"Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka"
(2Raj 22:8-13; 23:1-3; Mat 7:15-20)
"Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas. Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka. Dapatkah orang memetik buah anggur dari semak duri atau buah ara dari rumput duri? Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedang pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik. Tidak mungkin pohon yang baik itu menghasilkan buah yang tidak baik, ataupun pohon yang tidak baik itu menghasilkan buah yang baik. Dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api. Jadi dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka" (Mat 7:15-20), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
· Pada masa kini memang berkembang aneka macam bentuk pemalsuan atau penyamaran dengan tujuan untuk mencari keuntungan diri sendiri dengan mengorbankan orang lain. Pemalsuan dalam bentuk barang yang terjadi di sana-sini menunjukkan bahwa masih banyak orang yang tidak jujur terhadap diri sendiri maupun orang lain. Celakanya adalah jika orang tersebut berpengaruh di dalam kehidupan bersama, sehingga apa yang dilakukan dapat mencelakakan banyak orang. Warta Gembira hari ini mengingatkan kita semua untuk waspada terhadap aneka pemalsuan dan penyamaran, serta mengenali orang melalui buahnya, yaitu perilaku atau tindakannya yang jujur. Buah yang terbaik adalah yang menyelamatkan jiwa manusia, maka marilah kita lihat dan cemati berbagai macam cara hidup dan cara bertindak orang apakah berbuahkan keselamatan jiwa manusia, dan dari diri kita sendiri hendaknya senantiasa mengusahakan keselamatan jiwa melalui cara hidup dan cara bertindak kita. Warta Gembira hari ini kiranya juga mengingatkan para orang tua maupun pengelola aneka usaha dan pembinaan/pendampingan manusia: kwalitas hasil jerih payah anda akan terlibat dari 'buah'nya, yaitu anak-anak yang anda lahirkan dan didik, para peserta didik/binaan yang anda bina/didik, dst.. Maka pertama-tama saya senantiasa mengingatkan para orangtua, mengingat dan memperhatikan keluarga merupakan dasar hidup bersama: hendaknya para orangtua berusaha mendidik dan membina anak-anaknya agar tumbuh berkembang menjadi pribadi baik, berbudi pekerti luhur, semakin dikasihi oleh Allah dan sesamanya.
· "Pergilah, mintalah petunjuk TUHAN bagiku, bagi rakyat dan bagi seluruh Yehuda, tentang perkataan kitab yang ditemukan ini, sebab hebat kehangatan murka TUHAN yang bernyala-nyala terhadap kita, oleh karena nenek moyang kita tidak mendengarkan perkataan kitab ini dengan berbuat tepat seperti yang tertulis di dalamnya." (2Raj 22:13), demikian perintah raja kepada para imamnya. Kutipan ini kiranya baik menjadi bahan permenungan atau refleksi bagi siapapun yang bertugas untuk menasihati, mengajar, mendidik, membina, mendampingi dst. dalam bidang kehidupan, pelayanan maupun pendidikan apapun. Secara khusus para imam, katekis atau guru agama kami ingatkan dan ajak: hendaknya dalam memberi kotbah, berkatekese atau mengajar senantiasa memungkinkan dan mempermudah para pendengar semakin menghayati atau melaksanakan perintah-perintah Tuhan antara lain semakin hidup saling mengasihi dan melayani, sehingga kehidupan bersama semakin menarik, mempesona, …semakin dikasihi oleh Tuhan dan semua orang. Demikian juga kami mengingatkan para orangtua: hendaknya dalam mendidik, memberi nasihat dan mengarahkan anak-anak lebih mengutamakan agar anak-anak tumbuh berkembang menjadi manusia baik dan berbudi pekerti luhur, dan tentu saja para orangtua sendiri dapat menjadi contoh atau teladan sebagai orang yang baik dan berbudi pekerti luhur. Dengan kata lain ketika ada ketidak beresan atau kekacauan hidup bersama dimanapun ada kemungkinan ada orang-orang yang kurang baik, kurang beriman, dimana cara hidup atau cara bertindaknya senantiasa mengacau dan merusak kehidupan bersama. Mereka ini adalah orang-orang egois, yang hanya mencari keenakan atau keuntungan diri sendiri, kurang peka terhadap sesamanya. Kami juga mengingatkan kita semua untuk senantiasa mentaati dan melaksanakan aneka aturan atau tatanan hidup bersama, yang tertulis atau terpampang di sana-sini.
"Perlihatkanlah kepadaku, ya TUHAN, petunjuk ketetapan-ketetapan-Mu, aku hendak memegangnya sampai saat terakhir. Buatlah aku mengerti, maka aku akan memegang Taurat-Mu; aku hendak memeliharanya dengan segenap hati. Biarlah aku hidup menurut petunjuk perintah-perintah-Mu, sebab aku menyukainya. Condongkanlah hatiku kepada peringatan-peringatan-Mu, dan jangan kepada laba. Lalukanlah mataku dari pada melihat hal yang hampa, hidupkanlah aku dengan jalan-jalan yang Kautunjukkan "
(Mzm 119:33-37)
Jakarta, 23 Juni 2010
0 komentar:
Posting Komentar