"Apa yang keluar dari seseorang itulah yang menajiskannya"
(1Raj 10:1-10; Mrk 7:14-23)
"Lalu Yesus memanggil lagi orang banyak dan berkata kepada mereka: "Kamu semua, dengarlah kepada-Ku dan camkanlah. Apa pun dari luar, yang masuk ke dalam seseorang, tidak dapat menajiskannya, tetapi apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya." [Barangsiapa bertelinga untuk mendengar hendaklah ia mendengar!] Sesudah Ia masuk ke sebuah rumah untuk menyingkir dari orang banyak, murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya tentang arti perumpamaan itu. Maka jawab-Nya: "Apakah kamu juga tidak dapat memahaminya? Tidak tahukah kamu bahwa segala sesuatu dari luar yang masuk ke dalam seseorang tidak dapat menajiskannya, karena bukan masuk ke dalam hati tetapi ke dalam perutnya, lalu dibuang di jamban?" Dengan demikian Ia menyatakan semua makanan halal. Kata-Nya lagi: "Apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya, sebab dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan. Semua hal-hal jahat ini timbul dari dalam dan menajiskan orang." (Mrk 7:14-23), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Skolastika, perawan, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
· Secara phisik yang keluar dari seseorang antara lain: kentot, kencing/air kecil, tinja/air besar, keringat dst.., yang pada umumnya berbau tak sedap dan menjijikkan, secara verbal melalui mulut adalah kata-kata, yang lahir dari hati. Rasanya secara naluriah "dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan". Sedangkan apa yang masuk dalam diri seseorang antara lain: udara, makanan dan minuman, suara dll, yang pada umumnya dibutuhkan demi kesehatan dan kebugaran tubuh seseorang. Mungkinkah dari hati kita lahir apa yang baik, indah, luhur dan mulia? Hal itu hanya mungkin karena rahmat atau anugerah Allah, dan orang yang bersangkutan siap sedia untuk menerima dan menghayati rahmat atau anugerah Allah tersebut, sesuai dengan kehendak Allah. Hidup kita, tubuh kita adalah anugerah atau rahmat Allah, maka baiklah kita fungsikan seluruh anggota tubuh kita sesuai dengan kehendak Allah, yaitu dengan mengabdi, memuliakan, memuji dan menghormati Allah dalam dan melalui ciptaan-ciptaanNya. Dengan kata lain seorang laki-laki yang melihat gadis atau perempuan cantik hendaknya tergerak untuk memuji, memuliakan dan menghormatinya, bukan untuk berbuat zinah atau cabul; ketika kita melihat alam atau taman yang indah hendaknya tergerak untuk memuji dan memuliakan Allah, dst. Terhadap sesama atau saudara-saudari kita hendaknya kita saling melayani dan membahagiakan, bukan menguasai dan melecehkan. Kita dapat meneladan St.Skolastika, perawan, yang kita kenangkan hari ini, dengan menjaga dan merawat kesucian hidup kita, sehingga apa yang keluar dari diri kita menyelamatkan dan membahagiakan orang lain.
· "Benar juga kabar yang kudengar di negeriku tentang engkau dan tentang hikmatmu, tetapi aku tidak percaya perkataan-perkataan itu sampai aku datang dan melihatnya dengan mataku sendiri; sungguh setengahnya pun belum diberitahukan kepadaku; dalam hal hikmat dan kemakmuran, engkau melebihi kabar yang kudengar. Berbahagialah para isterimu, berbahagialah para pegawaimu ini yang selalu melayani engkau dan menyaksikan hikmatmu!"((1Raj 10:6-8), demikian kata ratu negeri Syeba kepada Salomo, setelah ia berdialog dengan Salomo. Baik ratu negeri Syeba maupun Salomo adalah orang-orang yang jujur, terbuka, tidak ada sesuatu sedikit dari dirinya yang ditutup-tutupi. Hidup dan bertindak jujur memang membawa ke mujur alias bahagia, damai sejahera, meskipun untuk itu orang harus berjuang dan berkorban, sebagaimana dilakukan ratu negeri Syeba, yang tidak puas hanya mendengar, melainkan dengan penuh perjuangan dan pengorbanan mendatangi dan melihat sendiri Salomo, yang dikenal penuh hikmat alias bijaksana itu. Hidup dan bertindak jujur memang mengarah ke bijaksana dan penuh hikmat, maka marilah kita senantiasa hidup dan bertindak jujur dimanapun dan kapanpun. "Jujur adalah sikap dan perilaku yang tidak suka berbohong dan berbuat curang, berkata-kata benar apa adanya dan berani mengakui kesalahan, serta rela berkorban untuk kebenaran" (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 17). Apa yang keluar dari orang jujur tidak menajiskan, melainkan menyelamatkan dan membahagiakan, maka baiklah kita perdalam kejujruran dalam hidup dan tindakan kita serta kita sebarluaskan melalui aneka kesibukan dan pelayanan kita setiap hari dimanapun dan kapanpun.
"Serahkanlah hidupmu kepada TUHAN dan percayalah kepada-Nya, dan Ia akan bertindak; Ia akan memunculkan kebenaranmu seperti terang, dan hakmu seperti siang. Mulut orang benar mengucapkan hikmat, dan lidahnya mengatakan hukum; Taurat Allahnya ada di dalam hatinya, langkah-langkahnya tidak goyah" (Mzm 37:5-6.30-31).
Jakarta, 10 Februari 2010
0 komentar:
Posting Komentar