Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Rabu, 06 Januari 2010

7 Jan - 1Yoh 4:19-5:4; Luk 4:14-22a

"Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya."

(1Yoh  4:19-5:4; Luk 4:14-22a)

 

"Dalam kuasa Roh kembalilah Yesus ke Galilea. Dan tersiarlah kabar tentang Dia di seluruh daerah itu. Sementara itu Ia mengajar di rumah-rumah ibadat di situ dan semua orang memuji Dia. Ia datang ke Nazaret tempat Ia dibesarkan, dan menurut kebiasaan-Nya pada hari Sabat Ia masuk ke rumah ibadat, lalu berdiri hendak membaca dari Alkitab. Kepada-Nya diberikan kitab nabi Yesaya dan setelah dibuka-Nya, Ia menemukan nas, di mana ada tertulis: "Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang." Kemudian Ia menutup kitab itu, memberikannya kembali kepada pejabat, lalu duduk; dan mata semua orang dalam rumah ibadat itu tertuju kepada-Nya. Lalu Ia memulai mengajar mereka, kata-Nya: "Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya." Dan semua orang itu membenarkan Dia dan mereka heran akan kata-kata yang indah yang diucapkan-Nya," (Luk 4:14-22a), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Orang yang sungguh hidup dari dan oleh "Roh" kiranya akan sungguh dikuasai atau dirajai oleh Roh; dan karena Roh itu adalah Roh Allah, buah penguasaanNya adalah Kabar Gembira, antara lain "pembebasan kepada orang-orang tawanan, penglihatan bagi orang-orang buta serta pemberitaan tahun rahmat Tuhan". Begitulah yang terjadi dalam diri Yesus ketika dalam Roh Kudus Ia membacakan nas dari Kitab Yesaya, maka Ia bersabda "Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya", yang disuarakan atau diberitakan adalah apa yang terjadi. Sebagai orang-orang yang beriman kepadaNya kita juga dipanggil untuk meneladanNya. Hendaknya kita senantiasa satu dalam kata dan tindakan, tidak bermain sandiwara atau pura-pura. Meneladan Yesus kita juga dipanggil untuk membebaskan mereka yang tertawan, memberi penglihatan kepada mereka yang buta serta memberitakan rahmat Tuhan alias keselamatan dan kebahagiaan sejati. Perkenankan saya disini untuk memberi perhatian mereka yang tertawan, tidak hanya yang ditawan di Lembaga Pemasyarakatan atau penjara, tetapi juga mereka yang tertawan oleh berbagai macam nafsu duniawi, misalnya seks, narkoba, makanan atau minuman, gengsi atau kemapanan dst.. , yang tidak kalah penting dan mendesak kiranya juga mereka yang tertawan nonton TV terus menerus atau judi, yang masih marak pada saat ini. Kita datangi dan ingatkan mereka untuk meninggalkan apa yang telah menawan dan menyengsarakan, untuk kembali hidup baik dan berbudi pekerti luhur.

·   "Barangsiapa mengasihi Allah, ia harus juga mengasihi saudaranya" (1Yoh 4:21), demikian peringatan Yohanes kepada kita semua. Peringatan ini  dalam bahasa Latihan Rohani St.Ignatius Loyola adalah "contemplativus in actione", 'menemukan Tuhan dalam segala sesuatu atau menghayati segala sesuatu dalam Tuhan', tidak memisahkan hidup rohani dan jasmani, berdoa/beribadat  dan kesibukan sehari-hari. Dengan kata lain dengan semangat iman kristiani kita hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara atau hidup mendunia, berparitisipasi dalam seluk-beluk atau hal-ikwal duniawi dengan dan dalam iman. Semakin mendunia semakin beriman, semakin beriman semakin mendunia, mengusahakan kesucian hidup dengan mengelola dan mengurus hal-hal duniawi. Mayoritas waktu dan tenaga kita kiranya terarah pada seluk-beluk atau hal-ikwal duniawi. Sebagai contoh antara lain menghayati kerja bagaikan beribadah, dan dengan demikian rekan kerja bagaikan rekan beribadah, suasana kerja bagaikan suasana beribadah, perawatan sarana-prasarana kerja bagaikan merawat sarana-prasarana ibadah. Ketika sedang beribadah kiranya orang sungguh membaktikan diri kepada Tuhan, maka hendaknya dalam kerja demikian juga halnya: secara konkret kita sungguh membaktikan diri dalam kerja, tugas pengutusan atau pekerjaan sehingga semuanya selesai pada waktunya dengan baik dan membahagiakan. Kita juga dipanggil untuk bersaudara atau bersahabat dengan siapapun, tanpa pandang bulu, SARA, golongan atau keyakinan. Maka marilah kita hayati apa yang sama di antara kita, misalnya sama-sama manusia, sama-sama beriman, sama-sama ciptaan Tuhan, sama-sama anggota masyarakat, dst.  Ketika apa yang sama di antara kita dapat kita hayati secara  mendalam, maka apa yang  berbeda akan fungsional memperdalam, memperteguh dan memperkuat persaudaraan.

