Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Kamis, 18 April 2013

19 April

"Bagaimana Ia ini dapat memberikan dagingNya kepada kita untuk dimakan."

(Kis 9:1-20; Yoh 6:52-59)

" Orang-orang Yahudi bertengkar antara sesama mereka dan berkata: "Bagaimana Ia ini dapat memberikan daging-Nya kepada kita untuk dimakan." Maka kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman. Sebab daging-Ku adalah benar-benar makanan dan darah-Ku adalah benar-benar minuman. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia. Sama seperti Bapa yang hidup mengutus Aku dan Aku hidup oleh Bapa, demikian juga barangsiapa yang memakan Aku, akan hidup oleh Aku. Inilah roti yang telah turun dari sorga, bukan roti seperti yang dimakan nenek moyangmu dan mereka telah mati. Barangsiapa makan roti ini, ia akan hidup selama-lamanya." Semuanya ini dikatakan Yesus di Kapernaum ketika Ia mengajar di rumah ibadat." (Yoh 6:52-59), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Semakin belajar berarti memang semakin pandai atau cerdas sekaligus semakin merasa diri semakin banyak yang tak diketahui, dengan kata lain semakin belajar akan semakin menemukan banyak misteri kehidupan yang tak terfahami oleh akal sehat ini. Itulah yang juga terjadi di lingkungan orang-orang Yahudi ketika Yesus dengan terang-terangan menyingkapkan Jati DiriNya, misteri bahwa siapapun yang makan 'roti yang Ia berikan berarti makan dagingNya'. Sungguh misteri agung bahwa kita mengimani menerima sekeping kecil roti tak beragi berarti menerima Tubuh Kristus. Memang hanya orang yang mengimani akan memahami dalam dan melalui hati maupun jiwanya, dan akhirnya hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak Tuhan alias setia dalam penghayatan iman. Setia menghayati iman pada masa kini memang tak akan terlepas dari aneka macam ketegangan dengan orang lain, mengingat dan memperhatikan banyak orang kurang atau tidak beriman. Ketegangan seperti terjadi di lingkungan orang-orang Yahudi perihal Yesus Kristus, kiranya juga terjadi masa kini di antara umat beragama. Beragama memang tidak identik dengan beriman, orang yang terlalu memutlakkan ajaran agamanya pada orang lain pada umumnya akan menimbulkan ketegangan. Maka dengan ini kami mengajak anda sekalian marilah kita berdialog dalam hal iman, artinya penghayatan iman. Berdialog berarti saling memberi dan menerima serta kemudian saling menghargai dengan rendah hati. Marilah kita saling menghargai dan menghormati penghayatan iman kita.

·   "Pergilah, sebab orang ini adalah alat pilihan bagi-Ku untuk memberitakan nama-Ku kepada bangsa-bangsa lain serta raja-raja dan orang-orang Israel. Aku sendiri akan menunjukkan kepadanya, betapa banyak penderitaan yang harus ia tanggung oleh karena nama-Ku" (Kis 9:15-16), demikian firman Tuhan kepada Ananias. Mendengarkan firman ini Ananias dalam ketegangan, karena ia harus bertemu dengan Saulus yang pada waktu itu dikenal sebagai orang yang begitu kejam menganiaya umat yang beriman kepada Yesus Kristus. Namun karena firman Tuhan Ananias akhirnya pergi, berangkat melaksanakan firman Tuhan. Dan memang akhirnya ia menemukan Saulus yang berbeda sama sekali, karena Saulus ingin bertobat. Pengalaman ini kiranya menjadi pelajaran bagi kita semua: dalam aneka ketegangan pada umumnya ada firman atau kehendak Tuhan, maka marilah kita temukan dan hayati. Firman atau kehendakNya antara lain menggejala dalam kehendak baik orang, maka lihat dan cermati dalam ketegangan tersebut pasti ada kehendak baik. Tanggapi dengan rendah hati dan dengan berkat atau rahmat Tuhan kehendak baik tersebut, karena dengan demikian anda akan menemukan sesuatu yang di luar dugaan atau pikiran kita. Apa yang kita pikirkan sering berbeda dengan apa yang dipikirkan Tuhan, dan sebagai orang beriman kita dipanggil untuk senantiasa menghayati dan melaksanakan apa yang dipikirkan oleh Tuhan. Yang dipikirkan Tuhan adalah keselamatan jiwa manusia, maka ketika kita senantiasa memikirkan keselamatan jiwa manusia, kita pasti akan menemukan jalan atau cara mengatasi dan menyelesaikan aneka ketegangan dalam kehidupan ini.

"Pujilah TUHAN, hai segala bangsa, megahkanlah Dia, hai segala suku bangsa! Sebab kasih-Nya hebat atas kita, dan kesetiaan TUHAN untuk selama-lamanya. Haleluya!" (Mzm 117)

Ign 19 April 2013


0 komentar: