"Semua orang yang menjamahNya menjadi sembuh"
(1Raj 8:1-7.9-13; Mrk 6:53-56)
"Setibanya di seberang Yesus dan murid-murid-Nya mendarat di Genesaret dan berlabuh di situ. Ketika mereka keluar dari perahu, orang segera mengenal Yesus. Maka berlari-larilah mereka ke seluruh daerah itu dan mulai mengusung orang-orang sakit di atas tilamnya kepada Yesus, di mana saja kabarnya Ia berada. Ke mana pun Ia pergi, ke desa-desa, ke kota-kota, atau ke kampung-kampung, orang meletakkan orang-orang sakit di pasar dan memohon kepada-Nya, supaya mereka diperkenankan hanya menjamah jumbai jubah-Nya saja. Dan semua orang yang menjamah-Nya menjadi sembuh" (Mrk 6:53-56), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
· Sehat atau sakit erat kaitannya dengan beriman atau tidak/kurang beriman. Mereka yang sakit-sakitan pada umumnya kurang beriman alias kurang hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak Tuhan atau kurang mentaati dan melaksanakan aneka tatanan dan aturan yang terkait dengan hidup, panggilan dan tugas pengutusannya. Yang saya maksudkan dengan sakit, tidak hanya sakit tubuh tetapi juga sakit hati, sakit jiwa atau sakit akal budi. Jika kita jujur mawas diri kiranya kita semua sedang menderita sakit, memang ada merasa tidak sakit padahal sakit, ada yang sakit parah dan ada yang sakit ringan. Maka jika mendambakan sehat, marilah 'menjamah jumbai jubah Yesus', artinya secara konkret pelan-pelan melaksanakan kembali aneka tatanan atau aturan yang telah kita abaikan atau lupakan. Dalam hal makan dan minum ada pedoman 'empat sehat lima sempurna', maka marilah kita mengkonsumsi makanan atau minuman sesuai dengan pedoman tersebut. Terkait dengan kesehatan tubuh ada saran atau nasihat untuk berolahraga teratur, tidur/istirahat teratur dan secukupnya. Berhubungan dengan hidup beragama dalam masing-masing agama ada aneka aturan atau tatanan yang harus dilaksanakan, misalnya berdoa setiap hari atau dalam berbagai kepentingan terkait dengan tugas dan pekerjaan masing-masing. Berhubungan dengan hidup terpanggil, entah menjadi suami-isteri, imam, bruder atau suster, ada janji-janji serta aneka kewajiban yang mengikuti janji-janji tersebut, sebagaimana tertulis dalam pedoman hidup, konstitusi atau anggaran dasar; maka jika kita mendambakan hidup terpanggil yang sehat dan bahagia, hendaknya mentaati dan melaksanakan sepenuhnya janji-janji yang pernah diikrarkan. Jika kita dalam keadaan sehat, segar bugar dan damai sejahtera, maka akan banyak orang datang kepada kita untuk minta tolong, dan hendaknya ditanggapi dengan positif semua permintaan tersebut.
· "Dalam tabut itu tidak ada apa-apa selain dari kedua loh batu yang diletakkan Musa ke dalamnya di gunung Horeb, yakni loh-loh batu bertuliskan perjanjian yang diadakan TUHAN dengan orang Israel pada waktu perjalanan mereka keluar dari tanah Mesir"(1Raj 8:9). Loh-loh batu bertuliskan perjanjian antara Tuhan dengan umat Israel diterima dalam perjalanan menuju tanah terjanji. Pengalaman bangsa terpilih ini kiranya juga dapat kita alami dalam perjalanan hidup, panggilan dan tugas pengutusan kita. Jika kita mendambakan sukses atau berhasil dalam hidup, panggilan dan tugas pengutusan, marilah kita dengarkan dan laksanakan sentuhan-sentuhan atau sapaan-sapaan Tuhan melalui seluruh ciptaanNya, terutama dalam diri sesama manusia yang diciptakan sesuai dengan gambar atau citraNya, dalam perjalanan melaksanakan tugas pekerjaan atau menghayati panggilan. Marilah kita buka telinga hati, budi, jiwa dan tubuh kita terhadap aneka saran, kritik, pujian, sindiran, petunjuk dst..dari saudara-saudari kita; kita dengarkan dan laksanakan semuanya itu demi kesehatan, kebahagiaan dan kesejahteraan kita. Marilah kita perdalam dan teguhkan keutamaan 'mendengarkan' selama menghayati panggilan dan melaksanakan tugas pekerjaan sehari-hari. Kita dengarkan dengan baik dan rendah hati semua yang 'mendatangi' kita, kemudian kita pilah dan pilih apa yang mungkin dapat segera kita lakukan serta menyelamatkan dan membahagiakan diri kita sendiri maupun sesama kita. Sebagai 'pendengar' yang baik sering juga dapat menyembuhkan mereka yang sedang sakit, misalnya sakit hati. Dengarkan dengan baik keluh kesah, kemarahan, gerutu, kegelisahan, ketidak-puasan dari saudara kita yang sedang sakit hati; percayalah jika kita dapat mendengarkan dengan baik pasti mengurangsi sakit mereka atau menyembuhkannya. Sebaliknya kepada mereka yang sedang sakit hati kami harapkan untuk membuka diri terhadap siapa yang dapat dipercaya dan dapat mendengarkan dengan baik.
"Mari kita pergi ke kediaman-Nya, sujud menyembah pada tumpuan kaki-Nya." Bangunlah, ya TUHAN, dan pergilah ke tempat perhentian-Mu, Engkau serta tabut kekuatan-Mu! Biarlah imam-imam-Mu berpakaian kebenaran, dan bersorak-sorai orang-orang yang Kaukasihi" (Mzm 132: 7-9)
0 komentar:
Posting Komentar