 

"Ia akan menebus nyawa mereka dari penindasan dan kekerasan, darah mereka mahal di matanya.Kiranya ia didoakan senantiasa, dan diberkati sepanjang hari     Biarlah namanya tetap selama-lamanya, kiranya namanya semakin dikenal selama ada matahari. Kiranya segala bangsa saling memberkati dengan namanya, dan menyebut dia berbahagia" (Mzm 72:14-15bc.17).

Jakarta, 7 Januari 2010


Selasa, 05 Januari 2010

6 Jan - 1Yoh 4:11-18; Mrk 6:45-52

"Aku ini jangan takut!"

(1Yoh 4:11-18; Mrk 6:45-52)

 

"Sesudah itu Yesus segera memerintahkan murid-murid-Nya naik ke perahu dan berangkat lebih dulu ke seberang, ke Betsaida, sementara itu Ia menyuruh orang banyak pulang. Setelah Ia berpisah dari mereka, Ia pergi ke bukit untuk berdoa. Ketika hari sudah malam perahu itu sudah di tengah danau, sedang Yesus tinggal sendirian di darat. Ketika Ia melihat betapa payahnya mereka mendayung karena angin sakal, maka kira-kira jam tiga malam Ia datang kepada mereka berjalan di atas air dan Ia hendak melewati mereka. Ketika mereka melihat Dia berjalan di atas air, mereka mengira bahwa Ia adalah hantu, lalu mereka berteriak-teriak, sebab mereka semua melihat Dia dan mereka pun sangat terkejut. Tetapi segera Ia berkata kepada mereka: "Tenanglah! Aku ini, jangan takut!" Lalu Ia naik ke perahu mendapatkan mereka, dan angin pun redalah. Mereka sangat tercengang dan bingung, sebab sesudah peristiwa roti itu mereka belum juga mengerti, dan hati mereka tetap degil" (Mrk 6:45-52), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Perasaan takut kiranya terjadi dalam semua orang. Pada umumnya orang takut dalam menghadapi hal-hal baru atau yang tiba-tiba muncul, misalnya: takut menghadapi ujian, takut menghadapi tugas baru, mungkin juga sang penganten baru takut menghadapi 'malam pertama',  ibu muda takut menghadapi kelahiran anak pertama, dst. Ada juga orang sebagai penumpang takut akan terjadi kecelakaan, orang takut tinggal di rumah sendirian,dst.. Apa sebenarnya yang menjadi penyebab ketakutan pada umumnya tidak jelas. Orang menjadi takut karena dirinya 'tidak putih' maupun 'tidak hitam', melainkan 'abu-abu', tidak jelas bersama dengan Tuhan atau bersatu dengan setan. Sebenarnya jika kita bersama Tuhan tidak ada alasan untuk menjadi takut, karena Tuhan menang atas segala sesuatu, sebaliknya ketika bersama setan ada kemungkinan takut terhadap Tuhan. "Tenanglah! Aku ini, jangan takut!", demikian sabda Yesus kepada para rasul/murid yang ketakutan karena mereka lelah dalam "mendayung karena angin sakal", dan tiba-tiba melihat 'orang berjalan-jalan di atas permukaan air'. Tuhan hadir dimana-mana dan kapan saja itulah yang harus kita imani; dengan iman macam itu tiada ketakutan sedikitpun dalam diri kita. Kehadiran Tuhan antara lain dapat kita lihat dan nikmati dalam apa yang baik, luhur, mulia dan indah di sekitar kita, dalam ciptaan-ciptaanNya, terutama dalam diri manusia yang diciptakan sesuai dengan gambar atau citraNya. Apa yang baik, luhur, mulia dan indah di sekitar kita kiranya lebih banyak daripada apa yang jelek, amburadul, remeh, dst., maka marilah kita lihat dan imani agar kita tidak menjadi takut. Takut adalah kalah sebelum perang, bertekut lutut sebelum berjuang, maka penakut berarti menjadi orang murahan.

