Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Jumat, 21 Juni 2013

20 Juni

"Bapa kami yang di sorga"

(2Kor 11:1-11; Mat 6:7-15)

" Lagipula dalam doamu itu janganlah kamu bertele-tele seperti
kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah. Mereka menyangka bahwa
karena banyaknya kata-kata doanya akan dikabulkan. Jadi janganlah kamu
seperti mereka, karena Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan,
sebelum kamu minta kepada-Nya. Karena itu berdoalah demikian: Bapa
kami yang di sorga, Dikuduskanlah nama-Mu, datanglah Kerajaan-Mu,
jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga. Berikanlah kami pada
hari ini makanan kami yang secukupnya dan ampunilah kami akan
kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah
kepada kami; dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi
lepaskanlah kami dari pada yang jahat. [Karena Engkaulah yang empunya
Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin.]Karena
jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan
mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang,
Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu." (Mat 6:7-15), demikian
kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan
sederhana sebagai berikut:

·   Secara khusus hari ini kita diajak untuk mawas diri perihal 'doa'.
Isi doa yang kita sampaikan kepada Allah pada umumnya
permohonan-permohonan, selain syukur dan terima kasih. Pertama-tama
marilah kita bersyukur dan berterima kasih kepada Allah karena kita
telah dianugerahi 'makanan yang secukupnya' sehingga kita tetap hidup
sehat, segar-bugar dan sejahtera sampai kini. Kita juga bersyukur dan
berterima kasih karena telah menerima pendidikan atau pembinaan dari
sekian banyak orang sebagai kepanjangan 'tangan Allah', yang
memelihara atau mendampingi kita terus-menerus. Dalam permohonan
pertama-tama dan terutama hendaknya kita mohon agar senantiasa dirajai
atau dikuasai oleh Allah sehingga mau tak mau kita harus melaksanakan
kehendak dan perintahNya, antara lain senantiasa hidup dan bertindak
saling mengasihi tanpa syarat. Wujud cintakasih kita kepada orang lain
antara lain senantiasa mengampuni mereka 'yang bersalah kepada kami'
alias yang menyakiti atau melukai kita dengan aneka cara dan bentuk.
Bagi kita yang beriman kepada Yesus Kristus kiranya hafal doa Bapa
Kami, maka semoga isi doa ini juga kita hayati dalam dan melalui cara
hidup dan cara bertindak kita setiap hari. Dalam doa ini kita menyebut
Allah sebagai Bapa kita, dengan kata lain kita semua adalah saudara
atau sahabat. Maka menghayati doa Bapa Kami berarti senantiasa hidup
dalam persahabatan atau persaudaraan sejati dengan siapapun, serta
menyebarluaskan persaudaraan atau persahabatan sejati. Karena kita
semua adalah saudara atau sahabat, maka selayaknya kita selalu saling
membantu satu sama lain, lebih-lebih atau terutama membantu mereka
yang miskin dan berkekurangan di lingkungan hidup dan kerja kita.

·   "Alangkah baiknya, jika kamu sabar terhadap kebodohanku yang kecil
itu. Memang kamu sabar terhadap aku! Sebab aku cemburu kepada kamu
dengan cemburu ilahi. Karena aku telah mempertunangkan kamu kepada
satu laki-laki untuk membawa kamu sebagai perawan suci kepada Kristus.
Tetapi aku takut, kalau-kalau pikiran kamu disesatkan dari kesetiaan
kamu yang sejati kepada Kristus, sama seperti Hawa diperdayakan oleh
ular itu dengan kelicikannya." (2Kor 11:1-3). Kita semua dipanggil
untuk hidup sabar dan setia, dan hendaknya kita tidak jatuh seperti
"Hawa diperdayakan oleh ular dengan kelicikannya". Memang di
masyarakat kita cukup banyak orang berusaha menjatuhkan atau
memperdaya orang lain dengan licik, bujuk rayu yang mempesona dan
memikat. Maka St.Ignatius Loyola antara lain menggambarkan rayuan
setan bagaikan seorang pemuda yang merayu seorang pemudi yang
disayanginya, dengan rayuan mesra dan lembut, untuk melakukan hubungan
seksual yang belum waktunya. Dalam melawan godaan demikian kepada yang
digoda atau dirayu diajak untuk tidak menutup diri, melainkan membuka
kedok rayuan sang pemuda tersebut kepada orangtua alias membukanya
kepada orang yang sanggup menghentikan godaan atau rayuan tersebut.
Setan sering menggunakan kesabaran seseorang untuk memperdaya manusia,
 maka kesabaran memang perlu dilengkapi dengan ketegasan. Dengan kata
lain hendaknya kita tahu persis kapan harus bertindak sabar dan kapan
harus bertindak tegas. Kesabaran dan ketegasan hemat saya bagaikan
mata uang bermuka dua, dapat dibedakan namun tak dapat dipisahkan.
Kita semua dipanggil untuk berlaku atau bertindak sabar kepada mereka
yang bodoh, maka secara khusus kami mengajak dan mengingatkan para
pemimpin, guru atau orangtua untuk dengan kesabaran melayani mereka
yang bodoh. Semoga kita semua sabar sebagaimana Allah telah berlaku
sabar terhadap kita.

"Haleluya! Aku mau bersyukur kepada TUHAN dengan segenap hati, dalam
lingkungan orang-orang benar dan dalam jemaah. Besar
perbuatan-perbuatan TUHAN, layak diselidiki oleh semua orang yang
menyukainya.Agung dan bersemarak pekerjaan-Nya, dan keadilan-Nya tetap
untuk selamanya. Perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib dijadikan-Nya
peringatan; TUHAN itu pengasih dan penyayang." (Mzm 111:1-4)

Ign 20 Juni 2013

0 komentar: