"Barangsiapa tidak melawan kita ia ada di pihak kita."
(Sir 4:11-19; Mrk 9:38-40)
"Kata Yohanes kepada Yesus: "Guru, kami lihat seorang yang bukan
pengikut kita mengusir setan demi nama-Mu, lalu kami cegah orang itu,
karena ia bukan pengikut kita." Tetapi kata Yesus: "Jangan kamu cegah
dia! Sebab tidak seorang pun yang telah mengadakan mujizat demi
nama-Ku, dapat seketika itu juga mengumpat Aku. Barangsiapa tidak
melawan kita, ia ada di pihak kita." (Mrk 9:38-40), demikian kutipan
Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan
sederhana sebagai berikut:
· Kecurigaan terhadap apa yang dilakukan orang lain pada umumnya
berkembang menjadi pikiran atau sikap negatif atas apa yang telah
dilakukan oleh orang yang bersangkutan. Hal ini terjadi karena orang
lebih cenderung untuk melihat dan mencermati kelemahan dan kekurangan
orang lain daripada kekuatan dan kelebihannya, dan orang yang demikian
ini pada umumnya juga memiliki sikap mental pesimis atas apa yang
dilakukannya sendiri. Dengan kata lain kebanyakan orang lebih
berpedoman pada 'negative thinking' daripada 'positive thinking'.
Yang sering berpikiran nagatif terhadap orang lain ini kiranya tidak
orang kebanyakan saja, tetapi juga ada guru/orangtua/pendidik, imam,
bruder atau suster bersikap mental yang sama juga alias berpikiran
negatif terhadap orang lain, sebagaimana jug dilakukan oleh para
rasul. Sabda hari ini mengingatkan kita semua agar kita tidak mudah
curiga atau berpikiran jelek atau negatif terhadap orang lain. "Jangan
kamu cegah dia! Sebab tidak seorang pun yang telah mengadakan mujizat
demi nama-Ku, dapat seketika itu juga mengumpat Aku. Barangsiapa tidak
melawan kita, ia ada di pihak kita.", demikian peringatan atau sabda
Yesus. Marilah pertama-tama kita sikapi dengan positif siapapun yang
mendatangi kita atau apa yang mereka katakan kepada kita. Kami percaya
bahwa kita semua berkehendak baik, hanya ketidak-tahuan atau
keterbatasan kita yang menyebabkan apa yang kita lakukan atau katakan
kurang memadai atau tidak pas. Dalam hidup maupun karya sering juga
ada orang atau organisasi yang melakukan apa yang sama sebagaimana
kita lakukan, dan ada kemungkinan mereka tergerak untuk meneladan
kita. Jika demikian adanya hendaknya kita bersyukur dan berterima
kasih bahwa apa yang kita lakukan atau katakan dapat mempengaruhi
orang lain untuk melakukan apa yang baik. Marilah kita sadari dan
hayati bahwa sebagai orang beriman, khususnya yang beriman kepada
Yesus Kristus dipanggil untuk menjadi pewarta apa yang baik, dan
sekiranya ada orang berkehendak baik meniru kita bersyukur dan
berterima kasih lah kepada Allah maupun kepada orang yang
bersangkutan.
