"Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu."
(Kis 14:19-28; Yoh 14:27-31a)
"Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan
kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh
dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu. Kamu telah
mendengar, bahwa Aku telah berkata kepadamu: Aku pergi, tetapi Aku
datang kembali kepadamu. Sekiranya kamu mengasihi Aku, kamu tentu akan
bersukacita karena Aku pergi kepada Bapa-Ku, sebab Bapa lebih besar
dari pada Aku. Dan sekarang juga Aku mengatakannya kepadamu sebelum
hal itu terjadi, supaya kamu percaya, apabila hal itu terjadi. Tidak
banyak lagi Aku berkata-kata dengan kamu, sebab penguasa dunia ini
datang dan ia tidak berkuasa sedikit pun atas diri-Ku. Tetapi supaya
dunia tahu, bahwa Aku mengasihi Bapa dan bahwa Aku melakukan segala
sesuatu seperti yang diperintahkan Bapa kepada-Ku,"(Yoh 14:27-31a),
demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan
sederhana sebagai berikut:
• Semua orang mendambakan hidup damai sejahtera, namun ada aneka
pandangan perihal damai sejahtera. Seorang filsuf berkata "Welfare
state is warfare state" (= Negara sejahtera adalah Negara yang siap
sedia berperang). Perang di sini memang dapat difahami secara fisik
atau spiritual. Secara fisik sebagaimana dihayati oleh mayoritas atau
semua Negara masa kini, dimana Negara akan damai dan sejahtera ketika
memiliki jumlah pasukan tentara banyak dan handal serta aneka
persenjataan yang memadai atau canggih, maka anggaran belanja angkatan
bersenjata di semua Negara pada umumnya lebih besar dari anggaran
belanja sector lain. Sebagai orang beriman diharapkan menghayati tugas
berperang secara spiritual berarti melawan aneka godaan atau rayuan
setan. Maka Yesus bersabda: " Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu,
dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia
kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu". Damai sejati yang
dianugerahkan oleh Tuhan kepada kita adalah hidup dan bertindak
bersama dan bersatu dengan Tuhan dimana pun dan kapan pun. Tuhan Yesus
yang telah wafat dan bangkit hadir dimana saja dan kapan saja melalui
RohNya, antara lain melalui orang yang berkehendak baik. Kami percaya
bahwa mayoritas orang di dunia ini berkehendak baik, maka marilah kita
semua yang berkehendak baik bekerjasama mengusahakan hidup damai
sejahtera. Di Indonesia ini masa kini kiranya perlu gerakan dan usaha
bersama memberantas korupsi dan kebohongan, yang membuat bangsa tidak
damai dan tidak sejahtera. Korupsi merupakan tindakan pembusukan hidup
bersama, maka marilah kita berantas aneka bentuk korupsi dimana pun
dan kapan pun.
• "Di tempat itu mereka menguatkan hati murid-murid itu dan menasihati
mereka supaya mereka bertekun di dalam iman, dan mengatakan, bahwa
untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah kita harus mengalami banyak
sengsara.Di tiap-tiap jemaat rasul-rasul itu menetapkan
penatua-penatua bagi jemaat itu dan setelah berdoa dan berpuasa,
mereka menyerahkan penatua-penatua itu kepada Tuhan, yang adalah
sumber kepercayaan mereka." (Kis 14:22-23). "Untuk masuk ke dalam
Kerajaan Allah kita harus mengalami banyak sengsara", inilah kiranya
yang baik untuk kita renungkan atau refleksikan. 'Masuk ke dalam
Kerajaan Allah' berarti hidup bahagia dan damai sejahtera, sehat fisik
maupun spiritual. "Jer basuki mowo beyo" = untuk hidup mulia dan damai
sejahtera orang harus siap sedia berjuang dan berkorban.
"Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian, bersakit-sakit
dahulu, bersenang-senang kemudian". Dua pepatah ini kiranya senada
dengan ajaran atau pesan para rasul kepada kita semua, maka marilah
sebagai orang beriman kita siap sedia untuk berjuang dan berkorban
dalam penghayatan iman. Para koruptor adalah orang-orang yang tak rela
untuk berkorban dan berjuang, maka mereka menikmati hidup sejahtera
hanya sesaat saja dan akhirnya harus menderita sengsara untuk
selamanya. Negara kita ini didirikan oleh orang-orang yang sungguh
cerdas dan beriman dengan pengorbanan dan perjuangan, pertumpahan
darah, namun sungguh memprihatinkan bahwa para penyelenggara Negara
kita tidak mewarisi nilai-nilai perjuangan dan pengorbanan para bapa
bangsa atau pendiri Negara. Kami berharap agar anak-anak dan generasi
muda dididik dan dibiasakan untuk berkorban dan berjuang demi mencapai
tujuan hidup mulia dan damai sejahtera. Maka hendaknya anak-anak di
dalam keluarga sedini mungkin dididik dan dibiasakan berfungsi
menyelamatkan lingkungan hidupnya sesuai dengan kemampuan dan umur
mereka. Dengan kata lain usahakan kaderisasi sedini mungkin bagi
anak-anak. Seorang kader sejati adalah fungsional menyelamatkan
lingkungan hidupnya. Maka jauhkan aneka bentuk pemanjaan dalam
pendampingan atau pendidikan anak-anak kita.
"Segala yang Kaujadikan itu akan bersyukur kepada-Mu, ya TUHAN, dan
orang-orang yang Kaukasihi akan memuji Engkau. Mereka akan mengumumkan
kemuliaan kerajaan-Mu, dan akan membicarakan keperkasaan-Mu, untuk
memberitahukan keperkasaan-Mu kepada anak-anak manusia, dan kemuliaan
semarak kerajaan-Mu" (Mzm 145:10-12)
Ign 30 April 2013
(Kis 14:19-28; Yoh 14:27-31a)
"Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan
kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh
dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu. Kamu telah
mendengar, bahwa Aku telah berkata kepadamu: Aku pergi, tetapi Aku
datang kembali kepadamu. Sekiranya kamu mengasihi Aku, kamu tentu akan
bersukacita karena Aku pergi kepada Bapa-Ku, sebab Bapa lebih besar
dari pada Aku. Dan sekarang juga Aku mengatakannya kepadamu sebelum
hal itu terjadi, supaya kamu percaya, apabila hal itu terjadi. Tidak
banyak lagi Aku berkata-kata dengan kamu, sebab penguasa dunia ini
datang dan ia tidak berkuasa sedikit pun atas diri-Ku. Tetapi supaya
dunia tahu, bahwa Aku mengasihi Bapa dan bahwa Aku melakukan segala
sesuatu seperti yang diperintahkan Bapa kepada-Ku,"(Yoh 14:27-31a),
demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan
sederhana sebagai berikut:
• Semua orang mendambakan hidup damai sejahtera, namun ada aneka
pandangan perihal damai sejahtera. Seorang filsuf berkata "Welfare
state is warfare state" (= Negara sejahtera adalah Negara yang siap
sedia berperang). Perang di sini memang dapat difahami secara fisik
atau spiritual. Secara fisik sebagaimana dihayati oleh mayoritas atau
semua Negara masa kini, dimana Negara akan damai dan sejahtera ketika
memiliki jumlah pasukan tentara banyak dan handal serta aneka
persenjataan yang memadai atau canggih, maka anggaran belanja angkatan
bersenjata di semua Negara pada umumnya lebih besar dari anggaran
belanja sector lain. Sebagai orang beriman diharapkan menghayati tugas
berperang secara spiritual berarti melawan aneka godaan atau rayuan
setan. Maka Yesus bersabda: " Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu,
dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia
kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu". Damai sejati yang
dianugerahkan oleh Tuhan kepada kita adalah hidup dan bertindak
bersama dan bersatu dengan Tuhan dimana pun dan kapan pun. Tuhan Yesus
yang telah wafat dan bangkit hadir dimana saja dan kapan saja melalui
RohNya, antara lain melalui orang yang berkehendak baik. Kami percaya
bahwa mayoritas orang di dunia ini berkehendak baik, maka marilah kita
semua yang berkehendak baik bekerjasama mengusahakan hidup damai
sejahtera. Di Indonesia ini masa kini kiranya perlu gerakan dan usaha
bersama memberantas korupsi dan kebohongan, yang membuat bangsa tidak
damai dan tidak sejahtera. Korupsi merupakan tindakan pembusukan hidup
bersama, maka marilah kita berantas aneka bentuk korupsi dimana pun
dan kapan pun.