·   "Di dalam kasih tidak ada ketakutan: kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan; sebab ketakutan mengandung hukuman dan barangsiapa takut, ia tidak sempurna di dalam kasih" (1Yoh 4:18), demikian peringatan Yohanes kepada kita semua. Kasih merupakan ajaran utama dan pertama dari semua agama, dan masing-masing dari kita adalah 'buah kasih' atau 'yang terkasih'. Jika kita dapat menghayati diri sebagai yang terkasih kiranya tidak ada ketakutan sedikitpun, maka marilah kita mawas diri bahwa sebenarnya masing-masing dari kita telah menerima kasih melimpah ruah dari Allah melalui sesama dan saudara-saudari kita. Bahwa kita dapat hidup, tumbuh berkembang sebagaimana adanya pada saat ini hanya karena dan oleh kasih, tanpa kasih kita tidak mungkin hidup seperti saat ini. Jika kita adalah 'yang terkasih', maka dekati dan sikapi siapapun dan segala sesuatu dalam dan oleh kasih, agar tidak menakutkan. Ingat dan sadari bahwa binatang buas dan berbisa pun dapat menjadi sahabat dan tidak menakutkan ketika mereka didekati dan disikapi dalam dan oleh kasih. Kami berharap para orangtua atau suami-isteri dapat menjadi teladan dalam penghayatan kasih ini, karena anda hidup bersama sebagai suami-isteri karena kasih dan oleh kasih. Dengan ini juga kami mengajak siapapun yang masih dalam keadaan 'takut' untuk mawas diri: jangan-jangan anda tidak hidup dalam dan oleh kasih, dan anda memiliki musuh atau sesuatu yang tidak anda senangi. Marilah kita hayati ajaran kasih dari Paulus ini: "Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu" (1Kor 13:4-7).

 

"Kiranya raja-raja dari Tarsis dan pulau-pulau membawa persembahan-persembahan; kiranya raja-raja dari Syeba dan Seba menyampaikan upeti! Kiranya semua raja sujud menyembah kepadanya, dan segala bangsa menjadi hambanya! Sebab ia akan melepaskan orang miskin yang berteriak minta tolong, orang yang tertindas, dan orang yang tidak punya penolong; ia akan sayang kepada orang lemah dan orang miskin, ia akan menyelamatkan nyawa orang miskin" (Mzm 72:10-13).

Jakarta, 6 Januari 2010


Senin, 04 Januari 2010

5 Jan - 1Yoh 4:7-10; Mrk 6: 34-44

"Tergeraklah hatiNya oleh belas kasihan kepada mereka"

(1Yoh 4:7-10; Mrk 6: 34-44)

 

