"Barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku ia akan memperolehnya"
(Yes 1:11-17; Mat 10:34-11:1)
"Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi; Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang. Sebab Aku datang untuk memisahkan orang dari ayahnya, anak perempuan dari ibunya, menantu perempuan dari ibu mertuanya, dan musuh orang ialah orang-orang seisi rumahnya. Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku; dan barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku. Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagi-Ku. Barangsiapa mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya.Barangsiapa menyambut kamu, ia menyambut Aku, dan barangsiapa menyambut Aku, ia menyambut Dia yang mengutus Aku. Barangsiapa menyambut seorang nabi sebagai nabi, ia akan menerima upah nabi, dan barangsiapa menyambut seorang benar sebagai orang benar, ia akan menerima upah orang benar. Dan barangsiapa memberi air sejuk secangkir saja pun kepada salah seorang yang kecil ini, karena ia murid-Ku, Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ia tidak akan kehilangan upahnya dari padanya." Setelah Yesus selesai berpesan kepada kedua belas murid-Nya, pergilah Ia dari sana untuk mengajar dan memberitakan Injil di dalam kota-kota mereka." (Mat 10:34-11:1), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
· Nyawa adalah yang membuat tubuh hidup dan dinamis serta bergairah, maka nyawa juga berarti cita-cita, dambaan, harapan dan impian. Kehilangan nyawa berarti tidak mengikuti cita-cita, dambaan, harapan dan impian pribadi melainkan mengikuti kehendak dan perintah Tuhan. Apa yang menjadi cita-cita, dambaan, harapan dan impian kita integrasikan pada kehendak dan perintah Tuhan, dan karena Tuhan maha segalanya, maka mau tidak mau kita harus mentaati dan melaksanakan kehendak dan perintahNya. Kehendak dan perintah Tuhan antara lain dapat kita temukan dalam aneka tatanan dan aturan yang terkait dengan panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing serta panggilan untuk senantiasa memperhatikan dan mengasihi mereka yang kecil, miskin dan berkekurangan. Maka marilah kita taati dan laksanakan dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap kekuatan aturan dan tatanan yang terkait dengan panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing. Memperhatikan dan mengasihi mereka yang kecil, miskin dan berkekurangan hemat saya juga tidak mungkin kita hanya mengikuti kemauan dan keinginan diri kita sendiri. Pertama-tama dan terutama kita harus hidup dan bersama dengan mereka yang kecil, miskin dan berkekurangan, dan kemudian bersama-sama dengan mereka bangkit untuk mengentaskan diri dari kekecilan, kemiskinan dan kekurangan. Memperhatikan dan mengasihi yang kecil, miskin dan berkekurangan harus bersikap mental inkarnasi, yaitu meneladan Allah yang melepaskah ke Allah-anNya dan menjadi manusia seperti kita, sama dengan manusia kecuali dalam hal dosa.
· "Basuhlah, bersihkanlah dirimu, jauhkanlah perbuatan-perbuatanmu yang jahat dari depan mata-Ku. Berhentilah berbuat jahat, belajarlah berbuat baik; usahakanlah keadilan, kendalikanlah orang kejam; belalah hak anak-anak yatim, perjuangkanlah perkara janda-janda!" (Yes 1:16-17). "Berhentilah berbuat jahat, belajarlah berbuat baik", perintah inilah yang kiranya pertama-tama kita laksanakan atau hayati bersama-sama. Kepada anak-anak sedini mungkin hendaknya dibiasakan untuk belajar berbuat baik dan melawan aneka ajakan untuk berbuat jahat, dan tentu saja dengan teladan konkret dari para orangtua. Di sekolah-sekolah hendaknya ditegakkan kejujuran dalam proses belajar-mengajar; jauhkan kemungkinan para peserta untuk menyontek, karena membiarkan peserta didik untuk menyontek dalam ulangan atau ujian hemat saya sama dengan menebar benih-benih kejahatan. Anak-anak yatim dan janda-janda sering menjadi bahan pergunjingan atau pelecehan di masyarakat dengan tuduhan atau kecurigaan-kecurigaan tertentu. Sebagai contoh: seorang janda kurang bergaul dengan temannya dapat dicurigai menjadi wanita simpanan bagi orang lain, bergaul dekat dengan laki-laki dicurigai mengganggu suami orang, bergaul dengan dengan rekan perempuan dicurigai lesbian, dst.. Apa bentuk konkret memperjuangkan perkara janda-janda? Secara pasif berarti tidak curiga dan berpikiran negatif terhadap para janda, sedangkan secara aktif kiranya dapat kita lakukan dengan memperlakukan mereka biasa-biasa saja, tanpa kekecualian atau keistimewaan apapun. Kepada para janda sendiri kami harapkan untuk hidup wajar-wajar saja, dan tetap tegarlah dalam hidup dan kerja. Kita semua dipanggil untuk membersihkan diri dari aneka bentuk kejahatan yang telah kita lakukan dan ketika sudah bersih tidak melakukan kejahatan apapun lagi.
"Apakah urusanmu menyelidiki ketetapan-Ku, dan menyebut-nyebut perjanjian-Ku dengan mulutmu, padahal engkaulah yang membenci teguran, dan mengesampingkan firman-Ku? Itulah yang engkau lakukan, tetapi Aku berdiam diri; engkau menyangka, bahwa Aku ini sederajat dengan engkau. Aku akan menghukum engkau dan membawa perkara ini ke hadapanmu. Siapa yang mempersembahkan syukur sebagai korban, ia memuliakan Aku; siapa yang jujur jalannya, keselamatan yang dari Allah akan Kuperlihatkan kepadanya." (Mzm 50:16b-17.21.23) Jakarta, 12 Juli 2010
0 komentar:
Posting Komentar