"Semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil".
(Yes 10:5-7.13-16; Mat 11:25-27)
"Pada waktu itu berkatalah Yesus: "Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil. Ya Bapa, itulah yang berkenan kepada-Mu. Semua telah diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-Ku dan tidak seorang pun mengenal Anak selain Bapa, dan tidak seorang pun mengenal Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakannya" (Mat 11:25-27), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
· Ada ceritera konkret yang sungguh menarik dan mengesan. Ketika gempa bumi menggoncang dan meluluh-lantakkan ribuan rumah di wilayah Yogyakarta dan sekitarnya, ada satu keluarga muda di suatu desa selamat semuanya, sementara para tetangganya menjadi korban, meninggal dunia tertimpa bangunan rumah. Konon anaknya yang masih kecil, kurang lebih setengah jam sebelum gempa terjadi terus menerus menangis dan memaksa suami-isteri, ayah dan ibunya membawanya keluar rumah. Suami-isteri tersebut berusaha menenangkan bayinya dan tiba-tiba gempa bumi menggoncang dan meruntuhkan rumahnya. Rumah hancur berantakan dan pemiliknya, suami-isteri bersama anaknya selamat. Begitu gempa berhenti menggoncang sang anakpun tenang kembali. Percaya atau tidak dari cerita tersebut kiranya dapat dipetik pesan bahwa kepada yang kecil Tuhan telah menyatakan DiriNya; yang kecil menjadi penyelamat. Pada zaman yang ditandai dengan pesatnya perkembangan dan pertumbuhan sarana-prasarana teknologi masa kini kiranya yang kecil seperti 'serat optik' sungguh menjadi penyelamat juga. Kehadiran si kecil, anak-anak, di dalam keluarga kiranya juga menyelamatkan keluarga yang bersangkutan. Para pembantu rumah tangga yang baik, yang kecil ini, kiranya juga mengetahui banyak hal tentang semua pribadi anggota keluarga yang harus ia layani, tiada pembantu mereka dapat kalang kabut. Maka dengan ini kami mengharapkan kita semua untuk senantiasa memperhatikan mereka yang kecil, entah dalam arti usia/jumlah tahun, jabatan, fungsi, peran, miskin dst.. dan dengan rendah hati berani belajar dari yang kecil.
· "Adakah kapak memegahkan diri terhadap orang yang memakainya, atau gergaji membesarkan diri terhadap orang yang mempergunakannya? seolah-olah gada menggerakkan orang yang mengangkatnya, dan seolah-olah tongkat mengangkat orangnya yang bukan kayu!" (Yes 10:15). Kutipan ini hemat saya merupakan sindiran bagi apa yang terjadi dalam hidup sehari-hari yaitu 'penjungkir-balikan' aneka fungsi atau jati diri, sebagai contoh uang mengendalikan orang yang memilikinya, mobil atau harta benda-harta benda menguasai orang yang memilikinya, dst.. , dengan kata lain tanpa uang, tanpa harta benda/mobil dst.. orang dapat gila, stress, putus asa atau frustrasi. Aneka macam jenis harta benda adalah sarana bukan tujuan, dan manusia berada di atas harta benda bukan di bawahnya, menguasai bukan dikuasai. Kutipan di atas ini juga mengingatkan kita semua bahwa hendaknya jangan menjadi sombong ketika kita menjadi pandai, kaya akan uang maupun harta benda, memiliki aneka jabatan dan kedudukan atau fungsi, dst,,, melainkan hendaknya semakin menjadi rendah hati. Ingatlah dan hayatilah bahwa segala sesuatu yang kita miliki, kuasai dan nikmati sampai saat ini adalah anugerah Allah, yang kita terima melalui siapapun yang telah berbuat baik kepada kita, mengasihi kita, hidup dan bekerja bersama kita, dst… 'Semuanya adalah anugerah'/'everything is given', itulah kebenaran yang ada, maka hendaknya kita senantiasa rendah hati, tidak sombong. Mereka yang sombong berarti tidak atau kurang beriman, dan pada umumnya bersikap mental materialistis, gila akan harta benda/uang, pangkat/kedudukan dan kehormatan duniawi, maka ketika tanpa uang, pangkat/kedudukan dan kehormatan duniawi tinggal 'gila' nya saja. Pengamatan menunjukkan bahwa cukup banyak orang stress, sinthing/gila, frustrasi berat ketika kehilangan harta benda/uang, pangkat/kedudukan atau kehormatan duniawi. Sekali lagi kami berharap kepada para orangtua untuk menjadi teladan dalam hal kerendahan hati bagi anak-anaknya, hidup penuh syukur dan terima kasih.
"Umat-Mu, ya TUHAN, mereka remukkan, dan milik-Mu sendiri mereka tindas; janda dan orang asing mereka sembelih, dan anak-anak yatim mereka bunuh; dan mereka berkata: "TUHAN tidak melihatnya, dan Allah Yakub tidak mengindahkannya." Perhatikanlah, hai orang-orang bodoh di antara rakyat! Hai orang-orang bebal, bilakah kamu memakai akal budimu" (Mzm 94:5-8)
Jakarta, 14 Juli 2010
0 komentar:
Posting Komentar