sebut itu tidak akan kutunggangbalikkan. Cepatlah, larilah ke sana, sebab aku tidak dapat berbuat apa-apa, sebelum engkau sampai ke sana" (Kej 19:21-22), demikian kata malaikat kepada Lot, yang dengan rendah hati mohon keselamatannya. Dari pengalaman dan pengamatan kita sering tak mampu menghadapi aneka tantangan, hambatan atau masalah, karena keterbatasan kita, kemungkinan maupun kesempatan. Maka baiklah dengan rendah hati hendaknya kita rela dan besar hati berani mengakui kelemahan dan kerapuhan kita, maka baiklah ketika kita merasa tak berdaya menghadapi tantangan, hambatan atau masalah untuk sementara menyingkir. Pengalaman ini kiranya tidak hanya terjadi di dalam diri Lot, tetapi juga pernah terjadi dalam Keluarga Kudus Nazaret ketika mereka menerima ancaman dari Herodes yang bengis dan serakah. Dengan kata lain hendaknya kita membuka diri terhadap bantuan `orang asing', yang belum kita kenal sebelumnya dengan mempercayai mereka bahwa mereka pasti akan membantu kita dalam menghadapi aneka tantangan, masalah dan hambatan; kita dipanggil untuk tidak membatasi diri dengan apa yang telah kita kenal dan nikmati saja, melainkan berani membuka diri terhadap kemungkinan atau kesempatan yang belum kit bayangkan. Marilah kita ingat, sadari dan hayati bahwa Tuhan hidup dan berkarya dimana-mana, tiada batas ruang dan waktu, bangsa dan negara, atau SARA. Hendaknya tidak takut terhadap lingkungan, orang-orang atau tugas pekerjaan baru, yang belum kita kenal dan ketahui sebelumaya. Takut berarti tidak beriman atau  tidak percaya pada Penyelenggaraan Ilahi.

"Ujilah aku ya Tuhan, dan cobalah aku, selidikilah hatiku dan batinku. Sebab mataku tertuju pada kasih setiaMu, dan aku hidup dalam kebenaranMu" (Mzm 26:2-3)
Ign 28 Juni 2011


Minggu, 26 Juni 2011

27 Juni - Kej 18:16-33; Mat 8:18-22


"Aku akan mengikuti Engkau ke mana saja Engkau pergi"

(Kej 18:16-33; Mat 8:18-22)

"Ketika Yesus melihat orang banyak mengelilingi-Nya, Ia menyuruh bertolak ke seberang.  Lalu datanglah seorang ahli Taurat dan berkata kepada-Nya: "Guru, aku akan mengikut Engkau, ke mana saja Engkau pergi."  Yesus berkata kepadanya: "Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya."  Seorang lain, yaitu salah seorang murid-Nya, berkata kepada-Nya: "Tuhan, izinkanlah aku pergi dahulu menguburkan ayahku." Tetapi Yesus berkata kepadanya: "Ikutlah Aku dan biarlah orang-orang mati menguburkan orang-orang mati mereka."(Mat 8:18-22), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Cukup banyak orang dengan mudah mengumbar janji, bangga ketika diangkat menjadi pemimpin atau fungsi/jabatan tertentu seraya berjanji akan melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan setia dan sepenuh hati. Hal senada juga terjadi dalam hidup terpanggil, entah sebagai suami-isteri, imam, bruder atau suster: ketika mengawali hidup baru begitu menjanjikan hal-hal yang indah, mulia dan luhur. Namun dalam perjalanan waktu karena aneka tantangan, hambatan dan masalah apa yang mereka janjikan semakin kabur dan bahkan ada yang hancur tak berbekas sedikitpun. Seluruh angggota tubuh kita terus berubah, namun apakah hati, jiwa dan akal budi kita juga berubah sesuai dengan tuntutan zaman, fungsi/jabatan atau tugas pengutusan kiranya menjadi tanda tanya besar. Sabda hari ini mengingatkan dan mengajak kita semua untuk senantiasa siap berubah, tentu saja berubah ke arah yang lebih baik, mulia dan luhur, dan hal itu berhubungan dengan 'budaya', yaitu: cara melihat, cara berpikir, cara merasa, cara bersikap dan cara bertindak. Jika kita senantiasa siap berubah, maka ketika harus menghadapi tantangan, masalah dan hambatan kita tidak akan berkata "Tuhan, izinkanlah aku pergi dahulu menguburkan ayahku". Marilah kita saling bekerjasama dan membantu dalam menghayati panggilan serta melaksanakan tugas pengutusan kita masing-masing, sehingga sebagai suami-isteri layak disebut sebagai suami-isteri, sebagai imam, bruder atau suster layak disebut sebagai imam, bruder atau suster. Dengan kata lain marilah kita hidup dan bertindak sesuai dengan charisma, visi dan misi hidup dan kerja bersama, dimana kita berada di dalamnya. Semoga sebagai pengikut atau murid-murid Yesus kita layak disebut sebagai sahabat-sahabat Yesus atau 'alter Christi'.

·   "Aku tidak akan memusnahkannya karena yang sepuluh itu" (Kej 18:33), demikian firman atau tanggapan Tuhan kepada Abraham, yang dengan susah payah dan kerja keras berusaha menyelamatkan warga Sodom dan Gomora, yang telah rusak cara hidup dan cara bertindaknya. Karena sepuluh orang baik maka ribuan warga Sodom dan Gomora tak jadi dimusnahkan, itulah yang terjadi. Jika kita membaca dan mendengarkan aneka pemberitaan via media masa, entah cetak atau elektronik, pada masa kini kiranya kita tahu bahwa negara kita Indonesia tercinta ini dalam bahaya kehancuran, karena permisifnya tindakan korupsi serta mahalnya kejujuran. Kasus  di sebuah SD Negeri di wilayah Kodya Surabaya perihal ujian nasional yang baru lalu sungguh menarik, dimana masyarakat begitu membenci kejujuran atau bahkan mengusir kejujuran. Bukankah hal itu kurang lebih senada dengan Sodom dan Gomora? Maka marilah kita tetap tegar dan bergairah untuk memperjuangkan dan menghayati kejujuran, meskipun harus menghadapi aneka tantangan, masalah dan hambatan. Percayalah kejujuran pasti akan menang, dapat mengalahkan kebohongan dan korupsi. "Jujur adalah sikap dan perilaku yang tidak suka berbohong dan berbuat curang, berkata-kata apa adanya dan berani mengakui kesalahan, serta rela berkorban untuk kebenaran" (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 17). Marilah meneladan bapa Abraham yang bekerja keras menemukan orang-orang baik dan jujur, percayalah bahwa di antara saudara-saudari kita pasti ada yang baik dan jujur, maka marilah kita lihat, cari dan ajak bekerjasama untuk menyelamatkan bangsa kita yang dalam bahaya kehancuran ini. Kepada orang baik dan jujur kami ajak untuk bangkit dengan rendah hati: hidup jujur dan memperjuangkan kejujuran di lingkungan hidup dan kerja masing-masing. Jangan takut terhadap aneka macam intimidasi atau tekanan masa yang tidak jujur.

"Pujilah Tuhan hai jiwaku, pujilah namaNya yang kudus hai segenap batinku! Pujilah Tuhan hai jiwaku, dan jangalan lupakan segala kebaikanNya! Dia yang mengampuni segala kesalahanmu, yang menyembuhkan segala penyakitmu; Dia yang menebus hidupmu dari lobang kubur, yang memahkotai engkau dengan kasih  setia dan rahmat" (Mzm 103:1-4)

Ign 27 Juni 2011