· "Jika orang percaya pada kebijaksanaan, niscaya ia mewarisinya,
dan keturunannya akan tetap memilikinya. Boleh jadi ia dituntun
kebijaksanaan di jalan yang berbelok-belok dahulu, sehingga didatangi
ketakutan dan getaran; boleh jadi kebijaksanaan menyiksa dia dengan
siasat sampai dapat percaya padanya, dan mengujinya dengan segala
aturannya" (Sir 4:16-17). Kebijaksanaan berasal dari Allah atau
merupakan anugerah Allah, maka hidup dan bertindak dengan bijaksana
pasti akan "menyiksa kita" sebagai ujian atau penggemblengan bagi
kita agar hidup dan bertindak dengan bijaksana. Memang hidup dan
bertindak dengan bijaksana tidak akan melewati 'jalan mulus',
melainkan 'jalan yang berkelok-kelok'. Dengan kata lain hidup dan
bertindak dengan bijaksana pasti akan menghadapi aneka tantangan,
masalah dan hambatan. Hidup dan bertindak dengan bijaksana memang
sulit dan untuk itu kita harus belajar terus-menerus tanpa kenal
lelah, bersama dengan Allah disertai dengan persembahan diri total
pasti kita akan dianugerahi kebijaksanaan. Memang kita hendaknya juga
mengusahakan kebijaksanaan bersama-sama tidak jalan sendirian, karena
dengan bersama-sama orang lain kita akan dengan lebih mudah menerima
kebijaksanaan, dan kiranya bagi kita semua kebijaksanaan ada dalam
kebersamaan. Marilah kita ingat dan sadari bahwa aneka tata tertib
atau aturan pada umumnya juga dibuat bersama-sama, kecuali orang yang
sungguh menerima anugerah Roh Kudus secara istimewa, sebagaimana
diterima oleh para pendiri atau perintis Lembaga Hidup Bakti. Di dalam
Gereja Katolik pun arahan atau pesan bijak dari Paus, Uskup maupun
pastor pada umumnya lahir dari kebersamaan atau dibuat setelah
mendengarkan aneka masukan dan pendapat. Maka dengan ini kami berharap
kepada para pemimpin atau atasan untuk dengan rendah hati mendengarkan
aneka masukan dan pendapat dari mereka yang harus dipimpin, sehingga
arahan atau pesan anda sungguh bijak.
"Biarlah bibirku mengucapkan puji-pujian, sebab Engkau mengajarkan
ketetapan-ketetapan-Mu kepadaku. Biarlah lidahku menyanyikan janji-Mu,
sebab segala perintah-Mu benar. Aku rindu kepada keselamatan dari
pada-Mu, ya TUHAN, dan Taurat-Mu menjadi kesukaanku. Biarlah jiwaku
hidup, supaya memuji-muji Engkau, dan biarlah hukum-hukum-Mu menolong
aku"
(Mzm 119:171.172.174.175)
Ign 22 Mei 2013
(Sir 4:11-19; Mrk 9:38-40)
"Kata Yohanes kepada Yesus: "Guru, kami lihat seorang yang bukan
pengikut kita mengusir setan demi nama-Mu, lalu kami cegah orang itu,
karena ia bukan pengikut kita." Tetapi kata Yesus: "Jangan kamu cegah
dia! Sebab tidak seorang pun yang telah mengadakan mujizat demi
nama-Ku, dapat seketika itu juga mengumpat Aku. Barangsiapa tidak
melawan kita, ia ada di pihak kita." (Mrk 9:38-40), demikian kutipan
Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan
sederhana sebagai berikut:
· Kecurigaan terhadap apa yang dilakukan orang lain pada umumnya
berkembang menjadi pikiran atau sikap negatif atas apa yang telah
dilakukan oleh orang yang bersangkutan. Hal ini terjadi karena orang
lebih cenderung untuk melihat dan mencermati kelemahan dan kekurangan
orang lain daripada kekuatan dan kelebihannya, dan orang yang demikian
ini pada umumnya juga memiliki sikap mental pesimis atas apa yang
dilakukannya sendiri. Dengan kata lain kebanyakan orang lebih
berpedoman pada 'negative thinking' daripada 'positive thinking'.
Yang sering berpikiran nagatif terhadap orang lain ini kiranya tidak
orang kebanyakan saja, tetapi juga ada guru/orangtua/pendidik, imam,
bruder atau suster bersikap mental yang sama juga alias berpikiran
negatif terhadap orang lain, sebagaimana jug dilakukan oleh para
rasul. Sabda hari ini mengingatkan kita semua agar kita tidak mudah
curiga atau berpikiran jelek atau negatif terhadap orang lain. "Jangan
kamu cegah dia! Sebab tidak seorang pun yang telah mengadakan mujizat
demi nama-Ku, dapat seketika itu juga mengumpat Aku. Barangsiapa tidak
melawan kita, ia ada di pihak kita.", demikian peringatan atau sabda
Yesus. Marilah pertama-tama kita sikapi dengan positif siapapun yang
mendatangi kita atau apa yang mereka katakan kepada kita. Kami percaya
bahwa kita semua berkehendak baik, hanya ketidak-tahuan atau
keterbatasan kita yang menyebabkan apa yang kita lakukan atau katakan
kurang memadai atau tidak pas. Dalam hidup maupun karya sering juga
ada orang atau organisasi yang melakukan apa yang sama sebagaimana
kita lakukan, dan ada kemungkinan mereka tergerak untuk meneladan
kita. Jika demikian adanya hendaknya kita bersyukur dan berterima
kasih bahwa apa yang kita lakukan atau katakan dapat mempengaruhi
orang lain untuk melakukan apa yang baik. Marilah kita sadari dan
hayati bahwa sebagai orang beriman, khususnya yang beriman kepada
Yesus Kristus dipanggil untuk menjadi pewarta apa yang baik, dan
sekiranya ada orang berkehendak baik meniru kita bersyukur dan
berterima kasih lah kepada Allah maupun kepada orang yang
bersangkutan.
· "Jika orang percaya pada kebijaksanaan, niscaya ia mewarisinya,
dan keturunannya akan tetap memilikinya. Boleh jadi ia dituntun
kebijaksanaan di jalan yang berbelok-belok dahulu, sehingga didatangi
ketakutan dan getaran; boleh jadi kebijaksanaan menyiksa dia dengan
siasat sampai dapat percaya padanya, dan mengujinya dengan segala
aturannya" (Sir 4:16-17). Kebijaksanaan berasal dari Allah atau
merupakan anugerah Allah, maka hidup dan bertindak dengan bijaksana
pasti akan "menyiksa kita" sebagai ujian atau penggemblengan bagi
kita agar hidup dan bertindak dengan bijaksana. Memang hidup dan
bertindak dengan bijaksana tidak akan melewati 'jalan mulus',
melainkan 'jalan yang berkelok-kelok'. Dengan kata lain hidup dan
bertindak dengan bijaksana pasti akan menghadapi aneka tantangan,
masalah dan hambatan. Hidup dan bertindak dengan bijaksana memang
sulit dan untuk itu kita harus belajar terus-menerus tanpa kenal
lelah, bersama dengan Allah disertai dengan persembahan diri total
pasti kita akan dianugerahi kebijaksanaan. Memang kita hendaknya juga
mengusahakan kebijaksanaan bersama-sama tidak jalan sendirian, karena
dengan bersama-sama orang lain kita akan dengan lebih mudah menerima
kebijaksanaan, dan kiranya bagi kita semua kebijaksanaan ada dalam
kebersamaan. Marilah kita ingat dan sadari bahwa aneka tata tertib
atau aturan pada umumnya juga dibuat bersama-sama, kecuali orang yang
sungguh menerima anugerah Roh Kudus secara istimewa, sebagaimana
diterima oleh para pendiri atau perintis Lembaga Hidup Bakti. Di dalam
Gereja Katolik pun arahan atau pesan bijak dari Paus, Uskup maupun
pastor pada umumnya lahir dari kebersamaan atau dibuat setelah
mendengarkan aneka masukan dan pendapat. Maka dengan ini kami berharap
kepada para pemimpin atau atasan untuk dengan rendah hati mendengarkan
aneka masukan dan pendapat dari mereka yang harus dipimpin, sehingga
arahan atau pesan anda sungguh bijak.
"Biarlah bibirku mengucapkan puji-pujian, sebab Engkau mengajarkan
ketetapan-ketetapan-Mu kepadaku. Biarlah lidahku menyanyikan janji-Mu,
sebab segala perintah-Mu benar. Aku rindu kepada keselamatan dari
pada-Mu, ya TUHAN, dan Taurat-Mu menjadi kesukaanku. Biarlah jiwaku
hidup, supaya memuji-muji Engkau, dan biarlah hukum-hukum-Mu menolong
aku"
(Mzm 119:171.172.174.175)
Ign 22 Mei 2013
0 komentar:
Posting Komentar