• "Di tempat itu mereka menguatkan hati murid-murid itu dan menasihati
mereka supaya mereka bertekun di dalam iman, dan mengatakan, bahwa
untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah kita harus mengalami banyak
sengsara.Di tiap-tiap jemaat rasul-rasul itu menetapkan
penatua-penatua bagi jemaat itu dan setelah berdoa dan berpuasa,
mereka menyerahkan penatua-penatua itu kepada Tuhan, yang adalah
sumber kepercayaan mereka." (Kis 14:22-23). "Untuk masuk ke dalam
Kerajaan Allah kita harus mengalami banyak sengsara", inilah kiranya
yang baik untuk kita renungkan atau refleksikan. 'Masuk ke dalam
Kerajaan Allah' berarti hidup bahagia dan damai sejahtera, sehat fisik
maupun spiritual. "Jer basuki mowo beyo" = untuk hidup mulia dan damai
sejahtera orang harus siap sedia berjuang dan berkorban.
"Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian, bersakit-sakit
dahulu, bersenang-senang kemudian". Dua pepatah ini kiranya senada
dengan ajaran atau pesan para rasul kepada kita semua, maka marilah
sebagai orang beriman kita siap sedia untuk berjuang dan berkorban
dalam penghayatan iman. Para koruptor adalah orang-orang yang tak rela
untuk berkorban dan berjuang, maka mereka menikmati hidup sejahtera
hanya sesaat saja dan akhirnya harus menderita sengsara untuk
selamanya. Negara kita ini didirikan oleh orang-orang yang sungguh
cerdas dan beriman dengan pengorbanan dan perjuangan, pertumpahan
darah, namun sungguh memprihatinkan bahwa para penyelenggara Negara
kita tidak mewarisi nilai-nilai perjuangan dan pengorbanan para bapa
bangsa atau pendiri Negara. Kami berharap agar anak-anak dan generasi
muda dididik dan dibiasakan untuk berkorban dan berjuang demi mencapai
tujuan hidup mulia dan damai sejahtera. Maka hendaknya anak-anak di
dalam keluarga sedini mungkin dididik dan dibiasakan berfungsi
menyelamatkan lingkungan hidupnya sesuai dengan kemampuan dan umur
mereka. Dengan kata lain usahakan kaderisasi sedini mungkin bagi
anak-anak. Seorang kader sejati adalah fungsional menyelamatkan
lingkungan hidupnya. Maka jauhkan aneka bentuk pemanjaan dalam
pendampingan atau pendidikan anak-anak kita.
"Segala yang Kaujadikan itu akan bersyukur kepada-Mu, ya TUHAN, dan
orang-orang yang Kaukasihi akan memuji Engkau. Mereka akan mengumumkan
kemuliaan kerajaan-Mu, dan akan membicarakan keperkasaan-Mu, untuk
memberitahukan keperkasaan-Mu kepada anak-anak manusia, dan kemuliaan
semarak kerajaan-Mu" (Mzm 145:10-12)
Ign 30 April 2013
0 komentar:
Posting Komentar