"Ketika Yesus mendarat, Ia melihat sejumlah besar orang banyak, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala. Lalu mulailah Ia mengajarkan banyak hal kepada mereka. Pada waktu hari sudah mulai malam, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya dan berkata: "Tempat ini sunyi dan hari sudah mulai malam. Suruhlah mereka pergi, supaya mereka dapat membeli makanan di desa-desa dan di kampung-kampung di sekitar ini." Tetapi jawab-Nya: "Kamu harus memberi mereka makan!" Kata mereka kepada-Nya: "Jadi haruskah kami membeli roti seharga dua ratus dinar untuk memberi mereka makan?" Tetapi Ia berkata kepada mereka: "Berapa banyak roti yang ada padamu? Cobalah periksa!" Sesudah memeriksanya mereka berkata: "Lima roti dan dua ikan." Lalu Ia menyuruh orang-orang itu, supaya semua duduk berkelompok-kelompok di atas rumput hijau. Maka duduklah mereka berkelompok-kelompok, ada yang seratus, ada yang lima puluh orang. Dan setelah Ia mengambil lima roti dan dua ikan itu, Ia menengadah ke langit dan mengucap berkat, lalu memecah-mecahkan roti itu dan memberikannya kepada murid-murid-Nya, supaya dibagi-bagikan kepada orang-orang itu; begitu juga kedua ikan itu dibagi-bagikan-Nya kepada semua mereka. Dan mereka semuanya makan sampai kenyang. Kemudian orang mengumpulkan potongan-potongan roti dua belas bakul penuh, selain dari pada sisa-sisa ikan.Yang ikut makan roti itu ada lima ribu orang laki-laki." (Mrk 6:34-44), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Berbagai bencana alam seperti banjir, kebakaran, tanah longsor dll, maupun PHK telah menimbulkan derita banyak orang: kelaparan atau kekurangan dalam hal sandang dan pangan. Apakah hati kita tergerak oleh belas kasihan seperti Yesus, ketika mendengar atau menyaksikan aneka penderitaan? Warta Gembira hari ini mengingatkan dan mengajak kita untuk memiliki hati yang tergerak oleh belas kasihan terhadap mereka yang miskin dan berkekurangan dalam berbagai kebutuhan pokok untuk hidup. Maka kami mengajak anda sekalian untuk 'melihat ke bawah' atau 'turun ke bawah', dengan demikian kita pasti akan melihat mereka yang miskin dan berkekurangan. Marilah kita hayati atau wujudkan motto 'solidaritas' dan 'preferential option for/with the poor' dalam cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari. Kita buka hati dan jiwa kita terhadap mereka yang miskin dan berkekurangan. Apa yang kita miliki, kuasai dan nikmati sampai saat ini adalah anugerah Tuhan, maka marilah kita syukuri dengan meneruskan semuanya itu kepada saudara-saudari kita, terutama bagi mereka yang miskin dan berkekurangan. Jika kita semua bersikap mental 'solidaritas'dan 'preferential option for/with the poor', kiranya tidak ada lagi yang miskin dan berkekurangan, melainkan kita semua akan berkelebihan. Maka jauhkan sikap mental serakah dan hanya mencari keenakan atau keuntungan pribadi atau kelompok sendiri.

·   "Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih.Dalam hal inilah kasih Allah dinyatakan di tengah-tengah kita, yaitu bahwa Allah telah mengutus Anak-Nya yang tunggal ke dalam dunia, supaya kita hidup oleh-Nya" (1Yoh 4:8-9). Sekali lagi kita diingatkan perihal saling mengasihi satu sama lain sebagai saudara atau sesama manusia. Masing-masing dari kita adalah 'buah kasih' atau 'yang terkasih', yang diciptakan dalam dan oleh kasih Allah kerjasama dengan orangtua kita masing-masing yang saling mengasihi dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap tubuh, yang antara lain ada tindakan konkret persetubuhan. Jika masing-masing dari kita dengan rendah hati berani menghayati diri sebagai 'buah kasih' atau 'yang terkasih' maka kita sungguh mengenal Allah dan dengan demikian kita dengan mudah saling mengasihi. Bertemu dengan orang lain berarti 'yang terkasih' bertemu dengan 'yang terkasih', dan dengan demikian secara otomatis saling mengasihi. Tanda bahwa kasih Allah ada di tengah-tengah kita yaitu kita hidup dan bertindak saling mengasihi. Kehidupan bersama yang dijiwai oleh kasih Allah senantiasa menarik, mempesona dan memikat, karena senantiasa memancarkan kasih yang tak terbatas. Kami berharap hidup saling mengasihi ini sungguh terjadi dalam semua keluarga, suami-isteri, yang dibangun dan dikat oleh kasih. Jika semua anggota keluarga saling mengasihi, maka hidup bersama dimanapun dan kapanpun akan saling mengasihi, karena keluarga adalah dasar hidup bersama. Keluarga-keluarga hidup bahagia dan damai sejahtera dalam dan karena kasih, maka seluruh anggota masyarakat akan bahagia dan damai sejahtera juga.

 

"Kiranya ia mengadili umat-Mu dengan keadilan dan orang-orang-Mu yang tertindas dengan hukum! Kiranya gunung-gunung membawa damai sejahtera bagi bangsa, dan bukit-bukit membawa kebenaran! Kiranya ia memberi keadilan kepada orang-orang yang tertindas dari bangsa itu" (Mzm 72:2-4a)

 

Jakarta, 5 Januari 2010